NUBANDUNG.ID -- Upaya menumbuhkan semangat kebangsaan, memupuk nasionalisme, memperkuat kedisiplinan, dan mengingatkan kembali pentingnya nilai-nilai perjuangan bangsa, UIN Sunan Gunung Djati Bandung menggelar Apel Pagi 17-an yang berlangsung di halaman Gedung Al-Jamiah, Senin (17/3/2025).
Apel pagi tersebut dihadiri oleh Wakil Rektor III UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Husnul Qodim, Wakil Rektor IV, Ah. Fathonih, Kepala Biro A2KK Nur Arifin, Plt Kepala Biro AUPK Edy Fuady, Ketua LP2M Setia Gumilar. Acara ini diikuti oleh seluruh pegawai, baik Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun non-ASN, di lingkungan Rektorat.
Dalam pembinaannya, Wakil Rektor III menyampaikan pesan mengenai Efisiensi Anggaran Kementerian Agama Tahun 2025 dan Efektivitas Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Kementerian Agama. Guru Besar Fakultas Ushuluddin ini menekankan pentingnya bersyukur dalam menghadapi tantangan anggaran dengan cara menjalankan lima budaya kerja: integritas, profesionalisme, tanggung jawab, kerjasama, dan peduli.
Di tengah kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan di tahun 2025, Kementerian Agama (Kemenag) RI tetap mengedepankan semangat syukur dan komitmen untuk menjalankan lima budaya kerja yang menjadi landasan penting dalam meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan. Sebagai bagian dari upaya menghadapi keterbatasan anggaran, Kemenag tetap optimis dengan fokus pada peningkatan produktivitas, efisiensi, dan kualitas layanan kepada masyarakat.
Kelima budaya kerja ini menjadi landasan penting dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat serta menjaga integritas dan profesionalisme seluruh pegawai Kemenag di seluruh Indonesia.
“Dengan menerapkan kelima budaya kerja Kemenag ini, khususnya di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, kita tidak hanya berhasil memberikan pelayanan yang lebih baik, tetapi juga dapat menciptakan suasana kerja yang lebih harmonis dan produktif,” tegasnya.
Dalam konteks syukur dan keteguhan hati, Wakil Rektor III mengutip Surat Al-Ma’arij Ayat 19-22, yang mengingatkan pentingnya shalat dalam kehidupan umat Islam. Ayat-ayat ini menyatakan bahwa shalat bukan hanya sekadar ritual ibadah, tetapi merupakan pedoman hidup yang dapat menjaga kita dari keburukan dan memberikan petunjuk dalam menghadapi tantangan hidup.
“Innal-insāna khuliqa halū’ā”, Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir,
“Iżā massahusy-syarru jazū’ā”, Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
“Wa iżā massahul-khairu man’ū’ā”, Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,
“Illal-muṣallīn”, Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat.
Keempat ayat ini menggambarkan sifat manusia yang mudah putus asa dan kikir, terutama ketika menghadapi kesulitan atau kenikmatan. Namun, pengecualian diberikan bagi mereka yang istiqamah dalam shalat, yang mampu menenangkan hati dan pikiran serta menemukan keseimbangan dalam menghadapi berbagai ujian hidup.
Shalat menjadi kunci untuk mengatasi sifat buruk manusia, seperti keluh kesah dan kikir. Orang yang istiqamah dalam shalat akan terhindar dari sikap negatif tersebut, karena shalat membantu mereka tetap sabar, bersyukur, dan terus berdoa kepada Allah SWT.
“Mudah-mudahan shalat kita dan ibadah puasa kita diterima oleh Allah SWT dan memberikan dampak positif dalam meningkatkan kinerja, terutama di tengah efisiensi anggaran ini,” pungkasnya.