NUBANDUNG.ID - Seperti halnya bisnis yang mulai mencari alur kerja secara hybrid, tempat bekerja pun mulai berkembang ke arah hybrid dengan munculnya konsep ruang digital bernama metaverse.
Metaverse didefinisikan sebagai ruang digital bersama dengan representasi digital seseorang, tempat, dan objek. Di masa depan, metaverse bisa menjadi perpanjangan yang sangat mendalam dari dunia fisik, dengan banyaknya pengguna interface.
Pada level bisnis, di masa pandemi, metaverse membukakan banyak peluang pada bisnis untuk membuat lebih banyak lagi tempat kerja yang layak dan interaktif.
“Masa pandemik telah memberikan kita tantangan untuk beradaptasi dengan berbagai cara baru dalam bekerja, seperti diantaranya membutuhkan kekuatan computing, perangkat keras yang terintegrasi lebih baik, dan solusi IT yang lebih sederhana dan fleksibel." ujar Ken Wong, Presiden dari Lenovo Solutions and Services Group.
Walaupun metaverse saat ini belum tersedia di spot digital facebook, organisasi dapat memulainya dengan meningkatkan produktifitas saat bekerja. Mereka tidak harus invest secara signifikan ke lebih banyak modal untuk mencapai itu.
"Model Everything-as-a-service atau pay-as-you-go menawarkan fleksibelitas, biaya yang efisien dan skalabilitas untuk beradaptasi pada keadaan yang unik tiap perusahaan.” ucap Mr. Wong
Dalam mengelola teknologi yang kompleks, bisnis membutuhkan solusi IT yang sederhana dan fleksibel. Solusi Lenovo mencakup platform ThinkReality, yang mendukung metaverse perusahaan dengan portofolio perangkat keras, perangkat lunak, dan layanan yang telah memenangkan penghargaan.
Pasar Service IT tumbuh empat kali lipat dari total keseluruhan pasar layanan IT. Karena itu, dengan fleksibelitasnya dan penawaran transparan, Lenovo telah membantu organisasi dari bidang edukasi hingga aerospaces untuk mengoptimalikan teknologi yang tepat dengan potensi nya untuk mengubah dan membuktikan operasi mereka di masa depan.
“Kami baru menyentuh permukaan dari metaverse saja, tak terkecuali new economics pada Web 3.0. Untuk saat ini, metaverse membuka banyak peluang untuk bisnis, yang mana berdasarkan hasil penelitian kami, hampir setengah dari pekerja bersedia untuk berpatisipasi. Untuk menangkapnya, perusahaan harus mengidentifikasi cara baru untuk memanfaatkan teknologi mereka sebaik-baiknya." pungkas Mr. Wong.
Beberapa hal yang ditemukan dalam survey yang dilakukan Lenovo, diantaranya:
1. Sementara setengah dari karyawan (44%) bersedia bekerja di metaverse, 20% tidak bersedia, dengan 21% mengatakan mereka netral dan 15% lainnya mengatakan mereka tidak yakin.
2. Setengah dari orang dewasa yang bekerja (51%) setuju bahwa kecepatan adopsi teknologi baru pada suatu perusahaan merupakan indikator kesiapan untuk realitas teknologi baru, seperti realitas fisik metaverse yang hampir ditingkatkan.
3. Orang dewasa yang bekerja di Brasil (53%), Singapura (51%) dan Cina (54%) terbagi rata, dengan sekitar setengah yakin bahwa yang perusahaan mereka memiliki keahlian untuk memungkinkan tempat kerja metaverse, dan setengah lainnya kurang percaya diri. Sebaliknya, orang dewasa yang bekerja di Inggris (30%) dan Jepang (18%) kurang optimis.
4. Sementara 44% berpikir metaverse akan meningkatkan produktivitas kerja mereka, tiga dari lima (59%) tidak berpikir atau tidak yakin bahwa yang perusahaan mereka saat ini cukup berinvestasi di IT untuk membantu mereka memaksimalkan produktivitas mereka.