Menarik dicermati. Kalau kita memperhatikan logo dunia kesehatan atau departemen kesehatan di rumah sakit tampak logo bergambar ular melilit. Sepertinya sesuatu yang biasa. Ada apa dengan simbol ular? Ular merupakan binatang yang berbisa atau beracun. Siapapun tahu soal ini. Tapi kenapa dunia kesehatan mengambil gambar ular sebagai simbolnya? Mungkin ini perlu kita ketahui dan fahami.
Obat yang dibuat untuk menyembuhkan kita yang sakit sesungguhnya di dalamnya terkandung racun. Bila kandungan obat tersebut dikonsumsi tidak tepat justru akan menjadi racun yang membahayakan tubuh. Mungkin inilah yang perlu kita fahami. Sayang umumnya kita tidak banyak yang memedulikan hal sederhana tetapi mendasar ini.
Memang zaman modern orang lebih berpikir praktis dan tak mau rumit. Termasuk dalam persoalan dunia kesehatan atau mengalami sakit. Fasilitas kemajuan modern memang memadai di sana-sini. Pusat layanan kesehatan masyarakat (puskesmas) bermunculan di tiap kota kecil.
Bahkan rumah sakit besar berdiri di tiap ibukota kabupaten dan kota. Meskipun demikian fenomena orang sakit berobat tidak serta-merta pergi ke rmah sakit atau dokter. Tidak sedikit pula yang memilih ke pengobatan kesehatan alternatif.
Tentu saja berobat kesehatan medis masih dibenarkan bila pun mengambil pilihan ke pengobatan alternatif yang kini populer disebut pengobatan herbal. Selain mereka yang memilih ke pengobatan dengan obat kimia sintetis seperti rumah sakit.
Pengobatan tradisional atau alternatif herbal yang kembali ramai di negeri kita menunjukan adanya kecenderungan masyarakat untuk “back to nature”. Ramuan-ramuan alami biasanya dari tumbuhan atau khususnya bahan dedaunan yang membuatnya bernama herbal.
Ada pula yang beralih ke pengobatan secara herbal ini karena faktor keuangan. Kesehatan bagi masyarakat kecil khususnya seakan terasa mahal. Selain adanya anggapan lebih murah, pengobatan secara alami (herbal) ini dinilai lebih aman bagi jangka panjang kesehatan organ tubuh.
Berbeda dengan pengaruh obat-obat kimia sintetis (pabrikan). Pengobatan ke rumah sakit dengan obat-obat kimia sintetis seringkali muncul kasus yang seakan-akan kurang manusiawi. Apalagi berkali-kali muncul kasus di dunia kedokteran (rumah sakit) yang seakan-akan terjadi komersialisasi kesehatan.
Semakin banyak orang sakit semakin bernilai ekonomis, sehingga dunia kedokteran menjadi menggiurkan secara finansial. Terlepas dari persoalan pandangan tersebut, pengobatan herbal atau Back to Nature sesungguhnya mengandung upaya pemanfaatan sumber daya alami di tanah air.
Kekayaan tanaman di negeri kita sebenarnya sudah dimanfaatkan nenek-moyang kita dengan mengolah obat tradisional. Bukan saja bangsa kita, bangsa Tionghoa dikenal pula memiliki keuletan dalam hal pengobatan herbal. Dalam khazanah umat Islam pengobatan herbal sebenarna sudah jadi perhatian sejak zaman para ulama ahli pengobatan. Kita mengenal ahli kedokteran seperti Ibnu Sina.
Begitu pula ulama lainnya yang mengkaji persoalan pengobatan seperti Jalaluddin As-Suyuthiy yang menulis kitab tentang Pengobatan ala Nabi. Maka kembali ke alam dalam hal menjaga kesehatan dan mencegah penyakit atau pun menjadikan bahan alami untuk pengobatan itu pun patut jadi pertimbangan kita.
Sebagai seorang muslim, kita harus mulai melirik pengobatan ini, karena kalau untuk pencegahan dengan prinsip "back to nature" akan menjadikan hidup hemat. Karena bahan-bahannya mudah kita diperoleh dari alam, pengobatan herbal menjadi lebih aman bagi organ tubuh dalam dibandingkan obat-obat kimia sintetis.