NUBANDUNG.ID -- Dalam Surah al-Kautsar (QS. 108: 1-3) Allah SWT menyuruh kita untuk beribadah solat dan kurban sebagai rasa terimakasih kita kepada Allah atas nikmat yang Dia berikan kepada kita selama ini. Nikmat tersebut disebutkan jumlahnya, yaitu nikmat yang banyak (al-kautsar, dari kata katsir).
Disini perintah solat digandengkan dengan perintah kurban. Ibadah solat yang bersifat individual (fardiyah) digandengkan dengan ibadah kurban yg bersifat sosial (ijtima‘iyyah). Tetapi pembagian itu tidak terlalu ketat. Sebab ibadah solat yang individual dapat pula berarti ibadah sosial manakala dikerjakan secara berjamaah, seperti solat ied kita hari ini, solat jum’at atau solat-solat berjama’ah lainnya.
Demikian pula ibadah kurban yang secara lahiriah nampak sebagai ibadah sosial, yaitu bahwa kita bergotong-royong membagi-bagikan daging dari mereka yang menyembelih kurban kepada saudara-saudara seiman mereka; namun sebetulnya bersifat ibadah individual (fardiyah).
Individu orang itulah yang berkurban. Dan Allah hanya meminta ketakwaan dari orang yang berkurban itu, karena darah dan daging kurbannya sendiri tidak akan sampai pada Allah. Seperti disebutkan dalam al-Qur’an: Lan yanalallaha luhumuha wa la dima’uha walakin yanaluhu al-taqwa minkum (Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya –QS. 22:37).
Dalam agama lain, darah dan daging itu seringkali dikorbankan, dipersembahkan untuk Tuhan mereka, tetapi dalam Islam, hanya takwa yang dipinta oleh Allah.
Untuk mengetahui khutbah Kurban sebagai Penanaman Karakter oleh M. Taufiq Rahman, Ph.D., Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Sunan Gunung Djati Bandung dapat diunduh pada laman ini