NUBANDUNG - Kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat memang masih tiga tahun lagi, tepatnya digelar pada 2024. Namun, sejumlah lembaga survei sudah mulai memprediksi tokoh yang berpotensi bersaing dalam ajang lima tahunan tersebut.
Salah satu lembaga survei yang telah melakukan penelitian adalah Indonesian Poitic Research & Consulting (IPRC). Hasil survei IPRC menunjukkan, masyarakat Jawa Barat masih memilih Ridwan Kamil untuk menjabat sebagai gubernur selama periode berikutnya, 2024-2029. Pria yang akrab disapa Emil itu memiliki elektabilitas 28 persen.
"Ridwan Kamil di sini yang memilih ada 28 persen dari sekitar 200 lebih koresponden. Tapi ada juga yang belum menentukan pilihannya yaitu sebesar 52 persen," ujar Direktur Riset IPRC Leo Agustino.
Selain Emil, hasil survei juga menunjukkan nama lama seperti Dedi Mulyadi, Deddy Mizwar, dan Akhmad Syaikhu, masih dipilih masyarakat. Dedi Mulyadi memiliki elektabilitas 4,8 persen, Deddy Mizwar dan Presiden PKS Akhmad Syaikhu berada di urutan tiga dan empat dengan jumlah pemilih 2,8 persen.
"Masih nama-nama lama temuan di lapangan begini. Nampaknya kita masih belum move on dari pemain lama yang menjadi tokoh di Jabar. Semua nama itu yang turut meramaikan Pilgub 2018 lalu," ungkap Leo.
Meski masih didominasi nama lawas yang bersaing di Pilgub Jabar 2018, masyarakat ternyata juga menyebut dua nama baru Pilkada Jabar 2024.
Mereka adalah Eks Walikota Tangerang Selatan yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) Airin Rachmi Diani dan Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PAN Jawa Barat Desy Ratnasari.
Hasil survei menunjukkan, Airin memiliki elektabilitas 3,0 persen sementara Desy Ratnasari dengan 2,8 persen.
"Jika Pilgub diselenggarakan pada saat survei ini dilakukan, maka sebagian besar responden belum menentukan pilihannya/tidak menjawab. Disusul dengan Ridwan Kamil 28, Dedi Mulyadi 4,8 persen, dan Deddy Mizwar. Menariknya ada dua nama baru, muncul (Desy Ratnasari dan Airin Rachmi Diani) dan keduanya perempuan," sambung Leo.
Di tempat yang sama, Guru Besar Politik dan Keamanan Universitas Padjajaran (Unpad) Muradi mengatakan, dua nama tersebut berpotensi menjadi kuda hitam di Pilkada Jabar. Apalagi, mereka memiliki pengalaman yang terbilang mulus.
Airin pernah menjabat sebagai Wali Kota Tangerang Selatan dua periode, sementara Desy Ratnasari selain menjabat sebagai Ketua DPW PAN Jawa Barat, juga menjabat sebagai anggota Komisi X DPR RI.
"Kelebihan mereka muda, fresh, Airin lolos dua periode di Tangsel, dia tidak punya problem soal korupsi karena yang korupsi malahan suaminya. Desy juga saya kira tidak terlalu High Profile. Saya kira karakter dua orang ini punya karakter dekat dengan Budaya Politik di Jawa Barat," ungkap Muradi.
Selain itu, potensi dua perempuan tersebut bisa menjadi pemanis di Pilgub Jawa Barat karena isu gender tidak terlalu kuat.
Muradi merujuk Pilgub Jawa Barat 2013, saat itu Rieke Diah Pitalokav-Teten Masduki hampir menang melawan pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar. Menurut Muradi, isu gender sama sekali tidak mempengaruhi masyarakat Jawa Barat.
"Rieke masih punya peluang untuk menang, terutama dia masih punya basis-basis yang bukan basis agama. Jadi menurut saya, Karakteristik Politik di Jawa Barat bisa menerima pemimpin perempuan," tandasnya.
Sementara itu, Pakar Politik dan pemerintah Universitas Padjajaran (Unpad), Firman Manan menambahkan, jika beberapa nama lama seperti Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi kembali maju dalam kontestasi, Airin dan Desy paling potensial menjadi pemanis Di Pemilihan Gubernur Jawa Barat.
Atau dengan kata lain, dua perempuan tersebut lebih besar peluangnya jika ditarik sebagai Wakil Gubernur.
"Untuk mereka ada peluang masuk di level Wakil Gubernur. Misalnya Kang Emil tetap maju, dua perempuan ini bisa jadi opsi untuk Wakil Gubernur. Karena agak menarik politisi perempuan untuk di Jawa Barat memang belum ada dan akan menjadi sejarah pimpinan di level Provinsi," bebernya.
Survei dilakukan terhadap 400 responden yang dipilih berdasarkan metode penarikan sampel melalui Multistage Random Sampling.
Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 396 responden atau 99 persen. Margin of Error rata-rata lebih kurang lima persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.