NUBANDUNG.ID — Kota Bandung kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya. Tepat pada Rabu 09 November 2022 pukul 16.45 WIB, sesepuh budayawan Sunda, Tjetje Hidayat Padmadinata, menghembuskan napas terakhirnya di usia 89 tahun.
Siapakah dia?
Melansir laman Wikipedia, Tjetje Hidayat Padmadinata lahir pada 22 Juni 1933. Ia adalah aktivisi dan politikus nasional lintas zaman: Orde Lama, Orde baru, dan Reformasi.
Pria asal Tatar Pasundan ini sejak muda mencurahkan tenaga dan pikirannya pada aspek nasionalisme dan perkembangan politik kontemporer dalam berbangsa dan bernegara.
Ia adalah aktivis di atas aktivis. Aktivis lain menumbangkan kekuasaan, lalu mengambil alih kekuasaan, tetapi budayawan Sunda itu tidak demikian. Ia tak mau menjadi atasan, juga tidak ingin menjadi bawahan.
Ia dianggap tokoh pendobrak yang mendahului zamannya. Konsekuensi dari sikapnya itu sejak 1960 Kang Tjetje mesti merasakan pahit getirnya menjadi tahanan politik karena dituduh sebagai mahasiswa pendukung Gerakan Perdamaian Nasional (GPN).
Saat itu ia konseptor Brigade Mahasiswa Perdamaian Nasional. ”Ketika saya ditahan di Cipinang, keanggotaan MPR/DPR saya tidak dicabut,” ujarnya.
Penulis sejati
Tjetje aktif menulis sejak 1960 sebagai sastrawan, kolumnis, dan jurnalis. Tulisannya umumnya terkait dengan komitmennya terhadap masalah kenegaraan dan politik, baik lokal, nasional, regional, maupun internasional.
Selain sekolah formal, dia juga seorang otodidak sejati dan sejak muda rajin ”memungut” ilmu dari banyak tokoh besar pada masa pergerakan, seperti Raden Adipati Arya Wiranatakusumah, Ema Bratakusumah, Sukanda Bratamanggala, Mayjen Suwarto, dan Zulkifli Lubis.
Sampai usi senjanya Tjetje tetap rajin menulis kolom di surat kabar. Ia juga sering menjadi narasumber dalam seminar, simposium, kuliah umum, dan selalu aktif mengikuti diskusi ilmiah yang membahas persoalan sosial, kebudayaan, terutama politik secara akademis.
Di samping ratusan judul artikel yang khusus diperuntukkan bagi peristiwa tertentu, ia juga menulis sejumlah buku.
Kalangan elite Indonesia mengenal Tjetje sebagai pengkaji ilmu politik, politisi multitalenta, sekaligus politikus yang teguh dalam memelihara integritas atas dasar moralitas dan budaya adiluhung.***