Oleh: H. Idat Mustari, Pemerhati Masalah Sosial dan Keagamaan.
NUBANDUNG.ID - Dalam kehidupan, tak selamanya berjalan lurus mulus; kadang harus berbelok bahkan beberapa saat harus bertepi. Kadang di jalan tanjakan, kadang di jalan turunan. Kadang di atas, kadang di bawah, seperti arah jarum jam.
Dalam kehimpitan, kesempitan sebagai makhluk yang kemampuannya terbatas, tak jarang kita pun curhat pada orang lain. Boleh teman lama, atau yang baru kenal, atau sahabat atau saudara. Namun jangan pernah berharap apa yang kita lempar dapat bunga bisa jadi batu atau tanpa balasan sama sekali.
Memang saat curhat pasti diawali oleh pikiran, siapa tahu orang yang jadi curhatan itu bisa jadi peringan beban, jadi jembatan apa yang kita hadapi. Namun salah curhat bukan bunga yang kita dapatkan justru batu yang kita peroleh.
Orang bijak berkata, “Jika dirimu curhat kepada manusia, jika ia orang baik, maka ia akan mendengarkanmu, bahkan menolongmu, tetapi jika ia punya hati dengki, maka itulah kesempatan menjatuhkanmu”.
Sah-sah saja curhat kepada orang lain, tapi belajarlah dari pengalaman, agar berhati-hati curhat. Janganlah curhat kepada orang yang salah! Salah-salah, justru dirimu bertambah masalahnya!
Kita harus belajar kepada Nabi Ya’qub ‘alaihissalam ketika menghadapi kesedihan berupa kehilangan putranya, Yusuf, sehingga anak-anaknya yang lain mengiranya akan bertambah sakit dan sedih. Maka dengarlah jawaban Nabi Ya’qub yang perlu diteladani setiap muslim,
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُوْ بثّيْ وَ حُزْنِيْ إِلَى اللهِ
“Dia (Ya’qub) menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” (QS Yusuf: 86).
Sekali lagi tak salah curhat pada manusia tapi harus ekstra hati-hati, sebab jika salah orang maka akan bertambah sakit hati. Memang anugerah yang besar dari Allah pada saat kita kesulitan, kehimpitan adalah dengan mempertemukan kita dengan seseorang yang memahami tanpa kita harus mengatakannya.
Untuk itu hanya dengan satu cara yakni berdoa kepada-Nya. Semoga Allah memberi kesabaran pada kita, sebab kadang Dia mempertemukan kita dengan orang yang salah, sebelum mempertemukan kita dengan orang yang tepat.***