NUBANDUNG.ID – Kolam Air Campaka di kaki Gunung Kasur seakan jadi surga tersembunyi di penjuru Desa Drawati Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung. Gemercak air yang jatuh menimpa batu terdengar riuh.
Air bening yang dialirkan langsung dari mata air Campaka, ditampung dalam kolam seluas 5×6 meter dengan kedalaman 20 – 150 centimeter. Jernihnya air kolam, membuat dasar kolam terlihat dengan mata telanjang.
Di dasarnya terlihat batu berbentuk gentong terbalik yang konon dibuat serupa dengan gentong yang berada di makam keramat Kp. Cijagra yang letaknya berada tak jauh dari sana.
Terlihat tiga wanita yang berusia sekitar 30-an asyik bermain air di pinggiran kolam sambil memandangi panorama Tatar Priangan. Ya, letak kolam yang berada di lereng pegunungan menyuguhkan lanskap perkampungan, dan hamparan sawah yang seperti karpet permadani berwarna hijau.
Aroma hutan yang khas membuat siapapun betah untuk membunuh waktu di sana. Seperti yang dilakukan Cucu (60), warga sekitar.”Saya dulu pernah ke sini belasan tahun yang lalu. Saya baru tahu kalau sekarang sudah dibuat seperti ini, sangat nyaman sekali,” ujar Cucu (47).
Tidak sendiri, Cucu datang ke kolam mata air itu bersama dua teman dan satu cucunya. Di kolam itu mereka berenang sekitar 30 menit. “Airnya juga dingin,” ucapnya.
Cucu mengatakan, kondisi kolam saat ini berbeda sejak dikelola swadaya oleh masyarakat. Dulu, air mengalir dari celah batu-batu ke sebuah cekungan yang ukurannya lebih kecil dari kolam saat ini. “Sekarang jadi lebih nyaman, biaya masuknya juga marah cuma Rp. 5.000,” katanya.
Biaya masuk ke kolam ini, memang terjangkau. Pengelola mematok harga untuk biaya pengembangan wisata ini ke depannya. “Baru dikelola oleh masyarakat waktu Idul Fitri tahun ini, baru empat-lima bulan ke belakang lah, kolam ini baru diketahui dari mulut ke mulut,” kata Mimi (40), salah seorang pengelola kolam air.
Lokasinya yang berada di pelosok desa, membuat pengunjung harus berupaya ekstra untuk mendatangi tempat ini. Pasalnya, tak ada papan penanda atau penunjuk ke lokasi wisata baru di Desa Drawati ini. Patokannya hanya deretan rumah warga yang berada di tanjakan yang curam.
Perjuangan tak hanya sampai situ, pengunjung harus berjalan kaki sejauh 500 meter melewati pesawahan warga, sebelum masuk ke hutan. Di sana terdapat sebuah bale yang dibubuhi papan informasi dan larangan bagi pengunjung.
“Tidak boleh membawa sampo dan minuman keras, karena airnya akan dialirkan untuk warga dan irigasi sawah, tujuh desa memanfaatkan air dari kaki gunung ini kebutuhan sehari-hari dan sawah,” ucap Mimi.
Juru Kunci mata air Campaka Pandi (52) mengatakan sumber mata air itu sudah ada sebelum ada pemukiman warga di sana. “Sudah ada ratusan tahun lalu dan juru kuncinya pun terus berganti (12 kali ganti),” kata Pandi saat ditemui di rumahnya di Kp.Campaka, Desa Drawati, Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung, Jumat (24/11/17).
Pandi mengungkapkan, menurut cerita nenek moyangnya, sebelum adanya sumber mata air Campaka, wilayah tersebut hanyalah pegunungan biasa. “Airnya dibawa dari sumber air Gunung Papandayan Garut dan disalurkan ke Kampung Campaka. Katanya dulu dibawa oleh Eyang Campaka dari Eyang Papandayan,” tuturnya.
Selain itu, nama mata air Campaka berasal dari. pohon cempaka yang terletak di sekitar mata air. Bunga tujuh warna diyakini memiliki banyak khasiat. Sebelumnya, kata Pandi, segelintir warga memanfaatkan lokasi tumbuhnya bunga Campaka tersebut untuk sesuatu hajat.
“Tujuh warna bunga menandakan mata air itu memiliki banyak khasiatnya. Banyak juga warga yang datang ke sini untuk sekedar mandi untuk mendapat keberkahan, namun sekarang pohon tersebut sudah tidak ada,” ujarnya.
Padahal, selain digunakan untuk kebutuhan warga sekitar, sumber mata air ini dialirkan juga ke tujuh desa di Kecamatan Paseh, terdiri Desa Mekarpawitan, Cijagra, Loa, Tangsimekar, Karangtunggal, Cipaku dan Drawati. Jauh dari kesan mistis yang diyakini.
Untuk mencoba kesegaran sumber mata air ini, dibutuhkan tiga jam perjalanan dari pusat Kota Bandung, letaknya berada di pelosok desa. Akses jalan menuju obyek wisata ini hanya dapat ditempuh menggunakan sepeda motor dan mobil pribadi berukuran kecil.
Wisatawan dapat menggunakan Jalan Tol Cileunyi via Rancaekek-Majalaya-Paseh-Mekarpawitan-Drawati-Kp.Campaka atau Jalan Tol Buahbatu via Bojongsoang-Majalaya-Paseh-Mekarpawitan-Drawati-Kp.Campaka.