Mamat Muhammad Bajri, M.Ag. Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Muhajirin Purwakarta.
NUBANDUNG.ID - Kadang kita bisa mengukur kadar keislaman seseorang lebih mudah karena bisa dilihat secara kasat mata melalui ucapan dan perbuatannya itu pun kadang kadang masih saja bisa keliru, mengukur keimanan seseorang jauh lebih sulit bahkan bisa jadi mustahil, sebab iman berada dalam hati dan tak tertangkap oleh indera biasa.
Islam lebih banyak menyangkut hubungan horisontal, berupa interaksi antar sesama yang umumnya bersifat material. Iman lebih menekankan hubungan vertikal dan nurani. Kadang kita melihat seseorang lebih islami ketimbang saudaranya, tetapi berbeda ketika memasuki wilayah keimanan. Kita sulit membandingkan bahwa seseorang lebih beriman dari saudaranya.
Maka Al-Quran jelas melarang kita untuk berburuk sangka terhadap kadar keimanan seseorang dan tidak boleh dengan gampangnya menjatuhkan vonis telah sesat atau kafir. Kalau kita sudah berani menjatuhkan vonis sesat kepada oranglain, berarti sudah mengambil alih peran Allah, karena hakekatnya hanya Allah yang mengetahui hati seseorang. Allah yang mengetahui yang tersurat dan tersirat di dalam diri setiap makhluknya.
Beberapa ulama mengatakan bahwa ganjaran keislaman seseorang berada di dunia, sedangkan pahala di akherat adalah hanya bagi orang yang beriman. Dalam Al-Quran, Allah menyapa kaum muslim bukan dengan ungkapan ya ayyuhal-ladzina aslamu, tetapi ya ayyuhal-ladzina amanu, meskipun yang dimaksud adalah kaum muslim.
Kualitas muslim lebih ditentukkan oleh derajat keimanannya, bukan oleh madzhab dan alirannya serta intensitas ibadah, menghayati makna shalat atau memberi bantuan kepada fakir miskin lebih utama daripada shalat sunnah dan umrah.
Makanya beberapa ahli tafsir menyampaikan bahwa memahami makna-makna Al-Qur'an dengan benar lebih baik daripada berapa banyak membaca Al-Qur'an tanpa memahami arti dan maksudnya, walaupun membaca Al-Qur'an mendapatkan pahala, tetapi apakah kita mengejar pahala semata tanpa memahami makna yang terkandung dalam Al-Qur'an.
Kadang tidak sedikit orang yang mengklaim bahwa kelompoknya lebih islami dari kelompok lain, kalau itu dibiarkan dan terjadi, maka akan timbul pengkelompokan dan perpecahan di kalangan umat islam. Islam itu satu dan tidak bertingkat-tingkat. Yang bertingkat itu adalah iman seseorang seperti yang telah Allah sebutkan dalam Al-Qur'an surah Mujadilah ayat 11.
Menjaga praktik keislaman secara terus menerus serta memelihara dan meningkatkan kualitas ruhani iman kita, maka itulah yang akan menyelamatkan kita dari keterpurukan di dunia dan akhirat.