Tahu Ga Sih dengan Sosok Akiat, Legenda Juara Dunia Layangan dari Kota Bandung

Notification

×

Iklan

Iklan

Tahu Ga Sih dengan Sosok Akiat, Legenda Juara Dunia Layangan dari Kota Bandung

Senin, 01 Juli 2024 | 10:36 WIB Last Updated 2024-07-01T03:36:55Z

 



NUBANDUNG -- Indonesia pernah memiliki sosok yang membawa kehormatan bagi negara di panggung internasional dalam dunia layangan. Lei Fie Kiat, atau yang lebih dikenal Koh Akiat, adalah sang juara dunia dalam turnamen layangan.


Kisah Akiat bermula di tahun 1965 ketika ia berusia 10 tahun. Demi uang saku tambahan, Akiat mulai membuat dan menjual layang-layang di Kiaracondong, sambil menikmati pemandangan orang-orang yang asyik menerbangkan layangan.


Menjadi penjual layang-layang terus berlanjut sambil bekerja sebagai pelayan toko pada tahun 1974. Pada tahun 1986, Akiat berhasil menyewa sebuah rumah di Gang Sereh No. 3, Cibadak, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, dan membuka sebuah toko layang-layang.


Di Gang Sereh, Akiat tidak hanya menjual layangan. Ia juga bermain bersama warga setempat, belajar teknik bermain layangan, yang pada akhirnya membuatnya jatuh cinta pada layang-layang dan semakin mendalami tentang layangan.


Dilansir dari laman Kota Bandung, Koh Akiat bercerita bahwa kariernya dimulai dengan mengikuti berbagai lomba peringatan 17 Agustus. Ia sering berpartisipasi dalam kompetisi yang diadakan di Jakarta, karena lomba layang-layang di Bandung masih jarang terjadi. 


“Dulu awalnya ikut lomba - lomba 17 Agustus, dari sana mulai keluar kota, ke Jakarta. Tahun segitu di Bandung belum banyak lomba layang - layang” ujarnya, Senin (1/7/2024).


Pada tahun 1995, dalam sebuah kompetisi layang-layang, Akiat menarik perhatian Presiden Klub Layang-Layang Internasional, Ludovic Petit karena kemampuannya yang luar biasa. Setelah pertemuan dan percakapan mereka, Ludovic mengundang Akiat untuk berkompetisi dalam lomba layang-layang dunia di Prancis pada tahun 1998.


“Waktu itu bingung. Saya tidak bisa bahasa inggris, jadi harus ditemani istri. Istri saya bisa Bahasa Inggris, sedangkan panitia cuma menyiapkan biaya tiket dan akomodasi untuk 1 orang saja.” ungkap Akiat.


Namun dengan kegigihannya, akhirnya Akiat berangkat dan mempersiapkan diri untuk perlombaan di Prancis.


Latihan yang dilalui Akiat saat itu tidaklah sederhana. Akiat menggayuh sepeda di pagi hari dari Maribaya sampai ke Lembang, dilanjut dengan latiha teknik layangan, dan juga berenang.


“Pagi hari itu saya mengayuh sepeda dari Maribaya ke Lembang. Sorenya, latihan main layangan. Di malam hari, berenang dua kali dalam seminggu. Jumat-mingggu di sore hari, berlari ke hutan atau gunung. Dan terkadang fitness juga.”


Beberapa prestasi Akiat di kancah internasional meliputi, pada tahun 1998, meraih Juara I dalam Kejuaraan Dunia Layang-Layang di Dieppe, Prancis dan Juara I dalam Kejuaraan Layang-Layang Internasional di Saclay, Prancis. Pada tahun 2000, menjadi Juara I di Kejuaraan Layang-Layang Eropa di Pyneneens, Prancis sebagai tamu kehormatan. Pada tahun 2002, mendapatkan Juara III di Kejuaraan Layang-Layang Dunia di Dieppe, Prancis. Dan pada tahun 2004, kembali menjadi Juara I di Kejuaraan Layang-Layang Dunia yang sama di Dieppe, Prancis.


Dimasa tua nya saat ini, Akiat menghabiskan waktunya beristirahat bersama keluarga sambil tetap mempertahankan toko layang - layang di Gang Sereh. Baginya, layangan bukan hanya sekerdar mainan untuk anak kecil, bermain layangan melibatkan perasaan juga penggunaan otak kiri dan kanan.

 

“Menurut saya, orang disini menganggap main layangan itu mainan anak kecil. Padahal itu kan bisa mengasah otak kanan dan kiri juga. Mainnya juga pakai feeling, dah harus paham teorinya," imbuhnya.