NUBANDUNG - Garut adalah sebuah kota atau kabupaten kecil namun dengan sejuta keindahan yang terdapat didalamnya. Garut juga dikenal sebagai kota penghasil dodol khas yang dibuat untuk oleh–oleh bagi pelancong yang datang ke kota ini.
Di Garut juga terdapat banyak tempat wisata yang begitu menyenangkan dan menyimpan banyak keindahan.
Kota ini juga masih menyimpan dan melestarikan kesenian yang menjadi salah satu budaya kebanggaan warga Garut, salah satu kesenian itu adalah kesenian Lais.
Kesenian ini adalah sebuah pertunjukan kesenian akrobatik dimana seorang pemain bermain diatas seutas tali yang memiliki panjang 6 meter yang terbentang dan di ikat diantara dua buah bambu yang ketinggian bambu tersebut sekitar 12 – 13 meter.
Kesenian ini sudah ada sejak zaman belanda, tepatnya di kampung Nangka Pait, Kec. Sukawening, Garut, Jawa Barat. Nama kesenian ini diambil dari seseorang bapak – bapak bernama “Laisan” yang terampil dalam memanjat pohon kelapa, yang sehari – harinya dipanggil Pak Lais.
Pertunjukan yang ditampilkan pertama–tama pelais memanjat bambu lalu berpindah ke tambang sambil menari dan berputar di atas tali tanpa menggunakan sabuk pengaman yang di iringi dengan musik kendang pencak, reog, terompet dan dog–dog.
Kesenian ini mempertontonkan ketangkasan pemainnya dan sebenarnya hampir mirip dengan akrobat yang ada di acara sirkus. Pemain Lais yang beratraksi dapat membuat penonton terpesona karena selalu membuat atraksi ini berdebar – debar.
Sejarah dari kesenian Lais ini terinspirasi dari cara Pak Lais dalam memanjat pohon kelapa sangatlah berbeda dengan kebanyakan orang. Jika orang lain memanjat satu per satu pohon kelapa, namun beliau hanya memanjat sekali saja untuk mengambil kelapa dari beberapa pohon.
Caranya setelah memanjat pohon kelapa dan mengambil kelapa, beliau tidak hanyak langsung turun, namun ia mencari pelapah pohon kelapa lainnya dan langsung berayun untuk berpindah tempat begitu seterusnya.
Karena keahliannya ini, beliau selalu di panggil untuk memetik kelapa oleh warga kampung. Tak dielakan keterampilannya ini selalu menjadi tontonan masyarakat, terutama anak – anak. Terkadang orang yang menonton tidak hanya bersorak sorai namun membunyikan tabuhan sambil menari.
Akhirnya setelah kesepakatan beberapa tokoh masyarakat saat bermusyawarah, ketangkasan Pak Lais yang fenomenal selanjutnya dimodifikasi dalam bentuk lain dan ditampilkan untuk hiburan dalam semua acara. Pohon kelapa diganti dengan bambu setinggi ±12 – 13 meter, dan seutas tali tambang sepanjang 6 meter.
Tali tersebut diikatkan ke ujung batang bambu sebagai jembatan atau tempat pertunjukan pemain Lais yang naik ke atas bambu untuk beratraksi diantarnya seperti berputar, jungkir balik, tiduran, telungkup, berjalan dengan satu tangan hingga turun dari atas bambu dengan kepala dibawah.
Agar acara semakin meriah hiburan ini di iringi dengan tabuhan seperti terompet, kendang, dog – dog dan kempul. Disisi lain ada seorang pelawak yang akan terus berdialog langsung dengan pemain Lais.
Di dalam perkembangannya kesenian ini begitu disukai oleh masyarakat, banyak orang yang mengundang Group Kesenian Lais untuk berbagai hiburan. Bahkan pernah ada yang mengundang dari luar kota Garut, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Hingga Sumatra.
Group Kesenian Lais hingga sekarang masih ada salah satunya berasal dari Ds. Cisayad, Kec. Cibatu, Garut. Itulah sedikit informasi mengenai Kesenian Lais yang menjadi salah satu kesenian Budaya warga Garut.