Perkembangan teknologi digital merangsek tiadahenti ke tiap penjuru kehidupan umat manusia. Informasi pun kena imbasnya.Koran berkonvergensi dengan media online (epaper). Radio menjadi lebih mudahdengan menggunakan teknologi internet (i-radio). Televisi jugamenyertakan teknologi digital sehingga bisa dinikmati tanpa menggunakan antena(TV internet).
Salah satu TV LCD merek Samsung, misalnya, telah menanamkanjaringan internet didalamnya sehingga aktivitas bowsing, berjejaring,dan mengirim surat elektronik bisa dilakukan dari perangkat televisi denganmenyentuh layar (touchscreen). Mengakses informasi pun tidak meluluhanya menggunakan komputer, notebook dan mobile phone.
Itulah realitas informasi yang semakinmengarah pada kemudahan, instan dan “mendigital”. Tak heran jika teknologi manual mulai berganti dengan teknologi digital. Kita tidak bisa menolak kemajuan ini. Kita harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Realitas membuktikan setiap individu tidak mau berlepas diri dari gadget-gadget cerdasketika mengakses informasi. Cukup dengan menyentuh ikon bergambar surat, makahanya dalam hitungan detik, teks dapat terkirim ke tujuan. Di sekitar pusat kota kita dengan mudah menyaksikan “generasi menunduk” yang begitu piawaimenggunakan perangkat teknologi digital.
Media informasi dalam kehidupan kitajuga terkena imbas. Kalau sepuluh tahun lalu, kita tidak begitu akrab denganmedia online. Kini kita tengah berada di dua arus kebudayaan dalam halmengakses informasi, antara kebudayaan masyarakat digital dengan kebudayaan masyarakatanalog.
Bagi masyarakat digital tidakmembutuhkan energi lebih untuk melipat kertas, ketika perangkat Ipad digunakanuntuk mengakses koran elektronik. Begitu juga tidak perlu menggunakan bersusahpayah menekan tombol keyboard untuk memutar chanel radio di mobile phone.Dalam masyarakat digital, seorang individu menjadi terintegrasi dengan segalahal berbau teknologi sehingga kehidupan serasa instan dan mudah ketika hendak mengaksesinformasi.
Sementara itu karakter masyarakat analogmasih tidak bisa meninggalkan segala hal yang bersifat manual. Mereka masihmenyenangi lipatan kertas, bersusah payah memutar perangkat analog di televisi,dan gerak tubuhnya lebih energik ketimbang masyarakat digital. Karena kitasedang berada di ruang perkembangan dan perubahan hidup, dari “manual” menuju“digital”. Perubahan ini tentunya menciptakan generasi baru ketika mengaksesinformasi.
Akhirnya, membaca dan mencariinformasi pun tidak sepenuhnya bergantung pada keberadaan kertas. Tanpa kertas,seluruh teks informasi masih bisa dinikmati karena perangkat digital mampu memenuhidahaga informasi dari masyarakat digital. Kebangkitan internet dan mulailunturnya ketergantungan umat manusia pada alat baca kertas (cetak),mengokohkan keyakinan kita bahwa mesti ada upaya konvergensi agar perusahaanmedia cetak tidak mati. Perkembangan teknologi yang terjadi harus disiasatiseluruh perusahaan media agar tidak ketinggalan dan mati ditelan zaman.
Pada era serba digital inilah, bisnismedia dipenuhi tantangan sekaligus peluang dalam menghadirkan inovasi untukmenyambut kebudayaan masyarakat digital yang mengakrabi kultur digital. Dalam perspektifsosiologis, realitas perkembangan teknologi digital selalu berjalan beriringandengan kultur masyarakat setempat. Migrasi kebudayaan masyarakat dari “analog” menuju“digital” merupakan iklim positif bagi tumbuh-kembangnya bisnis media diIndonesia dalam memproduksi informasi.
Di era digital, seluruh informasitentu akan menjadi serba digital dan cepat disajikan; kecuali makanan danminuman saja yang tidak serba digital. Selamat menikmati menu informasi! ***
Dimuat di HU Pikiran Rakyat, Senin 2 September 2013 @ rubrik JEJARING.