NUBANDUNG.ID — Orang baik itu siapa? Tentu saja yang dimaksud bukan orang yang punya keistimewaan sebagai “orang baik” atau “orang sangat baik”. Orang baik di sini adalah orang normal pada umumnya, orang biasa, orang yang tidak mendatangkan masalah. Orang yang tidak mengganggu ketenangan orang lain. Orang yang tidak menyusahkan orang lain.
Orang baik adalah tetangga kita yang baik, teman sekerja kita yang baik, teman di perkumpulan, kenalan baru di bus antarkota. Orang baik adalah orang yang tidak jahat dan juga tidak terlalu sangat dermawan.
Orang baik melakukan tugas hidup sehari-harinya seperti layaknya yang dilakukan oleh masyarakat. Tidak menyimpang dan tidak sangat menonjol. Orang baik itu adalah orang yang memelihara keluarga secara baik, bertanggung jawab, peduli pada keluarga. Orang baik itu menjaga hubungan tetangga dan rekan dengan baik, menghindari konflik.
Orang baik juga taat beribadah. Melakukan perintah agama dengan ikhlas. Orang baik juga selalu membayar iuran kampung tepat waktu. Memberikan dana kalau ada yang datang memintanya.
Orang baik tidak ketagihan minuman keras. Mungkin juga tidak merokok dan tidak mendatangi tempat tercela. Ya, orang baik adalah orang biasa saja. Orang yang hidup mengikuti garis lurus kehidupan, seperti pada umumnya dilakukan semuanya berdasarkan kebiasaan yang berlaku. Orang baik semacam ini merupakan mayoritas dalam kehidupan kita.
Sebaliknya dengan orang yang menyalahi kebiasaan umum. Yakni orang yang cara berpakaiannya tidak seperti cara bergaul orang baik. Orang begini sering menjadi omongan tetangga, meskipun mereka juga rajin berderma, rajin beribadah, rajin membayar iuran.
Orang menyalahi kebiasaan umum juga orang yang tidak mau membayar iuran arisan tetangga. Orang yang selalu sulit kalau ditagih utangnya. Orang yang tak mau bayar iuran keamanan kampung. Jenis orang-orang “sulit” ini tidak termasuk orang baik.
Orang baik biasanya patuh pada kebiasaan dan tak mau menyimpang dari kebiasaan umum. Orang baik juga cara berpikirnya seperti orang kebanyakaan pada umumnya. Mereka tidak mau berpikir menyimpang dari yang umum. Inilah sebabnya orang baik adalah warga negara yang baik.
Sebagai warga negara yang baik, orang baik tidak melakukan gerakan atau pemikiran yang menyimpang dari yang sudah ditetapkan.
Maka, orang baik yang mencoba menentang atau mengeritik kebiasaan dan politik yang sedang berlaku, akan menjadi orang tidak baik lagi. Orang yang berpikiran “aneh” semacam itu akan menjadi bahan gunjingan seperti halnya tetangga yang tak mau bayar utang.
Orang baik itu seperti anak sekolah yang baik. Duduknya selalu manis. Sepanjang pelajaran tekun mendengarkan guru, meskipun pengajaran gurunya membuatnya mengantuk.
Anak sekolah yang baik itu datang tepat pada waktunya, dan gemetaran apabila lima menit saja terlambat datang. Tak pernah membolos. Tak pernah memalsukan angka rapor. Tak pernah merokok di belakang sekolah.
Maka, anak yang cerdas dan kreatif menjadi tidak baik kalau tak menjadi anak manis. Anak kreatif yang banyak ngomong dan banyak mengomentari guru akan ditandai sebagai murid tidak baik, meskipun dia pintar.
Menjadi orang kreatif, berpikir lain dari yang biasa, kadang-kadang dapat bernasib buruk. Orang kritis begini kadang-kadang dapat menjadi musuh masyarakat, tidak disenangi, dihindari dalam pergaulan.
Sejarah orang baik adalah sejarah orang kebanyakan yang tak tercatat. Yang dicatat dalam sejarah umat manusia justru orang sulit yang tak baik tadi.
Mereka ini tukang kritik, tukang berontak, punya pemikiran menyimpang, orang yang tak puas dengan keadaan sezaman, orang yang selalu usil dengan yang sedang memerintah.
Orang begini pada zamannya tentu dinamai bukan orang baik. Mereka tidak disukai karena selalu bikin onar, mengganggu keamanan. Maka orang kurang baik tadi sering dibiarkan apabila mendapatkan hukuman.
Namun, sejarah perubahan dalam masyarakat justru digerakkan oleh orang-orang sulit ini. Dengan catatan, kalau pemikiran mereka yang menyimpang itu benar-benar orisinal.
Menjadi orang baik jelas aman. Dan menjadi orang sulit justru mengandung resiko.
Tulisan Ini Dikutip dari buku karya Jacob Soemardjo berjudul, “Orang Baik Sulit Dicari” terbitan ITB Press