NUBANDUNG – Mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung) Imanda Tsabita Madhani berhasil meraih predikat sebagai penulis terbaik nasional dalam kegiatan “Mahirnulis Batch 10: My Self Healing” yang diadakan oleh Mahirnulis Media pada pertengahan September 2021 lalu.
Dihubungi terpisah, Imanda menjelaskan bahwa lomba cerita pendek yang diikuti banyak peserta itu sudah menjadi berjudul ”My Self Healing”. Buku ini menceritakan self healing, seperti proses menyembuhkan luka hati, mengobati kekecewaan, cara menerima diri, dan apresiasi.
Buku itu berisi kumpulan cerpen dari 40 orang penulis. Kemudian salah satu cerpen, yakni yang berjudul ”Menemukan Diriku Kembali”, merupakan hasil karya Imanda.
Mengisi kekosongan
Imanda atau biasa disapa dengan Manda mengakui dirinya ikut dalam lomba tersebut berawal dari kegiatan untuk mengisi waktu luang karena sedang dalam kondisi gap year.
”Awalnya aku hanya mengisi kekosongan waktu saja. Seingatku ada sekitar 100 hingga 200-an penulis yang mengikuti penyeleksian ini, tetapi yang lolos seleksi penerbitan hanya 40 orang saja. Alhamdulillah aku termasuk 40 orang tersebut yang ceritanya dibukukan kemudian diterbitkan,” ucap Manda, via pesan singkat, Rabu (10/11/2021).
Manda menjelaskan lomba itu tidak mudah bagi dirinya yang baru dalam dunia tulis-menulis karena ada beberapa syarat ataupun ketentuan yang harus dipenuhi oleh para peserta lomba menulis. Misalnya tidak boleh mengandung sara dan kekerasan pada cerpen yang diikutsertakan dalam lomba.
”Selain itu, ada perjanjiannya juga mengenai pencetakan setiap buku, seperti halnya cerita yang sudah diterbitkan tidak boleh dipublikasikan lagi ke media mana pun,” jelas mahasiswi angkatan 2021 ini.
Cerpen ”Menemukan Diriku Kembali” karya Manda menceritakan mengenai seseorang yang ingin melepaskan diri dari belenggu dan kehidupan yang buruk.
Butuh dukungan
”Cerpen aku ini menceritakan tentang susahnya seseorang untuk keluar dari toxic relationship, dimana di sini juga diceritakan proses penyembuhan dirinya, aku mengeksplorasi dan fokus pada cerita di situ,” lanjut Manda.
Dalam proses menulis cerpen, Manda mengaku hanya membutuhkan waktu satu hingga dua hari. Cerpennya tiga halaman saja yang ditulis tanpa mengalami kendala yang berarti.
”Sebenarnya untuk kesulitan yang gimana-gimana tidak ada sih karena dari awal juga aku membuat cerita pendek ini hanya untuk mengisi kesibukan saja. Namun setelah aku mendalami dunia penulisan, justru aku mulai menemukan beberapa kesulitan, salah satunya karena kurangnya dukungan dari orang-orang sekitar,” tutur Manda.
Apresiasi kampus
Meskipun baru terjun ke dunia tulis-menulis, tetapi ia merasa bangga karena keberhasilannya menyabet predikat penulis terbaik nasional nyatanya diapresiasi oleh pihak kampus.
”Alhamdulillah adanya dukungan dari pihak kampus, membuat aku lebih semangat lagi untuk terus belajar menulis dan memberikan prestasi yang lebih baik untuk mengharumkan nama kampus tercinta ke depannya,” katanya.
Manda berharap seraya mengajak kepada orang-orang yang berkecimpung di bidang apa pun, terutama dunia menulis, jangan menyia-nyiakan kesempatan yang ada untuk meraih peluang.
”Harapan dan pesannya untuk kita agar mengambil segala kesempatan dalam hal apa pun dan sekecil apa pun itu. Kenapa seperti itu? Alasannya karena kita enggak pernah tahu kalau justru kesempatan itu akan menjadi peluang besar dan pintu gerbang untuk kita meraih sukses di masa depan,” pungkasnya.***
[Firman Katon]