NUBANDUNG – Bandung Lautan Api 1946, apa yang melatarbelakangi peristiwa ini? Kekacauan akibat pengadangan dan vuurcontact di Fokkerweg (Jalan Garuda) Kota Bandung dan sejumlah daerah di Jawa Barat oleh pejuang republieken membuat Sekutu berang.
Pertempuran yang banyak menumpahkan darah terutama di pihak Sekutu memicu keluarnya ultimatum Inggris agar Kota Bandung dikosongkan.
Dakota punya RAF (Angkatan Udara Kerajaan Inggris) melayang-layang di atas langit Bandung, Kamis 21 Maret 1946. Alih-alih melancarkan bom, pesawat kargo tersebut justru menyebarkan ribuan lembar kertas. Isinya: Para ekstrimis Indonesia harus mengosongkan Bandung selambat-lambatnya pada 24 Maret 1946, jam 24.00 dan mundur sejauh 11 KM dari tanda kilometer nol.
Perdana Menteri Sutan Sjahrir di Jakarta menyarankan para pejuang Bandung mengikuti ultimatum. Pesan tersebut disampaikan Ketua Komite Nasional Indonesia Jawa Barat Residen Ardiwinangun yang didampingi pemuda Mashudi via telepon usai bersua sang perdana menteri di Jakarta.
Komandan Divisi III TRI Kolonel AH Nasution berangkat ke Jakarta, sore itu juga. Pemerintah pusat tetap dengan pendiriannya dan menginstruksikan Nasution menuruti ultimatum Inggris.
Tiba kembali di Bandung pada 24 Maret 1946, Nasution menginstruksikan bawahannya seperti yang diminta pemerintah pusat. Namun, instruksi tersebut ditolak para bawahannya yang diwakili Komandan Resimen Kedelapan TRI Letnan Kolonel Omon Abdurrachman. Ultimatum pun tak dihiraukan.
Hanguskan Kota
Seturut Mohamad Rivai dalam otobiografinya Tanpa Pamrih Kupertahankan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Omon terlibat dalam operasi bumi hangus Bandung.
Seiring datangnya pesan tersebut, sampai pula kawat dari Markas Besar Tentara di Yogyakarta. Tegas! Bunyinya: Tiap jengkal tanah tumpah darah harus dipertahankan. Tentu, Komandan Divisi III TRI Kolonel AH Nasution bingung dibuatnya. Dua instruksi yang berbeda.
RJ Rusady W—veteran pejuang Bandung timur, dalam “Tiada Berita dari Bandung Timur 1945-1947” menceritakan, pihak tentara menyatakan taat perintah. Akan tetapi, sebagai rakyat akan tetap berjuang.
Para pejuang dan rakyat Bandung sayang akan kotanya yang damai tetapi lebih cinta kemerdekaan. Minggu, 24 Maret 1946, 75 tahun yang lalu tepat pukul 24.00 beberapa titik api mulai terlihat di penjuru kota dan makin meluas.
Sementara sekira 200 ribu rakyat mengungsi ke berbagai pelosok terutama Bandung selatan, para pejuang membumihanguskan kota. Akhirnya, Bandung menjadi Lautan Api.