Inovasi dan Sukses Haji 2024

Notification

×

Iklan

Iklan

Inovasi dan Sukses Haji 2024

Kamis, 20 Juni 2024 | 18:40 WIB Last Updated 2024-06-20T11:40:00Z
Menag Yaqut terima surat pemberitahuan kuota haji 2025 dari Wakil Kementerian Haji dan Umrah Saudi 'Ayed Al Ghuwainim/ Foto Kemenag



Rosihon Anwar, Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung



NUBANDUNG.ID -- Tahun ini saya tidak melaksanakan ibadah haji, tapi menyimaknya dari berbagai media. Walaupun tidak ikut melaksanakan haji, saya pernah merasakan atmosfir pelaksanaannya setidaknya beberapa kali, baik sebagai petugas maupun nonpetugas. 


Saya masih membayangkan begitu rumitnya manajemen haji. Di samping karena jumlah jemaah haji yang mencapai jutaan dan tempat Masyair (Arafah, Muzdalifah, Mina) segitu-gitu saja, juga karena pelaksanaannya di bawah otoritas Arab Saudi. Tidak bisa sekehendaknya kita meminta ini…itu... Semuanya serba terbatas.


Bayangkan, jutaan jemaah haji dari berbagai pelosok dunia dengan latar kebiasaan yang berbeda-beda berkumpul dalam satu waktu di tempat yang sama dan sangat terbatas, terutama di Arafah dan Mina. Sekali lagi sangat rumit dan sulit untuk memuaskan semua pihak. Maka, ukuran keberhasilannya adalah semua jamaah terfasilitasi untuk melaksanakan semua rangkaian ibadah haji. 


Di tengah rumitnya manajemen haji, saya ingin mengapresiasi pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kemenag RI, yang telah sukses dalam mengawal pelaksanaan ibadah haji. Setiap tahun, di bawah kepemimpinan Gus Men, kemenag terus mencari terobosan-terobosan baru. Tujuannya, sekali lagi, untuk memberikan pelayanan prima kepada jamaah. 


Untuk mensukseskan pelaksanaannya tahun ini, misalnya, Kemenag telah mengambil langkah-langkah inovatif yang luar biasa.  Contohnya, percepatan layanan keimigrasian di embarkasi atau tempat pemberangkatan jamaah haji ke Arab Saudi (fast track), program bimbingan manasik haji dengan media beragam dan menarik, perubahan model batik yang menyimpan sarat makna, dan pelayanan khusus untuk jemaah lansia.


Inovasi-inovasi tersebut pastinya punya kontribusi besar dalam sukses haji tahun ini. Saya kasih contoh, sebelum pemberlakuan fast track, jamaah haji harus mengantri cukup lama di imigrasi Arab Saudi untuk pengecekan dokumen perjalanan, dengan fasilitas yang tentu saja seperti biasanya di bandara. Dengan kebijakan fast track, jamaah tidak harus lagi ngantri di imigrasi Arab Saudi, tetapi langsung naik bus setelah turun dari pesawat. Ini sangat memudahkan jamaah haji.


Contoh lainnya, skema Murur di Muzdalifah yang diberlakukan oleh Kemenag sungguh-sungguh sangat memudahkan bagi jamaah haji lansia, disibilitas, dan sakit, karena mereka tidak perlu turun dari bus dan berbaur dengan ribuan jamaah haji dilapangan terbuka di Muzdalifah tanpa atap di malam hari.


Pasilitas di Muzdalifah itu sangat terbatas karena memang fungsinya hanya tempat singgah sebentar saja. Fasilitas toilet pun sangat terbatas. Tidak ada fasilitas istirahat yang memadai. Kalo mau tiduran, jamaah menggilar tikur di atas tanah. Angin malam tentunya sangat mengganggu kesehatan sebagian jamaah. Karenanya, ketika skema Murur diberlakukan, maka itu adalah kebijakan sangat tepat yang diberlakukan untuk jamaah tertentu.


Performa dan kinerja Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), yang saya saksikan di media dan dari pengakuan langsung jamaah  ikut berkontribusi untuk sukses haji tahun 2024. Ada beberapa teman saya yang profesor dan rektor menjadi petugas haji. Mereka melepaskan embel-embel gelar mentereng dan mensejajarkan diri dengan petugas lainnya untuk membantu para jamaah, termasuk mendorong kursi roda. Sepengalaman saya, tidak jarang pula petugas diminta tolong untuk membawa barang bawaan jamaah, terutama ketika berada di Armuzna. Semua itu mereka lakonin karena untuk memberikan pelayanan prima kepada jamaah.


Problem taraddudi yang bermasalah pada tahun sebelumnya, terutama dari Muzdalifah, sekarang tidak terjadi lagi. Bahkan, sekali lagi, jemaah haji lansia, disibilitas, dan sakit mendapatkan kemudahan dengan pemberlakuan skema Murur. Ini tentu saja karena suksesnya pengawalan PPIH terhadap armada pengangkutan.


Kinerja PPIH dalam mengawal pergeseran jamaah dari Mekah ke Arafah, dari Arafah ke Muzdalifah, dari Muzdalifah ke Mina, dan dari Mina ke Mekah merupakan ukuran sangat jelas dalam kesuksesan haji 2024. Karena inilah rangkaian utama pelaksanaan ibadah haji. Sukses di sini berarti sukses penyelenggaraan ibadah haji.


Saya baca dan dengar banyak sekali testimoni dari orang yang sedang melaksanakan ibadah haji terkait suksenya haji 2024, baik dari jamaah haji sendiri. Kepuasan adalah persoalan hati dan sangat subyektif. Belum tentu yang menurut kita tidak puas bagi orang lain tidak puas pula. Saya menilai keriangan jamaah setelah tahallul kedua adalah cermin kepuasan dalam pelaksanaan haji.


Bahwa ada kekurangan, itu sangat wajar. Tidak mungkin siapapun dapat memberikan kepuasan 100 persen kepada semua orang. Kemasyaqatan dalam perjalanan bahkan dianggap lazim. Nabi bahkan pernah mengingatkan “Merasa tersiksa merupakan bagian (yang lazim) dari sebuah perjalanan” (al-`adzab qith`atun minas-safar-Muttafaq `alaih). Dalam perjalanan, seseorang terhalangi mendapatkan fasilitas seperti biasanya di dapatkan di rumah. Dan itu yang dirasakan oleh jemaah haji. Sekali lagi itu bagian dari kewajaran sebuah perjalanan.


Mengatur ribuan jamaah haji Indonesia dengan latar belakang dan sifat yang berbeda, dan berada di negara orang lain yang punya aturan-aturan sendiri, ada sebuah kerumitan tersendiri. Dan kemenag sukses mengaturnya dengan baik. Harus diingat bahwa jumlah jamaah haji Indonesia adalah yang terbanyak di dunia. Tentunya manajemen pengaturannya tidak bisa dibandingkan secara aple to aple dengan negara yang jumlah jamaahnya sedikit bahkan sangat sedikit.


Semoga kemabruran menyertai semua yang berhaji tahun ini. Terima kasih Kemenag telah sukses mengawal pelaksanaan puncak haji.