Sebetulnya, kita tidak perlu repot-repot mencari surga di luar rumah. Karena di dalam rumah kita pun ada surga yang tersedia: ibu dan ayah kita.
Mereka berdua adalah surga yang disediakan Allah bagi kita bila selalu berbuat baik, mengabdi, dan membalas jasa mereka dalam hidup ini.
Ya, bakti kita kepada mereka akan membuahkan surga, membuka pintunya, dan diberi ampunan oleh Allah. Karena itu, sebagai seorang anak, kita harus berbakti kepada mereka dengan tulus ikhlas.
Berbakti kepada mereka — ibu dan bapak kita— ganjarannya ialah ampunan dari Allah atas dosa yang dilakukan. Di akhirat kelak pula, kita akan mendapatkan kebahagiaan, kesenangan, dan kegembiraan bila selama hidup selalu berbuat baik kepada mereka.
Karena itu, jangan lantas terjadi, kita selalu berbuat durhaka kepada mereka, selalu membantah perintahnya, dan selalu melawan keinginannya. Karena, nasib kita di akhirat ditentukan oleh apa yang kita lakukan selama hidup di dunia kepada mereka. Sakit hati mereka adalah onak berduri bagi perjalanan kita menuju surga Allah.
Rasulullah Saw., bersabda, “Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika engkau ingin maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah ia.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Tetapi, anak-anak zaman sekarang seolah tidak tahu bahwa orang tua merupakan pintu surga di dunia, sehingga kedurhakaan merajalela: kita selalu menuntut kebaikan dan perhatian mereka; tetapi tak dibalas dengan kebaikan dan perhatian tatkala mereka mulai sepuh.
Ketika orang tua sepuh dan sakit-sakitan, mereka ditinggalkan sebatang kara untuk menikmati hari tuanya, sementara anaknya tidak pernah menjenguknya.
Ketika orang tua memiliki keinginan yang tak bisa dipenuhi, bentakan dan suara keras membahana menyakiti hati mereka.
Sebagai anak saleh dan salehah, kita sejatinya mengingat bagaimana perjuangan mereka dalam mengasuh, memberi pendidikan, memberi makan, dan menyayangi kita penuh kasih sayang. Kita juga, sejatinya menyadari bahwa pengorbanan mereka yang tiada tara sehingga kita menjadi dewasa, tumbuh dan berkembang hingga detik ini.
Jasa mereka tidak akan pernah mampu kita balas. Jasa mereka pun tiada tara. Allah mengistimewakan orang tua kita sebagai pintu tengah surga yang harus kita jadikan pusat kebaktian selama hidup di dunia. Bahkan, ketika mereka sudah meninggal dunia pun, kita memiliki kewajiban bakti dengan mendoakan kebaikan bagi mereka.
Suatu ketika dua sahabat, Abu Musa Al-Asy’ari dan Abu Amir ra menemui Rasulullah Saw., untuk masuk Islam. Sesampainya di hadapan Rasul, mereka ditanya, “Apa yang kamu lakukan terhadap istrimu yang kamu tuduh ini dan itu?”
Mereka berdua menjawab, “Kami tinggalkan dia bersama keluarganya.”
Rasulullah Saw., bersabda, “Sesungguhnya mereka telah diampuni.”
“Mengapa bisa begitu, wahai Rasulullah?” tanya mereka.
Beliau menjawab, “Karena ia telah berbuat baik kepada ibunya.”
Kemudian Nabi Saw., melanjutkan sabdanya, “Dia memiliki ibu yang sangat tua. Suatu ketika ada orang yang berseru, “Hai, ada musuh yang hendak memporak-porandakan kalian!” Lalu ia menggendong ibunya yang telah tua itu. Bila kelelahan, ia turunkan ibunya kemudian ia gendong ibunya di depan. Ia taruh telapak kaki ibunya di atas telapak kakinya agar ibunya tidak terkena panas. Begitu seterusnya hingga akhirnya mereka selamat dari sergapan musuh.”
Karena itu, bagi orang yang ibu dan bapaknya sudah meninggal dunia, kewajiban kita ialah mendoakannya agar berada disisi Allah. Ini dijelaskan oleh Nabi Saw., ketika seseorang datang padanya, lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah masih tersisa sesuatu sebagai baktiku kepada kedua orang tuaku setelah keduanya wafat?”
Beliau menjawab, “Ya, engkau mendoakan keduanya, memohonkan ampunan untuk keduanya, menunaikan janji keduanya, memuliakan teman keduanya, dan silaturahmi yang tidak tersambung kecuali dengan keduanya.” (HR. Al-Hakim).
Karena itu, sangat keliru jika ada orang yang beranggapan bahwa baktinya telah usai ketika orang tua telah wafat. Bakti seorang anak kepada orang tua senantiasa menjadi utang yang harus ditunaikan sampai nyawa meregang dari jasadnya.
Berbakti kepada ibu dan ayah adalah kewajiban, sementara bagi orang tua, mendapatkan bakti anaknya merupakan hak yang sudah ditetapkan Allah Swt. Maka, ketika seorang anak tidak berbakti kepada orang tuanya, ia akan mendapatkan dosa yang besar, yang akan membawanya menuju neraka. Surga yang selama ini kita idamkan, bisa diraih (hanya) dengan berbakti kepada orang tua.
Bakti kepada orang tua bisa mengundang surga Allah, sementara durhaka kepada mereka tentunya akan mendatangkan siksa neraka yang memedihkan.
Suatu ketika Ibnu Umar ra bertanya kepada seseorang, “Apakah engkau takut masuk neraka dan ingin masuk ke dalam surga?”
Orang itu menjawab, “Ya!”
Ibnu Umar berkata, “Berbaktilah kepada ibumu. Demi Allah, jika engkau melembutkan kata-kata untuknya, memberinya makan, niscaya engkau akan masuk surga selama engkau menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Bukhari).
Kami yakin bahwa sebagai seorang mukmin dan mukminah, hidup indah itu bukan hanya di dunia; tetapi juga harus mewujud di akhirat. Karena itu, untuk memuluskannya, selain berbakti kepada Allah, kita juga harus berbakti kepada orang tua, kepada mereka berdua, kepada ibu dan ayah kita. *** (SAB)