Saatnya Berbakti pada Ibu

Notification

×

Iklan

Iklan

Saatnya Berbakti pada Ibu

Jumat, 27 Desember 2024 | 08:54 WIB Last Updated 2024-12-27T01:54:34Z

 



Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang insya Allah selalu berada dalam naungan rahmat Allah SWT.


NUBANDUNG.ID --Tak henti-hentinya kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita karunia iman dan Islam; nikmat yang teramat besar yang Allah karuniakan kepada hamba-Nya. Semoga kita selalu mendapatkan hidayah-Nya serta berada dalam keadaan Iman dan Islam hingga akhir hayat kita.


Sebuah pujian yang hanya layak dimiliki oleh Allah. Alhamdu lillah; segala puji hanya milik Allah. Tidak pantas bagi manusia untuk mengharapkan pujian, tidak pantas bagi manusia untuk merasa berjasa, karena sejatinya segala pujian hanya milik-Nya semata.


Dan khotib mengajak dirinya sendiri serta jamaah sekalian untuk terus menguatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ


Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Al-Quran, Surat Ali Imran, ayat 102)


Dan tentunya, shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya.


Sidang shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT


Dalam khutbah Jum’at yang singkat ini, mari kita merenung sejenak sejauh mana kita telah berbakti kepada orang tua kita, khususnya ibu kita. Kehadiran kita di dunia ini, tidak dapat kita pungkiri, adalah dengan sebuah pengorbanan yang sangat besar dari ibu kita. Dalam Al-Quran, Allah SWT menggambarkan dalam surat Luqman ayat 14:


وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ


Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.


Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT,


Dalam kesempatan khutbah Jum’at kali  ini, izinkan khotib akan melihat tiga peristiwa dari sekian banyak peristiwa, yang menunjukkan betapa besar perhatian Islam terhadap ibu.


Yang pertama; adalah peristiwa saat Nabi Isa A.S. berbicara saat masih bayi. Sungguh adalah sebuah peristiwa yang sangat besar saat Allah menciptakan Nabi Isa A.S. tanpa seorang ayah, untuk menunjukkan kebesaran Allah SWT. Namun kelahiran Nabi Isa A.S. sempat mendatangkan tuduhan keji kepada Maryam. Digambarkan dalam surat Maryam ayat 27-28, yang artinya:


“Kemudian dia (Maryam) membawa dia (bayi itu) kepada kaumnya dengan menggendongnya. Mereka (kaumnya) berkata, “Wahai Maryam! Sungguh, engkau telah membawa sesuatu yang sangat mungkar” Wahai saudara perempuan Harun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang perempuan pezina.”


Lalu apa yang dilakukan oleh siti Maryam? Ia menunjuk Nabi Isa A.S. yang kala itu masih bayi. Lalu Nabi Isa A.S. berkata, yang terekam dalam surat Maryam ayat 30-32


قَالَ اِنِّيْ عَبْدُ اللّٰهِ ۗاٰتٰنِيَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِيْ نَبِيًّا ۙ


وَّجَعَلَنِيْ مُبٰرَكًا اَيْنَ مَا كُنْتُۖ وَاَوْصٰنِيْ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِ مَا دُمْتُ حَيًّا ۖ


وَّبَرًّاۢ بِوَالِدَتِيْ وَلَمْ يَجْعَلْنِيْ جَبَّارًا شَقِيًّا


Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.


Mari kita garis bawahi bahwa dalam peristiwa yang luar biasa tersebut, Allah menggerakkan lisan Nabi Isa A.S. untuk mendeskripsikan dirinya sebagai orang yang berbakti kepada ibuku. Dan penjelasan ini datang setelah penjelasan bahwa beliau adalah orang yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat.


Dari peristiwa tersebut, jelas bahwa berbakti kepada ibu adalah bukti dari kemuliaan seseorang dan keimanannya kepada Allah SWT.


Peristiwa yang kedua; saat Nabi Ismail A.S. ditinggal bersama ibunya di padang tandus. Atas perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim A.S. harus meninggalkan Nabi Ismail A.S. yang masih bayi bersama ibunya, siti Hajar di Mekkah yang saat itu begitu tandus. Siti Hajar bertanya kepada Nabi Ibrahim, “Apakah ini adalah perintah Allah?” Ketika Nabi Ibrahim A.S. mengiyakan, maka siti Hajar menerima perintah tersebut dengan pasrah.


Dalam suasana haus dan terik, siti Hajar lalu berusaha mencari air dari Shafa ke Marwa, hingga 7 kali ulang-alik. Dan Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah, akhirnya air Zamzam muncul di tanah dekat kaki Nabi Ismail. Yang luar biasa adalah, peristiwa seorang ibu ini, yang berusaha untuk mencari air untuk putranya, diabadikan oleh Allah SWT sebagai salah satu ritual dalam ibadah Haji yang disebut sa’i.


Maka siapapun yang telah menunaikan ibadah umrah dan haji selayaknya selalu ingat kebesaran Allah dan kasih sayangnya pada Ibu dan anaknya, serta menghayati betapa besar perjuangan seorang ibu.


Peristiwa yang ketiga adalah: saat Ibu Nabi Musa A.S. mendapat Ilham dari Allah SWT. Saat Fir’aun sedang mencanangkan untuk menghabisi seluruh anak laki-laki di negerinya, ibu Nabi Musa A.S. teramat sedih dan khawatir bahwa putranya akan turut dihabisi. Namun dengan kekuasaan Allah, Allah memberikan ilham kepada Ibu nabi Musa A.S.


وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اُمِّ مُوْسٰٓى اَنْ اَرْضِعِيْهِۚ فَاِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَاَلْقِيْهِ فِى الْيَمِّ وَلَا تَخَافِيْ وَلَا تَحْزَنِيْ ۚاِنَّا رَاۤدُّوْهُ اِلَيْكِ وَجَاعِلُوْهُ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ


Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, “Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul.” (Al-Quran, Surat Al-Qasas ayat 7).


Akhirnya Nabi Musa A.S. dihanyutkan ke sungai Nil, lalu ia ditemukan oleh istri Fira’un. Dan karena bayi tersebut tidak mau menyusui kepada siapapun, akhirnya Allah mengembalikan bayi tersebut ke pangkuan ibunya untuk disusui oleh ibunya. Kita lihat betapa sentral peranan Ibu dari Nabi Musa A.S. dalam peristiwa di atas. Bahkan hingga Allah memberikan ilham padanya.


Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT,


Semua peristiwa di atas sangat jelas menunjukkan betapa besar perhatian Islam kepada seorang Ibu. Ibu, begitu mulia kedudukannya, lebih berharga dari berlian. Dan dalam tingginya derajatnya itu, cinta Ibu pada kita, sungguh tak bertepi.


Demikianlah khutbah pertama ini. Semoga Allah selalu memberi kita taufiq dan hidayah-Nya.


أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ


الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ


اَمَّا بَعْدُ


Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,


Dalam khutbah pertama tadi, dari tiga peristiwa tadi, sangat jelaslah betapa kedudukan Ibu sangatlah tinggi dan menghormatinya adalah bukti keimanan kita dan tanda akan kemuliaan seseorang. Tentunya masih banyak lagi peristiwa agung lainnya dalam sejarah Islam yang menunjukkan keutamaan seorang ibu. Dan mari kita ingat Hadits Rasulullah SAW;  Dalam Kitab Sahih Muslim, diriwayatkan oleh Abu Hurairah, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, siapa yang paling berhak untuk aku berbakti? Rasulullah SAW berkata; Ibumu, lalu ibumu, lalu ibumu, lalu ayahmu, lalu orang-orang yang terdekat denganmu.”


Maka, luangkanlah waktu untuk berbakti kepada ibumu. Bahkan, jadikanlah itu menjadi prioritas waktumu. Jadikanlah berbakti kepada ibu sebagai kesempatan untuk meraih ridho-Nya dan mendapatkan keutamaan pahalanya.

A. Rudiana, Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung