Oleh: Lina Sellin, penulis buku
NUBANDUNG.ID -- Apa yang pertama kali terlintas dalam benak kita saat mengingat sosok Kanjeng Nabi Muhammad?
Rupanya yang elok dan menarik. Suaranya yang merdu. Senyumnya. Khutbahnya. Senda guraunya. Juga, akhlaknya yang luar biasa lembut lagi mendamaikan.
Dan karenanya, kita begitu rindu dan ingin sekali bersua dan bisa merasakan nikmatnya hidup bersama beliau.
Kita ingin menyerap sebanyak-banyaknya kucuran hikmah darinya untuk kelak dijadikan tongkat penuntun dalam menjalani hidup yang penuh keluh kesah.
Sayangnya, kita sudah tidak bisa lagi berjumpa dengannya secara langsung.
Menggugah emosional
Dan, salah satu cara untuk bisa merasakan hidup bersama beliau adalah dengan membaca kompilasi hadis yang diriwayatkan oleh para sahabat.
Namun, menemukan “kompilasi hadis” yang bisa menggetarkan sisi terdalam batin kita, membuat kita merasa begitu dekat dengan Nabi, sungguh tidaklah mudah.
Beruntung saya menemukan sebuah buku, yang bukan hanya mengurai kehidupan Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan bahasa yang populer, mengalir, tetapi menggugah sisi emosional kita.
Selain itu, membaca karyanya tersebut bukan hanya membuat kita benar-benar memahami kehidupan Nabi pada masa itu, melainkan kita bisa merasakan hidup bersama Nabi.
Nah, lalu buku siapa sih yang menggugah emosi mengenai peri hidup Sang Nabi itu? Ya, buku itu karya Omar Suleiman berjudul Meeting Muhammad.
Dalam buku ini, penulis, yang merupakan seorang dai dan imam asal New Orleans, Amerika Serikat, mengajak kita untuk benar-benar merasakan kedekatan dengan Nabi SAW.
Menambah kerinduan kepada Muhammad SAW
Melalui buku ini, kita diajak untuk dapat membayangkan seandainya kita ikut duduk menghadiri halakah beliau.
Pun berpuasa dan berlebaran dengan beliau. Menjadi makmum dalam shalat yang diimami beliau. Bertamu di rumah beliau.
Bahkan menjadi tuan rumah dan menjamu beliau. Menyajikan makanan di hadapan beliau sembari berbincang-bincang santai dengan beliau.
Tak hanya itu, juga bersenda gurau dengan beliau. Membaca Al-Quran dan didengar langsung oleh beliau. Plus curhat kepada beliau.
Dan, itulah yang membedakan buku ini dengan buku-buku lainnya. Buku setebal 240 halaman ini berisi 30 bab.
Buku ini tidak hanya menambah kecintaan kita kepada Muhammad, tetapi juga menambah kerinduan kita sebagai umatnya, sehingga kita dapat tergerak untuk berperilaku sebagaimana akhlak beliau—yang dikatakan ibunda Aisyah seperti Al-Quran.
Semoga dengan tergerak untuk meneladani sikap dan perilaku beliau, melalui buku ini, kelak dapat mengantarkan kita semua untuk menjadi sahabat beliau di surga-Nya. Amin.