NUBANDUNG.ID -- Tak hanya Braga, Kota Bandung memiliki sejumlah spot destinasi wisata yang sudah menjadi ikon dan melegenda. Salahsatunya adalah sentra Sepatu Cibaduyut.
Sentra sepatu Cibaduyut yang sudah berdiri sejak tahun 1920 ini tetap eksis dan bertahan di tengah gempuran produk import dan imbas terpaan Covid-19 lalu.
Terbukti saat berjalan-jalan Sabtu siang 18 Mei 2024, tampak di sepanjang Jalan Cibaduyut Kota Bandung, masih berjejer pertokoan penjual sepatu Cibaduyut.
Tak hanya toko-toko besar, banyak juga sepatu dan sandal khas Cibaduyut yang dijual oleh para pedagang kaki lima di trotoar.
Terlihat pula dua bus pariwisata dari daerah lain memasuki Jalan Cibaduyut yang hendak parkir di pelataran parkir salahsatu pertokoan Sepatu Cibaduyut. Rombongan wisata tersebut dipastikan akan belanja sepatu.
"Alhamdulillah, kita masih bisa bertahan dan tetap eksis, meski harus kerja keras menyiasati industri sepatu Cibaduyut di tengah gempuran produk impor maupun penyediaan bahan baku," ujar Syamsul, salah seorang perajin sepatu di Cibaduyut yang mulai menggeluti bisnis sepatu di Cibaduyut sejak tahun 2006 yang dikutip dari laman Kota Bandung, Jumat (31/5/2024).
Di sisi lain, di era digitalisasi ini, menurut Syamsul, pemasaran online sangat membantu pemasaran sepatu Cibaduyut.
Bisnis sepatu Cibaduyut tidak bergantung lagi pada pemasaran biasa dengan menjual di pertokoan, tapi sebagian besar melalui pesanan online secara grosir baik pasar lokal, luar Bandung dan Jabar, juga pasar ekspor.
Salah satu strategi yang dilakukan Syamsul saat ini yaitu menjual produk sepatu secara online serta belajar memahami seluk beluk jual beli di marketplace.
Syamsul berharap agar pemerintah dapat mengintervensi harga bahan baku sepatu dan lebih dipermudah. Sebab dua hal tersebut dapat membuat harga produksi bisa lebih bersaing.
Syamsul berani mengatakan bahwa kualitas produk sepatu Cibaduyut tidak kalah bagus dengan produk impor atau di dalam negeri. Apalagi Cibaduyut sudah dikenal sebagai sentra industri sepatu.
Meskipun demikian, Syamsul mengakui, kondisi bisnis sepatu Cibaduyut belum menyamai masa kejayaan pada tahun 2000-an.
Kendala lainnya, adalah masalah regenerasi perajin sepatu Cibaduyut. Banyak usaha orang tuanya yang tidak diteruskan anaknya. Ini juga bakal menjadi masalah ke depan keberlangsungan sentra Sepatu Cibaduyut.
Masalah kemacetan kendaraan yang setiap hari terjadi juga menjadi masalah bagi para wisatawan yang mau berbelanja ke Sepatu Cibaduyut. Belum lagi lahan parkir yang terbatas untuk kendaraan bus pariwisata.
Menurut Syamsul, masih ada sekitar 200an perajin sepatu di Cibaduyut. Namun, mereka tengah terseok seok, bertahan di tengah daya saing pemasaran di era digitalisasi. "Yang benar-benar masih eksis sekitar 50an perajin," jelasnya.
Sepatu Cibaduyut sebagai bagian dari identitas ekonomi Kota Bandung perlu terus berinovasi, khususnya terkait kapabilitas lokal dan aspek digitalisasi dari para perajin dan pengusaha IKM.
Konsistensi dan kualitas menjadi kata kunci yang membuat Cibaduyut dapat bertahan melewati berbagai fase.
Besar harapan juga Sentra Industri Sepatu Cibaduyut dapat mengembalikan kejayaannya di masa lampau sebagai sentra industri yang aktif melakukan ekspor ke berbagai negara di tahun 1990-an. Semoga!