NUBANDUNG.ID -- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, integritas/in·teg·ri·tas/ n mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran.
Kata integritas pada umumnya dijadikan tolok ukur fundamental dalam kepemimpinan. Artinya setiap orang yang menjadi pemimpin harus berintegritas. Padahal integritas adalah yang harus dimiliki oleh setiap orang, terlepas ia berperan sebagai atasan atau bukan. Singkatnya siapapun orangnya dalam peran apapun sebagai manusia sejatinya harus berintegritas.
Orang yang berintergitas adalah mereka yang antara kata dan perbuatan saling berkesesuaian. Mudahnya, ciri seorang yang berintegritas ditandai oleh satunya kata dan perbuatan, bukan orang yang kata-katanya tidak dapat dipegang. Orang berintegritas bukan tipe manusia dengan banyak wajah dan penampilan yang disesuaikan dengan motif dan kepentingan pribadinya.
Integritas menjadi karakter kunci bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang mempunyai integritas akan mendapatkan kepercayaan (trust) dari pengikutnya, anggotanya,bawahannya,pegawainya. Pemimpin yang berintegritas dipercayai karena apa yang menjadi ucapannya juga menjadi tindakannya.“Ingatlah orang akan lebih peduli pada apa yang dikerjakan ketimbang apa yang dikatakan,” begitu kata Sang Bijak.
Dalam sebuah organisasi manfaat kepercayaan diantaranya adalah terciptanya iklim saling berbagi informasi dan kolaborasi. Di tengah-tengah perubahan dan ketidakpastian, kepercayaan menjadi landasan bagi kukuhnya kepemimpinan.
Manfaat lain dari adanya rasa saling percaya adalah pertumbuhan organisasi yang lebih cepat;meningkatnya kepercayaan pelanggan dan masyarakat;berkembangnya iklim transparansi;mendorong inovasi;terwujudnya; terwujudnya keselarasan antara sistem dan struktur organisasi; mempertinggi loyalitas karyawan;eksekusi srtategi yang lebih efektif; dan pemanfaatan seluruh sumber daya organisasi dengan lebih efektif dan efisien.
Kepercayaan adalah aspek tidak berwujud yang mahal harganya.
Namun dalam kenyataannya menumbuhkembangkan, mempertahankan, dan memulihkan kepercayaan jelas tidak semudah membalikan tangan. Namun membangun kepercayaan dalam organisasi menjadi tugas dan tanggung jawab pemimpin. Hanya pemimpin yang berintegritaslah yang bisa melakukannya.
Pemimpin yang tidak berintegritas bukan saja tidak disukai oleh seluruh komponen organisasi tetapi juga oleh Allah SWT. “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS.As-Shaff :3)
*Penulis dan Penceramah