NUBANDUNG – Dalam rangka memotivasi mahasiswa untuk ikut dalam kompetisi bergengsi tingkat nasional, Program Kreativitas Mahasiswa Center (PKM Center) Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung) adakan ”Sosialisasi Program Kreativitas Mahasiswa 2022” sesi kedua pada Jumat (24/12/2021) lalu.
Acara yang diselenggarakan secara daring tersebut diikuti sekitar 1400 mahasiswa UMBandung. Dengan ikut acara ini, kreativitas mahasiswa yang akan berperan sebagai aktor utama pada penyusunan proposal dan pelaksanaan kegiatan PKM bisa terfasilitasi dengan baik.
Dalam sambutannya, Wakil Rektor I UMBandung Dr. Hendar Riyadi, M.Ag. mengapresiasi kegiatan yang diinisiasi PKM Center tersebut sebagai hal yang penting bagi para mahasiswa.
”Kami di UMBandung sangat menekankan bahwa mahasiswa-mahasiswa di UMBandung ini tidak hanya bisa menyelesaikan perkuliahan secara baik, tetapi juga memiliki karya-karya yang penting, yang bisa dibanggakan bagi diri sendiri ataupun bagi keluarga dan tentu saja bagi universitas,” ucap Hendar.
Wakil rektor juga mengatakan, kegiatan semacam ini dapat memperkuat, meneguhkan, dan mengembangkan kecerdasaan para mahasiswa terutama dalam mengikuti kegiatan PKM nasional.
”Saya juga berharap, pembinaan untuk pelaksanaan PKM ini mampu membangun kemandirian teman-teman dalam berpikir dan bisa memberikan kontribusi yang sangat bermanfaat bagi masyarakat serta bangsa yang lebih luas,” tandasnya.
Soal kreativitas
Dalam paparannya, dosen Farmasi Universitas Padjajaran (Unpad) yang menjadi narasumber utama acara ini, Prof. apt. Utay Muchtaridi, Ph.D., memberikan motivasi dan cerita mengenai pengalaman-pengalamannya saat menjadi pembimbing PKM di Unpad.
Lebih lanjut Muchtaridi menjelaskan bahwa ketika ingin mempertahankan suatu PKM, maka perlu diiringi dengan kreativitas yang menonjol dari mahasiswa yang bersangkutan.
Selain itu, perlu juga digali, dipahami, dan disampaikan seperti apa tingkat kemanfaatan yang tinggi dari, misalnya, produk yang dibuat. Kreativitas harus dibudayakan karena dari situ nanti akan memunculkan hasil yang unik dan diingat orang banyak.
”Nah, kalau sudah membudaya, membuat kreativitas, maka di perusahaan itu membudaya, membuat sesuatu hal yang unik gitu. Contoh misalnya Anda mungkin belum pernah dengar ya, perusahaan John West, perusahan tuna dari Australia. Ya, John West. Iklannya mereka itu bagus-bagus, kreatif, sesuatu yang tidak terduga, tetapi kena. Nah iklan yang pertama misalnya kita ekspektasinya wah hebat nih, orang berkelahi dengan beruang. Namun, kemudian dia memberikan tuna sebagai barter bahwa saya kalah,” ucapnya.
Kembali ke soal kreaivitas, Muchtaridi berharap mahasiswa mengimbangi kreativitas yang dimiliki dengan presentasi yang baik dalam PKM.
”Meskipun mahasiswa itu memiliki kreativitas yang menonjol, tetapi jika tidak bisa menyampaikan kemanfaatan yang tinggi, program PKM tersebut pasti tidak akan bertahan,” kata Muchtaridi.
Ia juga mengatakan, ide-ide yang sudah ada di benak, tetapi tidak dituliskan, ide tersebut tidak akan dianggap ada, hanya sebatas angan-angan.
”Ibaratnya jika tidak ada tindakan, kita tidak tahu apakah perut gendut kita ini pertanda hamil atau bukan. Ya (hamil) atau banyak gas di dalamnya. Oleh karena itu, kita harus bertindak, harus ditulislah istilahnya,” tegasnya.
Muchtaridi menjelaskan bahwa tujuan PKM itu pemerintah atau DIKTI sudah mencanangkan di dalam buku panduan ada tiga hal. Pertama, supaya masiswa tahu dan taat aturan. Kedua, mahasiswa kreatif dan inovatif. Ketiga, mahasiswa objektif dan kooperatif, yakni ada kerja sama.
”Artinya tiga hal ini sudah memang soft skill yang didapatkan sehingga nanti membangun kebinekaan karena ada kebersamaan pada pertumuan PIMNAS. Wah pokoknya kalau teman-teman dapat PIMNAS itu, waduh senanglah, auranya benar-benar ‘oh saya itu mahasiswa lebih besar dari demo,’” tuturnya.
Motivasi yang kuat
Pada waktu yang sama, Ketua PKM Center UMBandung Yayu Ulfa Marliani, S.P., M.Si. mengatakan, tim yang melaksanakan PKM haruslah memiliki motivasi yang kuat.
”Jadi, buat teman-teman yang lain, buat menjaga keharmonisan, dan semangat biar submit proposal yang sudah dirancang memang satu kuncinya adalah cari tim yang satu frekuensi, minimal dari komunikasinya. Kemudian yang kedua cari dosen pembimbing yang juga sama-sama satu frekuensi,” ungkap Yayu.
Ketika semuanya satu frekuensi, semangatnya pun sama. Kalau semangatnya sama, maka sampai submit dan PIMNAS pun dengan kesibukannya masing-masing itu akan lancar.
Yayu memberikan tips kepada para mahasiswa agar PKM bisa berjalan maksimal yakni salah satunya dengan membaca dan mencermati pendoman karena di sana komposisi penilaian.
”Untuk proposal itu bobotnya saja 30 persen. Yang kedua, bobot penulisan laporan 20 persen. Dan yang paling besar itu adalah presentasi. Jadi, teman-teman lihat saja proporsionalnya tersebut. Kemungkinan ketika monev itu nilai yang paling besar adalah presentasi. Itu artinya, performa kita ketika persentasi itulah yang dinilai,” ujar Yayu.
Ia berpesan, agar para mahasiswa selalu berinovasi ketika menuangkan ide-ide dalam pembuatan proposal dengan pendanaan 5-10 juta.
”Dengan mengikuti kegiatan PKM ini, mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan softskill karena kegiatan tersebut menjadi hajatnya para mahasiswa,” pungkasnya.***
[Firman Katon]