NUBANDUNG - Era new normal setelah adanya pandemi Covid-19 sedikit banyak memberikan pengaruh pada hampir setiap lini kehidupan. Baik pada sektor ekonomi, pendidikan dan sosial.
Dalam menyikapi hal itu, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Siliwangi mengusung beberapa tema khusus pada program Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (PPM). Skema Ketahanan Pangan, yakni PbM-KP merupakan salah satu dari skema Program Penelitian dan Pengabdian yang diusung oleh LP2M-PPM Universitas Siliwangi.
Tidak hanya masyarakat di perkotaan, dampak pandemik Covid-19 dirasakan juga oleh masyarakat di daerah objek wisata Candi Cangkuang. Dengan skema Ketahanan Pangan (PBM-KP), salah satu Tim PPM Universitas Siliwangi berinisiatif membantu masyakarat khususnya Mitra Burayot Teh Imas.
Selain itu, kelompok Ibu-Ibu Home Industry Pengrajin Burayot di Desa Cangkuang Kecamatan Leles, Kabupaten Garut dengan memberikan pelatihan mengenai "Re-Branding Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Pada Makanan Tradisional Khas Objek Wisata Candi Cangkuang, “Burayot”.
Biki Zulfikri Rahmat, S.Sos.I., M.E.Sy., Ketua tim PPM Universitas Siliwangi bersama dua anggotanya yakni Qiny Shonia Az Zahra, S.E., M.E, Elis Nurhasanah, S.Sy., M.Si serta Ari Farizal Rasyid, S.Ud., M.Ag melakukan pelatihan mengenai kegiatan "rebranding dan repackaging" yang menarik pada 3 September 2021 dibantu dengan narasumber yang merupakan praktisi bisnis, Dilla Wulan Ningrum yang membahas mengenai Business Development.
Selain itu, pada 29 Oktober 2021, pelatihan untuk kedua kalinya diadakan dengan praktek langsung bagaimana membuat kemasan produk Burayot menjadi lebih terlihat menarik sehingga dapat membuat khas daerah Kampung Ciakar, Desa Cangkuang ini produk kuliner unggulan.
Karena, tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan nilai jual produk dan memiliki daya saing, sehingga hal ini diharapkan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah tersebut.
“Belum ke Candi Cangkuang, kalau belum nyobain Burayot," begitu tutur Biki Zulfikri yang merupakan Ketua Tim PBm-KP karena Produk Burayot yang merupakan ciri khas Candi Cangkuang.
Selain dijual di pinggir jalan, tetapi Burayot banyak juga dijual di toko oleh-oleh khas Garut. Sayangnya, sejak adanya pandemi para mitra mengalami penurunan penjualan yang cukup drastis. Apalagi dengan banyaknya varian oleh-oleh khas Garut lain seperti Bakso Aci, Dorokdok, dll.
Maka, tidak hanya memberikan pelatihan, pada 29 Oktober lalu, tim PPM Universitas Siliwangi ini menyerahkan bantuan berupa kemasan/packaging box Burayot dengan berbagai varian motif dan warna serta bahan. Juga sample sticker logo untuk Re-Branding para mitra.
Harapannya, bantuan kecil baik berupa support, moril dan materiil ini bisa bermanfaat bagi para peserta sekaligus mitra. Dalam praktek tersebut, tim mengadakan sharing mengenai cara pemilihan kemasan untuk berbagai varian produk, penggunaan sticker pada kemasan, memilih kemasan ekonomis tetapi tetap dapat meningkatkan nilai jual dan daya saing.
Menurut Ketua Tim, Biki Zulfikri dalam sambutanya, “Sanes maksad mapatahan ngojay ka meri (bukan maksud mengajari bebek berenang), program pelatihan mengenai pemasaran dan kemandirian pangan ini murni untuk berbagi ilmu, sharing untuk kebermanfaatan para wirausaha Burayot di kawasan Candi Cangkuang, sehingga produk tersebut bisa lebih menarik para wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Candi Cangkuang maupun Kabupaten Garut dengan harapan adanya peningkatan nilai tambah atau value added serta Daya Saing dari upgrade kemasan dan Re-Branding ini,” ujarnya.
“Alhamdulillah, adanya program pelatihan singkat mengenai pemasaran seperti ini sangat kami terima dengan baik, bahkan sangat bermanfaat bagi kemajuan para wirausaha Burayot di kawasan Candi Cangkuang ,” ujar Teh Imas, salah satu mitra dan peserta pelatihan.