NUBANDUNG.ID – Beras pandanwangi merupakan beras asli Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Beras ini merupakan beras unggulan khas Cianjur yang mempunyai ciri tersendiri yang bisa dibedakan dengan beras varietas lainnya.
Baunya yang harum pandan bukan dari pengharum buatan. Fisik dari berasnya pun unik berbentuk bulat dan ada titik putih di tengahnya. Bahkan beras pandanwangi ini hanya ada di Indonesia yaitu di Kabupaten Cianjur dengan varietas yang mirip beras jenis ini juga ada di Siberia.
Letak geografis serta tanah yang mengandung organik tinggi diyakini menjadi faktor yang menjadi tumbuh baik dan menghasilkan produk padi yang berkualitas. Beras pandanwangi pun hanya bisa ditanam di tujuh kecamatan di Kabupaten Cianjur, yaitu Cugenang, Warungkondang, Cianjur, Cilaku, Cibeber, Gekbrong, dan Campaka. Jika ditanam di daerah lain, varietasnya akan berubah dan tidak lagi harum seperti beras pandanwangi.
Seorang petani pandanwangi Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Cianjur Jawa Barat, Pepen Zaenudin, (50 tahun), mengatakan, proses penanaman beras pandanwangi ini sama seperti penanaman beras varietas lain.
Namun, benih beras pandanwangi ini harus lebih satu bulan. Setelah satu bulan, benih pandanwangi masuk ke proses cocok tanam, setelah 15 hari diberikan pupuk sesuai dengan luas area sawah, berselang 15 hari kemudian diberikan pupuk kembali.
“Dalam proses penanaman pandanwangi pengairan harus diperhatikan jangan sampai kering,” kata Pepen.
Menurut Pepen, panen pandanwangi ini membutuhkan waktu lima bulan. Dalam satu hektare bisa menghasilkan tujuh ton padi pandanwangi.
“Pasca panen pandanwangi menggunakan ane-ane untuk memetik padi. Setelah itu baru dijemur dengan batang selama tiga hari. Bahkan jika cuaca sedang panas bisa sampai dua hari,” tutur Pepen.
Setelah kering padi pandanwangi ini kemudian didiamkan selama dua minggu. Sebelum masuk ke penggilingan padi, pandanwangi harus dimasukan ke alat perontokan terdahulu karena jenis padi ini tidak bisa diproses jika tidak dimasukkan ke alat perontok untuk memisahkan gabah dengan jeraminya.
“Hasil beras dari satu ton bisa menghasilkan 45 persen kering panen, kemudian beras pandanwangi ini disortir. Beras ini disortir sesuai dengan patahan dari beras sehingga dapat dipisahkan beras pandanwangi kualitas nomor 1 dengan patahan lima persen dan kualitas nomor 2 patahan 25 persen,” ujar Pepen.
Beras pandanwangi dipasarkan melalui koperasi setelah diambil oleh distributor karena padi pandanwangi hanya dijual secara resmi, baik oleh koperasi maupun petani, yang tergabung dalam Masyarakat Pelestari Padi Pandanwangi Cianjur (MP3C).
“Konsumen beras pandanwangi ini ‘kan biasanya dari kalangan menengah ke atas, tetapi ke sini juga ada yang beli cuma sampai lima kilo,” kata Pepen.
Beras pandanwangi ini memiliki SK dari Kementerian Pertanian. Hal ini agar legalitas dari beras pandanwangi terjag karena sebelumnya banyak di supermarket ataupun swalayan beras varietas lain menggunakan nama pandanwangi, padahal itu bukan beras pandanwangi.
“Ini sangat merugikan bagi kami para petani,” kata Pepen, petani sekaligus juga penjual beras pandanwangi.
Pepen menilai karena harganya yang relatif mahal beras pandanwangi hanya bisa diterima kalangan menengah ke atas. Untuk beras pandanwangi kualitas nomor 1 dijual dengan kisaran harga Rp25.000/kg, sedangkan untuk kualitas nomor 2 dijual seharga Rp18.000/kg.
Beras pandanwangi yang merupakan ciri khas Cianjur ini seyogyanya dapat perhatian, khususnya dari Pemerintah Kabupaten Cianjur. Meskipun permintaan pasar banyak, tetapi menurut Pepen, ini menjadi dilema. Pasalnya, banyak para petani yang lebih memilih untuk menanam padi jenis varietas lain.
Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan kepada kami para petani pandanwangi karena ‘kan ini produk lokal unggulan Cianjur dan memang tidak bisa ditanam di wilayah lain. Ini sebenarnya luar biasa dan benar-benar menjadi khas Kabupaten Cianjur.
“Sehingga memberikan semangat dan motivasi bagi para petani pandanwangi untuk terus menanam padi pandanwangi,” ujar Pepen dengan penuh harap.