NUBANDUNG - Sebelum permainan dimulai, biasanya ada peraturan yang harus dilakukan terlebih dahulu. Misalnya, penentuan tim atau hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama permainan.
Seperti dalam bermain sepak bola, biasanya wasit akan melakukan tos dengan menggunakan koin untuk menentukan siapa yang berhak memilih bola atau tempat bagi yang menang. Nah, ternyata di tatar Sunda juga ada salah satu cara untuk memulai suatu permainan, namanya Cing ciripit.
Cing ciripit atau di sebagian daerah lainnya disebut emeng-emengan adalah sebuah judul lagu yang biasa dinyanyikan sebelum kita memulai permainan/ucing-ucingan. Lagu ini bisa kita pakai untuk mengiringi ritual menentukan orang yang nantinya akan jadi “kucing”.
Setelah itu anak-anak yang lain harus menempatkan satu jari telunjuknya di atas telapak tangan tadi. Setelah semua anak-anak menempatkan telunjuknya, mereka akan akan bernyanyi cing ciripit seperti di bawah ini.
Cing ciripit/Tulang bajing kacapit/Kacapit ku bulu paré/Bulu paré seuseukeutna/Jol, pa dalang mawa wayang, Jékjéknong!//
Kalau lagu di atas diterjemahkan ke bahasa Indonesia kurang lebih seperti ini: Cing ciripit/Tulang tupai kejepit/Kejepit oleh bulu padi/Bulu padi yang bagian tajam/Jol, pak dalang bawa wayang, Jékjéknong!//
Setelah lagu berakhir tepatnya saat kata Jejeknong, semua peserta harus siap-siap menarik jari telunjuknya, karena kalau jarinya bisa ditangkap oleh telapak tangan, nanti kita akan jadi “kucing” nya.
Sangat sederhana memang, tapi selain sebagai alat menentukan siapa yang jadi “kucing”, cing ciripit juga bisa menjadikan suasana lebih cair dengan gelak tawa dan nyanyian sebelum nantinya kita serius pada suatu permainan.
Kadang juga cing ciripit ini berdiri sendiri sebagai sebuah permainan. Masih ada enggak ya anak zaman sekarang yang memainkan cing ciripit? Mungkin anak-anak zaman sekarang sudah nggak main lagi cing ciripit. Semuanya dikalahkan oleh smartphone! Selamat ya!