NUBANDUNG.ID -- Program Studi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung menggelar Seminar Komunikasi Politik Pasca Pilpres 2024 di Aula Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Selasa (26/03/2024).
Seminar ini turut menghadirkan para pakar, pengamat komunikasi dan budaya komunikasi politik, yakni Prof. Enjang sebagai keynote speaker, Prof. Asep Saeful Muhtadi, Prof. Zaenal Mukarom, guru besar bidang Ilmu Komunikasi dan Prof. Moch. Fakhruroji, ahli media.
Acara ini dibuka oleh Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Prof. Dr. Enjang. Dalam sambutannya ia menyampaikan bahwa satu diantara persoalan yang paling menarik dibicarakan setelah pilpres adalah komunikasi politik. “Salah satu hal yang menarik untuk dibahas setelah pilpres adalah komunikasi politik, mengapa ini dipandang menarik, karena setelah pilpres kita menyaksikan secara terang benderang sebuah drama mempertontonkan tentang bagaimana orang berbicara tentang harga diri dan juga memperjuangkan sebuah tujuan sejati,” ujar Prof Enjang dalam keterangannya, Rabu (27/3/2024).
Kang Enjang, biasa dipanggil mengatakan bahwa diantara dua kubu yang kemudian saling mempertukarkan pesan-pesan politik dengan berbagai gagasan sesuai dengan kepentingan dan posisi masing-masing, seakan-akan itu adalah sebuah tontonan yang sangat menarik, bahkan lebih menarik dibandingkan drama korea.
Menurutnya ini merupakan sebuah kajian yang sangat penting, terlebih bagaimana kita bisa memasarkan gagasan di antara orang-orang yang memang dipandang kompeten dalam bidang ini.
Sebagai pengantar, Prof. Asep Saeful Muhtadi, menjelaskan bahwa komunikasi politik pasca Pilpres 2024 dilihat dari dua sisi aktor komunikasi. “yang pertama elit yang kedua massa. Yang disebut elit adalah para pengambil kebijakan atau yang paling berkuasa, sehingga komunikasi politik pasca pilpres 2024 dikuasai oleh elit, seperti pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Yang kedua massa, massa itu sangat terombang-ambing karena dia bukan pemangku kebijakan, melainkan sebagai korban komunikasi yaitu masyarakat, sehingga mereka tidak bisa memainkan peran penting,’’ jelasnya.
Prof Samuh, sapaan akrabnya menambahkan bahwa pesan yang mendominasi komunikasi politik pasca pilpres 2024 adalah kegaduhan yang terjadi antara pihak yang menggugat dan pihak yang tergugat, yang disebabkan oleh proses komunikasi yang tidak sejalan dan tidak disepakati oleh bangsa Indonesia, terutama oleh aktor partai politik.
Dalam pemaparannya, Prof. Zaenal Mukarom, menuturkan pemilu dilihat dari kacamata komunikasi politik. “dari kacamata politik bisa dilihat dari tiga kaca: pertama dari teori kehendak rakyat, orang yang mendapatkan suara terbanyak itulah yang menang; kedua, teori dukungan rakyat, yang mana gambarannya bahwa rakyat memberikan dukungan kepada pasangan yang dipilihnya; ketiga, kontrol sosial artinya pemilu dan pilpres harus dipandang bagaimana rakyat memberikan kontrol tentang pilihan politiknya,’’ ungkapnya.
Menurutnya kita bisa melihat beberapa fenomena pasca pilpres: pertama, pudarnya paslon politik, yang mana dalam konteks komunikasi politik budaya politik itu penting. Kedua, fenomena gagasan ide, yang mana ini tidak berbanding lurus atas keterpilihan seseorang pada pilpres sekarang. Selanjutnya, kampanye dalam komunikasi politik ternyata lebih disukai dengan kampanye gemoy, yang mana para milenial juga lebih menyukai hal tersebut, ini merupakan sebuah realitas yang mana komunikasi politik di Indonesia menurun.
Dilihat dari sisi media, Prof. Moch. Fakhruroji, menyampaikan pergesaran yang terjadi dalam kaitannya dengan media, bahwa persepsi manusia atau audiens dipengaruhi oleh apa yang dia baca, sehingga pada era politik orang-orang hanya melihat selembaran-selembaran berita yang bersiuran di media sosial.
Di era sekarang peran media yang semakin besar untuk menguasai ruang publik yang paling ramai ialah di media sosial sehingga algoritma media sosial menyebabkan seseorang terpengaruh atas pilihan politiknya. Dengan adanya politic of memory, ia juga mampu mempengaruhi masyarakat salah satunya dengan konten media sosial.
Sebagai penutup, acara ini diakhiri dengan sesi diskusi oleh para dosen Ilmu Komunikasi yang turut hadir pada seminar kali ini