Setiap keluarga pasti menginginkan kehidupan yang mapan. Ekonomi yang serba cukup sehingga bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga biaya sekolah anak-anak. Setiap istri juga senang jika sang suami senantiasa menemaninya dalam kondisi senang dan susah. Bermanja-manja dengannya dan saling bekerjasama dalam memikul beban kehidupan.
Tetapi kondisi diatas tidak selamanya terjadi pada kita. Allah pasti akan memberikan ujian-ujian untuk menguji kedewasaan dan kemandirian. Bisa jadi dengan ekonomi kita yang sangat sulit. Hanya untuk kebutuhan harian saja tidak cukup ditambah beban biaya sekolah anak-anak kita. Atau juga ujian jauhnya kita dari sang suami karena tugas dakwah atau tugas lainnya. Bahkan yang lebih berat lagi adalah saat Allah menguji dengan kematian suami kita.
Pada kesempatan ini, kami hendak berbagi satu kisah mengharukan dari sayyidah Fathimah Az-Zahra dalam menjalani kemandirian bersama suaminya, Ali Bin Abi Thalib.
Suatu hari Fathimah mengeluh sakit sekujur tubuhnya karena alat penggiling roti. Lalu pada saat itu, ada seorang tawanan, sebagai harta rampasan Nabi Muhammad Saw. Maka dengan bergegas, Fathimah pun bertolak menuju rumah ayahnya, namun tidak bertemu dengannya. Fathimah hanya mendapati Aisyah. Lalu dia mengabarkan kepadanya.
Tatkala Nabi Saw. datang, Aisyah pun mengabarkan kedatangan Fathimah kepada beliau.
Lalu beliau mendatangi Fathimah dan Ali, yang kala itu mereka hendak pergi ke tempat tidur. Singkat cerita, beliau duduk di tengah-tengah Fathimah dan Ali sambil merangkul keduanya dalam satu dekapan.
Beliau pun berkata, "Ketahuilah, akan kuajarkan kepadamu sesuatu yang lebih baik daripada apa yang engkau minta kepadaku. Apabila engkau hendak tidur, maka bertakbirlah tiga puluh empat kali, bertasbihlah tiga puluh tiga kali, dan bertahmidlah tiga puluh tiga kali, maka itu lebih baik bagimu daripada seorang pembantu”. (HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad, Al-Baihaqi).
Hikmah kisah tersebut ialah Rasulullah Saw., mengajarkan hidup mandiri kepada puteri tercintanya, Fathimah Az-zahra. Saat Fathimah hendak meminta tawanan untuk bekerja di rumahnya, Rasulullah tidak memenuhinya; melainkan hanya mengajarkan zikir yang mampu ciptakan kebahagiaan pada Fathimah dan Sayyidina Ali.