A. Rusdiana, Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung
NUBANDUNG.ID -- Pada tanggal 17 Mei 2024, Indonesia memperingati Hari Buku Nasional, yang bertepatan dengan HUT ke-44 Perpustakaan Nasional RI. Tema tahun ini adalah “44 Tahun Merajut Asa Melayani Negeri untuk Mencerdaskan Bangsa,” yang menekankan pentingnya literasi dan peran perpustakaan dalam mencerdaskan bangsa. Membaca dan menulis sejatinya saling Menguatkan.
Kendati tidak setiap orang yang membaca bertujuan untuk menulis, tapi yang pasti orang yang senantiasa menulis pasti gemar membaca. Maka dari itu, sungguh tepat pernyataan Nabi SAW, “Ikatlah ilmu dengan tulisan” (HR. Thabrani). Maksudnya, Ilmu dapat abadikan dalam sebuah karya tulis.
Ada tiga pendekatan yang meguatkan Hadis tersebut: Pertama: Secara ontologis, gemar membaca pada hakikatnya adalah menjalankan perintah “iqra” dan “utlu” di atas. Apalagi perintah membaca tersebut diulangi lagi oleh Allah SWT, “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia” (QS. al-Alaq/96: 3).
Tentu bagi yang gemar membaca dan menulis akan mendapatkan pahala dari Allah SWT yang mulia dan istimewa.
Kedua: Secara epistemologis, ilmu pengetahuan di dalam Islam diperoleh dari al-Qur’an dan hadits, karya-karya para ulama yang memuat berbagai bidang ilmu. Seperti ilmu akidah yang berbicara tentang rukun iman dan rukun Islam. Lalu, ilmu syariah yang menuntun umat Islam untuk beribadah, dan ilmu akhlak yang mengulas soal manisnya iman, ilmu, dan amal.
Ketiga: Secara aksiologis, manfaat gemar membaca tercakup dalam sabda Nabi SAW, “Barangsiapa ingin kebahagiaan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya. Barangsiapa yang ingin kebahagiaan akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya. Barangsiapa yang ingin kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jadi, secara praksis, pahala gemar membaca yang kemudian membuat seseorang mendapatkan ilmu adalah akan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Bukan hanya itu, gemar membaca juga menyucikan jiwa dan melerai perselisihan yang selama ini diselesaikan dengan mengandalkan kekuatan otot, banyaknya pendukung, dan peperangan.
Bukan hanya itu, gemar membaca juga menyucikan jiwa dan melerai perselisihan yang selama ini diselesaikan dengan mengandalkan kekuatan otot, banyaknya pendukung, dan peperangan. Allah SWT berfirman, “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan hikmah (al-Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (QS. al-Jumu’ah/62 :2).
Terakhir, orang yang gemar membaca sejatinya adalah orang yag tidak pernah kenyang terhadap ilmu. Dalam hadits Imam Baihaki, Nabi SAW bersabda, “Dua orang yang rakus yang tidak pernah kenyang (salah satunya adalah, orang yang rakus terhadap ilmu dan tidak pernah kenyang dengannya”. Mari bertanya, apakah yang kita baca hari ini?
Petunjuk bagi manusia pada ayat tersebut maksudnya adalah petunjuk dari kesesatan, sedangkan penjelasan tersebut dari halal haram dan had-had, serta hukum-hukum. Hal ini dijelaskan dalam Kitab Al-Kasyfu wal Bayan. Sementara itu, dalam kitab Tafsir Al-Qur’anul Azhim Imam, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa maksud dari Al-Qur’an sebagai petunjuk pada ayat tersebut adalah bagi para hamba yang beriman, mempercayai atau meyakini kebenaran Al-Qur’an, dan mengikutinya.
Pun penjelasan (bayyinat) itu juga merupakan dalil atau hujjah yang jelas bagi mereka yang memahaminya sehingga mengetahui mana yang menjadi petunjuk kepada kebaikan, kebatilan, hingga persoalan halal dan haram.
Sebagai petunjuk, tentu tidak akan kita ketahui tanpa membacanya. Karenanya, kita sebagai umat Islam perlu untuk banyak-banyak membaca Al-Qur’an agar mendapatkan petunjuk kehidupan kita. Apalagi kita saat ini di dalam bulan Ramadhan, bulan di mana Al-Qur’an ini diturunkan.
Adalah momentum yang sangat tepat bagi kita untuk mulai membiasakan diri dalam memperbanyak membaca dan mempelajari Al-Qur’an.
Allah Nabi Muhammad saw menjamin kita, umatnya, jika banyak mendaras Al-Qur’an akan aman dan bahagia. Selain karena memang bakal mendapat petunjuk dari kandungan mendalam atas makna-makna setiap ayatnya, membaca Al-Qur’an juga bernilai ibadah.
Bahkan, satu huruf dinilai sepuluh kebaikan. Banyak ulama juga bersepakat bahwa membaca Al-Qur’an merupakan dzikir yang paling utama, sarana yang paling mendapatkan porsi paling baik dalam mengingat Allah swt. Karenanya, Nabi Muhammad saw bersabda:
إِقْرَأُوا الْقُرْاٰنَ فَإِنَّ اللّٰهَ لَا يُعَذِّبُ قَلْبًا وَعَى الْقُرْاٰنَ. إِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰنَ مَأْدُبَةُ اللّٰهِ. فَمَنْ دَخَلَ فِيْهِ أَمِنَ. وَمَنْ أَحَبَّ الْقُرْاٰنَ فَلْيُبَشِّرْ
Artinya, “Bacalah Al-Qur’an. sungguh Allah swt tidak akan mengazab hati yang mengandung Al-Qur’an. Sungguh Al-Qur’an merupakan perjamuan Allah. Siapa yang masuk di dalamnya, maka dia aman. Siapa yang mencintai Al-Qur’an, maka berbahagialah!”
Tidak hanya itu, orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an disebut Nabi Muhammad saw sebagai sebaik-baik orang dalam haditsnya:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْاٰنَ وَعَلَّمَهُ
Artinya, “Sebaik-baik di antara kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
Karena itu, Khatib mengajak kita semua di sini untuk memulai kembali kebiasaan diri dalam mendaras Al-Qur’an. Insyaallah, momentum bulan Mei ini, bertepatan dengan awal bulan Dzul Qaidah, akan mengantarkan kita pada bulan-bulan berikutnya semakin sering dan terbiasa untuk mendaras, belajar, dan mengajarkan Al-Qur’an.