NUBANDUNG.ID - Pengelolaan keuangan merupakan sikap yang penting diterapkan untuk menjaga stabilitas kondisi finansial, serta memenuhi kebutuhan baik untuk masa sekarang hingga masa depan.
Mengatur dan mengelola keuangan sebetulnya mudah dilakukan saja oleh siapapun selama tak banyak kebutuhan lain yang perlu dipenuhi. Namun usaha ini bisa jadi akan lebih menantang ketika kita punya cicilan pinjaman.
Financial Planner Prita Hapsari Ghozie mengungkapkan dalam mengelola keuangan di saat dibebani cicilan, pastikan syarat maksimal cicilan pinjaman tersebut sebesar 30% dari penghasilan bulanan. Hal ini menjadi perlu demi anggaran bulanan bisa dikelola secara aman.
Adapun dalam pembagiannya, yakni sebesar 30% untuk kebutuhan cicilan, sedangkan sisanya atau sebesar 70% dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari. Bahkan kata dia, 70% tersebut masih bisa digunakan untuk kebutuhan lainnya.
"Jika sanggup untuk mengelola biaya hidup rutin maksimal 50%, maka selisih 20% bisa digunakan untuk dana darurat dan investasi," kata Prita.
Selanjutnya adalah memastikan penghasilan tersebut berlangsung setidaknya sampai durasi cicilan selesai.
"Artinya, tidak ada potensi PHK, yang punya usaha sudah punya sumber pemasukan untuk membayar," jelas Prita.
Adapun dia juga mengimbau untuk perlu mengatur cicilan dengan cara melunasi pinjaman sebelum jatuh tempo. Sehingga biaya bunga tidak perlu menjadi beban baru dalam mengatur keuangan.
Di samping mengatur anggaran dan cicilan, menambah penghasilan juga bisa dilakukan agar cicilan pinjaman tidak memberatkan penghasilan utama.
"Menambah penghasilan selama durasi mencicil," tegas Prita.
Dia pun membagikan tips dalam mengatur keuangan. Antara lain mencatat pengeluaran atau mengevaluasi mutasi rekening, membuat alokasi budget setidaknya untuk pos living, pos saving, dan pos playing, dan bijak dalam mengambil pinjaman hanya untuk memenuhi tujuan utama dan sesuai dengan kemampuan finansial.
"Membangun dana darurat untuk berjaga-jaga dan mulai berinvestasi setelah keuangan mulai sehat," terangnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Financial Planner Safir Senduk. Menurut dia, besaran cicilan tidak lebih dari 30% penghasilan bulanan.
"Jadi kalau misalnya penghasilan kita Rp 10 juta per bulan, itu total cicilan tidak lebih dari Rp 3 juta per bulan," kata dia.
Safir memaparkan bahwa selama dibebani pinjaman atau cicilan, seseorang perlu memiliki penghasilan utama. Sebab ketika ada penghasilan, cicilan itu akan mampu terbayar.
Adapun ketika tidak memiliki penghasilan, alternatif lainnya yang bisa dilakukan adalah menjual barang-barang lain yang dimiliki atau menggali tabungan. Namun, langkah ini terbilang merepotkan.
"Contoh punya barang elektronik tidak terpakai, jual barangnya, bayar pinjamannya. Jadi, cara terbaik adalah kita punya penghasilan, entah dari pekerjaan, entah dari jual barang," jelas Safir.
Dia pun menjelaskan bahwa selama masih dibebani pinjaman atau cicilan, seseorang sebaiknya menunda untuk membeli keperluan yang tidak dibutuhkan atau kebutuhan yang sifatnya sebatas keinginan sesaat.
"Misalnya, dia ingin HP baru, padahal HP lama baru setahun dua tahun. Dia ingin barang elektronik baru, padahal sekadar keinginan saja. Jadi, HP itu butuh atau ingin? Kalau HP lama rusak, berarti butuh yang baru. Tapi ketika HP lama masih baik-baik saja, berarti HP barunya sekadar ingin," pungkas Safir.