Oleh: Muhammad Iqbal Nugraha
NUBANDUNG.ID - Waktu itu aku semester lima dan kau baru semester satu. Secara tak sengaja bertemu di Unit Kerja Mahasiswa Koperasi Mahasiswa (UKM Kopma).
Pertama melihat, wajahmu sangat familiar. Hitam manis satu tipe dengan mantanku sewaktu SMA.
Kita tidak berkenalan ataupun saling sapa. Tapi aku menyadari isyaratmu yang nyata, saat berpapasan kau melempar rasa.
Namun waktu belum memberi ruang tuk saling mencurahkannya. Hingga saatnya tiba, kita saling mengenal seperti teman biasa.
Beberapa momentum menyatukan kita pada tempat dan waktu yang sama di Kopma. Sampai suatu malam ku antar kau pulang ke suatu perumahan di seberang jalan besar sana.
Kau kubonceng menggunakan motor temanku yang dia titipkan saat menonton bola. Sepanjang jalan kita berbincang segala rupa.
Di tengah perjalanan dan obrolan kau lontarkan kata itu dengan lugas dan terbuka. "A aku mah pengennya hubungan (pacaran)". Kau ucapkan itu begitu saja. Hingga dapat aku artikan selama ini aku memang memesona. Hahaha aku ingin tertawa. Maksudku, rasa yang kukira itu ternyata memang benar adanya.
Setelah mendengar perkataanmu itu aku tidak langsung memberikan jawaban. Karena aku tidak ingin momentum tanya jawab itu diselesaikan di atas motor yang sedang melaju. Aku ingin momentum yang lebih pantas untuk dikenang.
Aku alihkan pembicaraan, sedang hati resah bercampur gembira. Hingga tibalah di depan beranda rumahmu.
Di situlah pertama dan terakhir kita bersama, bersama lebih dari biasanya. Yang masih kuingat sampai sekarang adalah saat kau turun lalu mengulurkan tanganmu untuk bersalaman, yang tak kuduga kau cium tanganku sambil ucapkan salam.
