Oleh: Cecep Hasannudin, Alumni PC IMM Kota Bandung
NUBANDUNG.ID - Dua hari lalu saya berkunjung ke kantor pengurus cabang NU Kota Bandung untuk mengantarkan keponakan saya.
Keponakan saya itu ingin menemui temannya, yang juga sudah jadi kawan saya, yang kini mengabdi di Yayasan Pendidikan Islam Nahdhatul Ulama (Yapinu).
Dia, teman saya yang berpeci itu bertugas sebagai pengawas di Yapinu. Dan benar, di sana bukan hanya ada kantor NU, melainkan ada SMK Medina.
Kepada aktivis PMII itu, setelah ngobrol ngalor ngidul, saya lalu bilang ,"Sekira solat subuhnya gak mau pake qunut, solat di masjid sebelah, ya."
Ya, yang saya maksud "masjid sebelah" adalah masjid Mujahidin milik Muhammadiyah yang ada di jalan Sancang. Atau tak jauh dari pusat perbukuan Palasari.
Secara kebetulan, kantor NU cabang Kota Bandung dan masjid Mujahidin tetanggaan. Sebelahan banget. Di lantai dasar masjid Mujahidin itu pula kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat berada.
"Aseeeem lu!" jawab teman saya, yang siang itu mengenakan sarung dan baju batik. Tentu saja dia tertawa. Dan, kalau saya sedang bertemu dengan orang NU, saya memang kudu banyak tertawa.
Ini sudah dari sononya dan diakui bahwa tingkat kelucuan orang-orang NU lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang Muhammadiyah.
Makanya, kalau saya butuh cerita-cerita jenaka saya sesekali berkunjung ke orang NU sambil minta amalan-amalan untuk menenangkan batin. Juga menonton ceramah Gus Baha di Yutub.
Kalau di Muhammadiyah, tokoh yang terkenal suka nge-joke ya almarhum AR Fachrudin, ketua pimpinan pusat Muhammadiyah.
Belakangan, tokoh Muhammadiyah yang suka melontarkan humor adalah Abdul Mu'ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah. Bahkan, dia dijuluki Bapak Muhammadiyah Garis Lucu.
Dan beberapa waktu lalu, buku kumpulan humor Pak Mu'ti berjudul "Guyon Maton: Lucu Bermutu ala Muhammadiyah" diluncurkan. Buku yang berisi 54 humor tersebut, bila tak salah sedang dalam masa PO.
Tentu saja di kalangan NU, sungguh tak terbilang tokoh yang pandai bikin orang wekaweka. Salah satunya almarhum Gus Dur.
Dan, di salah satu sudut kantor pengurus cabang NU Kota Bandung, lukisan Abdurrahman Wahid terpampang. "Ngopi aja kok repot."
"Pernah kok saya solat di Mujahidin!" balas teman saya yang jago bikin puisi itu. "Jangan sering-sering," lontar saya. "Kenapa?" sambungnya.
"Nanti kamu nyaman dan malah beneran jadi Muhammadiyah!" ***