NUBANDUNG.ID -- Saya tidak pernah membayangkan jika setelah kehidupan dunia ini tidak ada lagi kehidupan baru. Para penindas, penjahat, pelaku kezaliman yang di dunia lolos dari jeratan hukum,karena punya duit, kekuasaan lantas juga tak ada hukuman lagi bagi mereka di kehidupan setelah kematian, maka sungguh nikmatnya mereka.
Begitupun bagi mereka yang hidup kekurangan, namun taat, rajin beribadah, akhlaknya mulia, tak ada balasannya karena tak ada kehidupan baru setelah kematian, maka betapa konyolnya dan sakitnya drama kehidupan ini.
Tak terbayangkan bagaimana sakitnya orang yang di dunia dizalimi yang tak bisa berbuat apa-apa untuk menuntut keadilan, selesai begitu saja setelah kematiannya, maka betapa sedihnya hidup ini.
Itulah yang membedakan kita sebagai muslim yang beriman dengan orang kafir. Sebagai muslim meyakini betul akan adanya kehidupan setelah kematian sebagai tempat pembalasan yang seadil-adilnya. Yang kemudian harus berpikir ulang untuk berbuat zalim kepada orang lain, yang boleh jadi bisa lolos dari hukuman disini, tapi tidak di sana.
Puasa yang kita lakukan, menurut saya adalah ejawantah dari keyakinan kita adanya kehidupan setelah kematian.
Ditutup dengan Firman Allah yang terdapat dalam QS.Al-Zalzalah : 7-8 ayat 7-8, “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”
Seseorang tak akan jadi orang yang bertaqwa sebelum ia beriman kepada yang gaib. Seperti dalam Firman Allah,” (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib….” (QS. Al-Baqaah : 3). Ghaib itu sesuatu yang tak dapat dilihat, diraba dan diketahui hakikatnya. Hal yang gaib antara lain Allah, malaikat, alam kubur, kebangkitan, hisab, shirath, surga, neraka, dan hal ghaib lainnya.
Mudahkah seseorang dituntut mengimani sesuatu yang tak pernah dilihatnya, dirabanya, diketahuinya ? Tentu sangat tidak mudah. Mudahkah seseorang dituntut mengimani alam kubur,neraka, surga ?
Tentu sangat tidak mudah. Tapi inilah ajaran Islam yang menghendaki manusia melebihi mahluk lainnya (binatang). Binatang hanya melakukan sesuatu sesuai yang dia lihat dan rasakan. Maka beriman kepada yang gaib adalah yang utama harus ada di setiap jiwa seorang muslm.
Salah satu hal yang gaib yang harus kita imani yakni adanya alam kubur. Meskipun kita belum merasakan suasana keadaan alam kubur, tetapi kita harus belajar berkunjung ke alam kubur. Tentu berkunjung ke alam kubur, bukan mencari tour travel ke alam kubur melainkan menelusuri informasi dari Al-Quran dan hadis, serta para wali Allah yang mukasyafah (tersingkapnya tirai kegaiban).
Utsman bin Affan r.a ketika berhenti di atas kubur ia menangis, maka ditegur : “Engkau jika menyebut surga dan neraka tidak menangis, tapi kau menangis karena kubur? Jawabnya : Rasulullah Saw bersabda."Kubur itu pertama tempat yang menuju akhirat, maka bila selamat dalam kubur, maka yang dibelakangnya lebih ringan, dan jika tidak selamat dalam kubur maka yang di belakangnya lebih berat dari padanya. "
Aisyah Rhadhiyallah anha berkata :”Sebelumnya aku tidak mengetahui adzab kubur sehingga ada seorang wanita Yahudi masuk ketempatku, lalu dia meminta sesuatu, maka aku pun memberinya, lantas dia berkata,”Semoga Allah Melindungimu dari adzab Kubur.”
Aku pun mengira bahwa perkataan itu termasuk kebohogan-kebohongan kaum Yahudi. Hingga ketika Nabi SAW masuk aku menceritakan itu kepada beliau, maka beliau pun memberitahuku, bahwa adzab kubur itu benar adanya.” (HR Muntafaq alaih)
Azab kubur itu ada, pasti ada. Rasulullah saw pun berdoa memohon perlindungan dari azab kubur tentu ini bukan dikarenakan Beliau punya dosa melainkan agar dilakukan oleh umatnya yang tak akan luput dari dosa.
Wallahu 'Alam
*Penceramah dan Komisaris BPR Kerta Raharja Kab Bandung