NUBANDUNG – Beberapa tahun terakhir, popularitas bola ubi meroket seiring dengan meningkatnya antusiasme masyarakat terhadap camilan ini. Bola ubi memang kudapan “jadul” alias sudah berkembang sedari dulu, bukan muncul saat ini.
Boleh dibilang jajanan pasar ini punya penggemar yang loyal. Tak hanya digemari kalangan dewasa dan orang tua, tetapi juga disukai anak-anak.
Bahkan, cita rasanya yang renyah dan manis menggoda kawula muda milenial untuk mencicipinya. Media sosial pun menjadi saluran berbagi testimoni mereka sehingga bola ubi kian semarak sebagai camilan kekinian. Tepatnya, camilan tempo dulu yang kembali hits.
Belakangan, para penjual makanan berbahan dasr ubi ini boleh dikata bertambah terutama di ranah kaki lima atau gerobak keliling. Jadinya, kuliner jalanan pun kian beragam.
Akan tetapi, tunggu dulu, bicara bola ubi yang legendaris ada di Kota Bandung. Namanya Bola Ubi Gardu Jati yang berjualan di dua tempat, yaitu di Jalan Gardu Jati dan Jalan Cibadak. Jajanan ini mulai menjadi bagian khazanah kuliner Bandung sejak 1977 ketika pertama menyapa masyarakat di Jalan Dalem Kaum.
Resep yang diwariskan turun-temurun membuat cita rasa camilan legendaris ini tak berubah. Rahasia utamanya ada pada pengolahan dan bahan baku ubi merah yang didatangkan dari Cianjur, Kuningan, Banjaran (Kabupaten Bandung), dan Majalengka.
Kopong dan renyah
Kata Suherman—sang penjual sekaligus penerus usaha orang tuanya—dengan bahan dan cara mengolah yang baik, bola ubi kenyal dan tidak bantat, bahkan renyah. Salah satu yang unik adalah proses menggorengnya dengan cara ditekan-tekan supaya mengembang dan dalamnya kopong.
Bola Ubi Gardu Jati dijual Rp15.000 isi sepuluh. Renyahnya memang hanya bertahan tiga jam. Kalau sudah kempes sebetulnya bisa digoreng lagi dan kembali mengembang dan renyah tanpa mengubah rasa. Karena itu, kudapan berbentuk bola ini sering kali jadi opsi oleh-oleh karena pelanggannya banyak yang datang dari luar kota.
Untuk mencicipi jajajan manis legendaris di Jalan Cibadak itu harus datang sore menuju malam, sesuai waktu berjualan di Cibadak Culinary Night. Paling mantap, kudapan manis ini disantap selagi hangat bersama teh tawar.