5 Keistimewaan Safar, Bukan Bulan Sial

Notification

×

Iklan

Iklan

5 Keistimewaan Safar, Bukan Bulan Sial

Selasa, 06 Agustus 2024 | 20:30 WIB Last Updated 2024-08-07T02:40:36Z

 


A. Rusdiana, Guru Besar UIN Bandung


NUBANDUNG.ID -- Selasa, 6 Agustus 2024 M, bertepatan dengan 1 Safar 1446 H; Dalam kalender Hijriah, Safar merupakan bulan kedua setelah Muharram. Berdasarkan Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2024, awal bulan Safar bertepatan dengan Selasa (6/8/2024). Bulan Safar adalah bulan kedua dalam kalender Hijriyah, yang memiliki makna dan keistimewaan yang besar. 


Kata “Safar” berasal dari bahasa Arab yang berarti “sepi” atau “sunyi”. Nama ini menggambarkan kondisi masyarakat Arab di masa lalu yang selalu sepi dan seringkali kosong karena para penghuni bepergian pada bulan ini. Hal tersebut sebagaimana penjelasan Imam Ibnu Katsir yang artinya: “Safar dinamakan dengan nama tersebut, karena sepinya rumah-rumah mereka dari mereka, ketika mereka keluar untuk perang dan bepergian.” (Ibnu Katsir, Tafsîrubnu Katsîr, [Dârut Thayyibah, 1999], juz IV, hal. 146). 


Fenomena, di masa lalu, seringkali bulan Safar dianggap sebagai bulan yang tidak menguntungkan dan penuh kesialan, sehingga masyarakat enggan melakukan apa pun. Terlebih, sebagian besar ulama terdahulu juga beranggapan bahwa Allah SWT banyak menurunkan musibah pada Rabu terakhir bulan Safar (Rebo Wekasan). 


Setiap tahunnya, menurut ulama ahli ma’rifat, akan turun 320.000 bala, di mana semuanya diturunkan pada hari Rabu terakhir bulan Safar. Meski begitu, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Bahkan, Rasulullah SAW melakukan banyak hal yang mulia pada bulan Safar. Misalnya, Beliau menikahi Sayyidah Khadijah pada bulan Safar serta menikahkan Sayyidina Ali dan Sayyidah Fatimah az-Zahra di bulan Safar. Selain itu, kemenangan umat Islam pada perang Khaibar pun terjadi pada bulan Safar. 


Untuk lebih jelasnya, berikut adalah keutamaan bulan Safar:


Pertama: Meyakini Ketetapan Allah SWT; Salah satu keutamaan bulan Safar adalah penegasan dari Islam untuk menghapus keyakinan takhayul dan mitos kesialan yang dahulu melekat pada bulan ini. Nabi Muhammad SAW menekankan bahwa tidak ada bulan yang membawa kesialan, termasuk Safar. Hal tersebut tetuang dalam hadits Rasulullah SAW di mana Beliau pernah membantah kepercayaan Arab Jahiliyah tentang bulan Safar adalah bulan sia;, yang artinya: “Tidak ada adwa’, tidak ada thiyarah, tidak ada hammah, tidak ada kesialan pada bulan Safar.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Ahmad). Kepercayaan ini telah memperkuat iman umat Islam untuk meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas izin dan ketentuan Allah SWT.


Kedua: Memperkuat Tawakal dan Keimanan; Dengan menghapuskan mitos kesialan, bulan Safar menjadi waktu yang baik untuk memperkuat tawakal (kepercayaan penuh kepada Allah) dan meningkatkan keimanan. Umat Islam diajarkan untuk selalu berserah diri kepada Allah dan tidak terpengaruh oleh keyakinan yang tidak berdasar.


Ketiga: Waktu untuk Memperbanyak Ibadah; Bulan Safar, seperti bulan lainnya, adalah kesempatan bagi umat Islam untuk memperbanyak ibadah dan amal shaleh. Tidak ada ibadah khusus yang diwajibkan, namun umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah mereka, seperti salat sunnah, puasa sunnah, membaca Al-Qur’an, dan berdzikir.


Keempat: Meningkatkan Solidaritas Sosial; Pada bulan Safar, umat Islam didorong untuk meningkatkan amal sosial seperti bersedekah, membantu yang membutuhkan, dan berbuat baik kepada sesama. Hal tersebut adalah bentuk implementasi dari ajaran Islam yang mengutamakan kasih sayang dan kepedulian terhadap orang lain.


Kelima: Mengenang Peristiwa Penting dalam Sejarah Islam; Beberapa peristiwa penting dalam sejarah Islam terjadi pada bulan Safar, yang dapat menjadi pengingat bagi umat Islam untuk mengambil hikmah dan pelajaran. Misalnya:


Hijrah Nabi Muhammad SAW: Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah dimulai pada akhir bulan Safar.

Perang Khaybar: Kemenangan umat Islam dalam Perang Khaybar yang terjadi pada bulan Safar tahun 7 Hijriyah.

Doa Bulan Safar; Seperti yang sudah diejlaskan sebelumnya, umat Islam dianjurkan membaca doa bulan Safar ketika awal bulan tiba. Beriktu adalah bacaaan doa bulan Safar:


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ، وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شَرِّ هٰذَا الزَّمَانِ وَأَهْلِهِ، وَأَسْأَلُكَ بِجَلَالِكَ وَجَلَالِ وَجْهِكَ وَكَمَالِ جَلَالِ قُدْسِكَ أَنْ تُجِيْرَنِيْ وَوَالِدَيَّ وَأَوْلَادِيْ وَأَهْلِيْ وَأَحْبَابِيْ وَمَا تُحِيْطُهُ شَفَقَةُ قَلْبِيْ مِنْ شَرِّ هٰذِهِ السَّنَةِ، وَقِنِيْ شَرَّ مَا قَضَيْتَ فِيْهَا، وَاصْرِفْ عَنِّيْ شَرَّ شَهْرِ صَفَرَ، يَا كَرِيْمَ النَّظَرِ، وَاخْتِمْ لِيْ فِيْ هٰذَا الشَّهْرِ وَالدَّهْرِ بِالسَّلَامَةِ وَالْعَافِيَةِ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَأَوْلَادِيْ وَلِأَهْلِيْ وَمَا تَحُوْطُهُ شَفَقَةُ قَلْبِيْ وَجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ


Artinya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Semoga Allah melimpahkan shalawat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, serta keluarga dan para sahabatnya. Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan waktu ini dan penduduknya, dan aku berlindung kepada keagungan-Mu, keagungan Dzat Mu, dan kesempurnaan keagungan kesucian-Mu, agar menjauhkan diriku, kedua orang tuaku, anak-anakku, keluargaku, orang-orang yang aku cintai, dan siapa saja yang dikasihi oleh hatiku, dari keburukan tahun ini, dan selamatkanlah aku dari kejahatan yang telah Engkau tetapkan dalam tahun ini. Dan, jauhkanlah aku dari keburukan bulan Shafar, wahai Allah Yang Mulia pandangan rahmat-Nya. Dan, tutuplah bulan dan saat ini dengan keselamatan dan kebahagiaan kepadaku, kedua orang tuaku, anak-anakku, siapa saja dikasihi oleh hatiku, dan seluruh umat Islam. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan keselamatan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, serta keluarga dan para sahabatnya.”


Jadi, dapat disimpulkan bahwa bulan Safar adalah bulan yang memiliki keistimewaan dan bukanlah waktu yang membawa kesialan. Sebaliknya, umat Islam dianjurkan untuk tetap melakukan berbagai amal saleh. Walahu A’lam.