Bersama Paus Fransiskus di Jakarta: Begini Kisah Rikardus, Petani Kupang Diundang Menag Hadiri Misa Agung

Notification

×

Iklan

Iklan

Bersama Paus Fransiskus di Jakarta: Begini Kisah Rikardus, Petani Kupang Diundang Menag Hadiri Misa Agung

Rabu, 04 September 2024 | 07:51 WIB Last Updated 2024-09-04T00:51:34Z

 



NUBANDUNG.ID -- Gembira bercampur sedih, senang bercampur haru. Itulah perasaan yang bergejolak di hati Rikardus Rasawatu setelah menerima dan membaca surat undangan Menteri Agama. Terpampang jelas tulisan di sudut kiri surat berkop garuda kuning bertuliskan 'Undangan'.


Sebagai bentuk apresiasi dan kepedulian Kementerian Agama Rl atas kontribusi Saudara sebagai umat Katolik yang aktif, bersama ini kami mengundang untuk hadir dan mengikuti Misa Agung yang akan dipimpin oleh Paus Fransiskus, pada:


Hari, tanggal : Kamis, 5 September 2024

Tempat : Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta


Adapun seluruh biaya akomodasi, konsumsi, dan transportasi pulang-pergi akan dibebankan pada DIPA Ditjen Bimas Katolik Kementerian Agama.”


Surat itu ditandatangani Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas.


Dirjen Bimas Katolik Suparman dalam program Indonesia Bicara melalui TVRI mengatakan, “Menteri Agama telah memerintahkan kepada dirinya untuk membiayai masyarakat yang berpenghasilan rendah yang ingin berkunjung ke GBK (baca menghadiri misa agung bersama Paus Fransiskus-red). “Bapak Menteri Agama menyurati langsung dengan surat berkop garuda emas,” ucap Suparman dalam keterangannya, Rabu (4/9/2024).


Rikardus adalah salah seorang yang beruntung. Rikardus seakan tak percaya setelah membaca isi surat Menteri Agama. Ia memandang wajah istri tercinta, Hermalina Sufa, yang telah sekian lama menderita stroke. Tak ada satu kata pun keluar dari bibir sang istri asal Soe NTT ini. Nampak tatapan kosong di wajahnya seakan tak percaya atas apa yang diterima suaminya.


“Inilah jawaban Tuhan Yesus atas semua doa dan karya saya untuk Tuhan, umat, dan Gereja Katolik selama ini,” ucap Rikardus pelan.


“Saya sungguh tak menyangka semua ini dapat terjadi. Bapak Menteri Agama dan Bapak Dirjen Bimas Katolik terima kasih,” sambung Rikardus dengan penuh haru dan meneteskan air mata.


Rikardus bukanlah orang luar biasa. Ayah berumur 55 tahun ini hanyalah seorang petani. Rikardus bersama keluarga tinggal di sebuah rumah yang sangat sederhana di desa Manusak. Rikardus hidup bersama istri dan 5 orang anaknya. Layaknya seorang petani, ia mengelola kebun miliknya seluas 74 are dan tanah kering 40 are. Ia menggantungkan hidupnya dari hasil kebun dan sawah yang menghasilkan jagung, padi, dan sayuran.


“Saya mengolah kebun dan sawah. Hasilnya tidak banyak. Tahun ini (2024) kami mengalami gagal panen. Saya atur supaya kami bisa makan dan sedikitnya bisa jual untuk anak sekolah,” cerita Rikardus yang dulunya pernah di Timor Leste. Sejak tahun 1992 usai menamatkan Sekolah Menengah Atas di Timor Leste, Rikardus memutuskan untuk aktif dalam pelayanan gereja mulai dari kegiatan pembinaan Serikat Anak Misioner (Sekami), pembinaan muda mudi Katolik (Mudika), menemani Pastor pergi melakukan pelayanan di luar paroki dan urusan pelayanan pastoral lainnya.


Semangat ini terus dibawa Rikardus hingga ia kembali ke Indonesia pasca jajak pendapat tahun 1999. Rikardus dan keluarga memutuskan untuk tinggal di Desa Manusak Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang. Rikardus berkisah dirinya pernah berjalan kaki dari Manusak menuju Paroki Santo Yosep Naikoten Kupang yang kurang lebih berjarak 40 km. Tujuannya hanya untuk berkonsultasi dengan Pastor Paroki demi pelayanan sakramen bagi umat di wilayah tempat tinggalnya di Manusak.


“Saya jalan kaki ke Paroki St. Yosep Naikoten Kupang. Saya gunakan apa yang ada pada diri saya. Saya mau umat Katolik di Manufuk terlayani sakramen dengan baik,” ucap Rikardus berkisah. Semangat ini terus dibawa pria asal Maumere, Kabupaten Sikka ini hingga hari ini. Bermodalkan pendidikan SMA, Rikardus mampu menjalankan manajemen paroki dengan baik sebagai sekretaris dua.


“Saya tidak ingin digaji gereja. Saya pakai uang pribadi melayani gereja. Saya jujur kalau buat baik untuk orang banyak itu makna baik buat saya. Jadi saya tak pikir untuk dibayar. Saya kemana-mana saya tidak sulit karena saya banyak bantu orang. Kebun saya saja dijaga orang, kata mereka ini kebun bapa tua punya (Bapa Rikard), beliau orang baik jadi kita bantu jaga,” cerita Rikardus.


“Dan yang lebih luar biasa kebaikan Tuhan itu nampak jelas di hadapan saya melalui Bapak Menteri Agama mengundang saya untuk ikut misa bersama Bapa Paus di Jakarta. Saya ingin foto bersama Bapa Paus. Saya akan bawakan intensi khusus untuk umat saya dan istri saya yang sedang sakit stroke.”


Pastor Albano Carvalho selaku Pastor Paroki Santo Leonardus Manusak mengamini apa yang disampaikan Rikardus. “Bapak Rikard ini orang sederhana. Dia Katekis. Dia memberikan diri sungguh-sungguh untuk gereja dan pelayanan umat dan karya pastoral. Saya berterima kasih kepada Tuhan dan Kementerian Agama yang memperhatikan umat yang sederhana dengan segala keterbatasan dan kekurangan untuk hadir bersama dalam perayaan akbar bersama Paus Fransiskus,” tutur Pastor Al sapaan akrab Pastor Albano.


Pastor Al meyakini apa yang diterima Bapak Rikard adalah hadiah dari Tuhan selama ini Bapak Rikard sudah bekerja untuk gereja tanpa pamrih dan inilah keutamaan yang harus ditiru.


Rikardus berangkat ke Jakarta hari ini. Semua tiket dan akomodasi telah disiapkan Ditjen Bimas Katolik.