Oleh: Idat Mustari, Pemerhati Masalah Sosial-Kebangsaan dan Advokat
NUBANDUNG.ID - Negarawan dengan politikus memiliki perbedaan makna filosofis, kendati mereka sama-sama ahli kenegaraan, yang memiliki motif tersembuyi dan kerap membedakan jalan hidup seorang manusia. Motif inilah yang membedakan makna filosofis Negarawan dan politikus.
Menurut kamus KBBI, istikah Negarawan adalah seorang yang ahli dalam kenegaraan, yakni ahli dalam menjalankan pemerintahan; pemimpin politik yang secara taat asas menyusun kebijakan Negara dengan suatu pandangan kedepan atau mengelola masalah Negara dengan kebijaksanaan dan kewibawaan; biasanya seorang negarawan adalah merupakan pahlawan besar dan agung.
Sedangkan Politikus adalah ahli politik; ahli kenegaaraan; orang yang berkecimpung dalam bidang politik. Sekilas seperti tidak ada perbedaan antara arti negarawan dengan politikus.
Kata Yudi latif, Pengamat politik dari Reform Institute, Negarawan adalah yang memberikan jiwa raganya untuk negara, sedangkan politikus adalah yang mencari sesuatu untuk jiwa raganya dari negara." Contoh mereka yang bisa disebut negarawan adalah para pendiri bangsa, yang pikiran dan jiwanya ditumpahkan hanya untuk kepentingan negara.
Sedangkan politikus adalah mereka yang aktif di partai politik yang pikiran—jiwanya hanya untuk mengejar kekuasaan untuk kepentingan dirinya, keluarganya atau kelompoknya.
Para negarawan rela melepas jabatannya demi kepentingan yang lebih besar demi keutuhan negaranya. Pikirannya jauh ke depan tak terbatas ruang dan waktu. Politikus akan berusaha mati-matian mempertahankan kursi kekuasaannya. Pikirannya bersumbu pendek, paling lima tahun ke depan.
Negarawan adalah sosok teladan. Kehadirannya laksana seorang’ayah’ yang jiwa dan pikirannya tercurah perhatian untuk istri dan anak-anaknya. Mereka mampu merajut titi-tik temu dari berbagai elemen masyarakat yang berbeda dari sisi ideologi partai, golongan, suku, budaya menjadi tatanan masyarakat dan negara yang silih asih, silih asuh, silih asah dan silih wawangi.
Tipikal sosok pemimpin yang berkarakter negarawan memiliki sifat mengayomi dan memikirkan masa depan bangsa untuk menitipkan kecemerlangan pada generasi yang akan datang.
Rasulullah SAW adalah seorang negarawan yang paling sempurna, sebab yang ada dalam pikiran dan jiwanya hanyalah umatnya. Hingga di akhir hayatnya, hanya satu pertanyaannya ke malaikat Jibril , "bagaimana nasib umatku kelak setelah ketiadaanku?"
Di Negeri ini bagi saya, alm Gus Dur adalah sosok negarawan. Yang ketika dilengserkan, ia menerimanya dengan lapang dada.
Lantas bagaimana dengan kehadiran Presiden Joko Widodo, saat menghadiri acara relawan di Gelora Bung Karno, Senayan? Yang mempromosikan sosok pemimpin ke depan yang pantas menggantikanya adalah yang banyak mikirin rakyat, bercirikan banyak kerutan di wajahnya dan berambut putih.
Pidatonya ini pun kemudian viral dan memperoleh banyak tanggapan masyarakat. Menebak sosok yang dimaksud berambut putih itu. Ada yang menebak bahwa yang dimaksud adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, atau Hatta Rajasa hingga Mak lampir.
Tak penting itu siapakah orang itu, namun kehadiran dan pidato Presiden Jokowi di acara itu, membuat orang bertanya apakah Jokowi Negarawan atau Politikus.***(IDT)