NUBANDUNG – Si Jalak Harupat! Mendengar nama tersebut, angan kebanyakan orang akan tertuju pada sosok patriot Oto Iskandar Di Nata. Ya, julukan tersebut sangat melekat dengannya yang pemberani dan tajam mengecam penjajahan.
Jasa dan perjuangannya telah mengantarkan bangsa Indonesia meraih cita-cita kemerdekaan. Sayang, di akhir hayatnya, jenazah Oto tak pernah ditemukan. Sedangkan di kompleks permakaman Pahlawan Nasional asal Jawa Barat di Pasir Pahlawan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat merupakan makam simbolis Oto.
“Bapak Oto diculik dan dibunuh oleh sekelompok orang, diperkirakan di Tangerang Banten,” kata Sekretaris Wirawati Catur Panca Ratnaadi (84), dikutip dari MyPride Magz edisi November 2015.
Semasa hidupnya, Oto banyak memberikan wejangan kepada rakyat Indonesia termasuk para pelajar. “Iraha deui? (kapan lagi), sekarang kalian harus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan republik,” tutur Ratnaadi, menirukan sepenggal pidato Oto yang menggelora di Alun-alun Bandung, Oktober 1945.
Waktu pidato berlangsung, Ratnaadi yang baru berusia 14 tahun hadir di depan dekat podium. Dengan nada bicara yang sedikit gemetar, kata Ratnaadi mengimbuhkan, “Setelah pidato Bapak Oto, terbakarlah semangat revolusi para pelajar Bandung untuk berjuang. Ada yang memilih di Palang Merah Indonesia, dapur umum ataupun Pesindo. Waktu itu saya masuk Palang Merah.”
Oto Di Nata dikenal sebagai seorang pemberani, berjiwa nasionalis dan antipenjajah. Otolah yang pertama kali memperkenalkan pekik “Indonesia Merdeka” yang kemudian disingkat menjadi pekik “Merdeka”.
Dalam sidang PPKI, Oto jugalah yang mengusulkan Soekarno dan Mohammad Hatta dipilih menjadi presiden dan wakil presiden. Pidato Oto yang kritis dan tajam juga banyak terlontar di lingkup organisasi yang diikutinya.
Bahkan ketika menjadi anggota Volksraad yang notabene bentukan Belanda, Oto seringkali diminta berhenti berorasi lantaran banyak mengecam pemerintah kolonial.
Dalam suatu pidatonya Oto berkata, “Tetapi saya percaya, bahwa Indonesia yang sekarang dijajah pasti akan merdeka. Bangsa Belanda terkenal sebagai bangsa yang berkepala dingin, hendaknya Tuan-tuan bangsa Belanda memilih di antara dua kemungkinan: menarik diri dengan sukarela tetapi terhormat, atau Tuan-tuan kami usir dengan kekerasan.”
Lalu, gimana sih sosok fisik dan kepribadian Oto? Kata Ratnaadi, “Bapak Oto adalah patriot sejati dari Bandung. Jangkung ageung (tinggi besar), bageur (baik), nyaah (penyayang), cariosanana (bicaranya) lantang dan pantang menyerah. Ayah saya waktu sekolah juga diajar oleh Oto Iskandar Di Nata, Douwes Dekker dan Bung Karno.”
Selain sebagai pahlawan nasional, Oto Iskandar Di Nata diabadikan dalam uang kertas pecahan Rp 20 ribu. Sedangkan julukannya—si Jalak Harupat, menjadi nama stadion di Soreang Kabupaten Bandung.