NUBANDUNG – Universitas Padjadjaran melalui kolaborasi Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknologi Industri Pertanian melakukan pengembangan inovasi dan riset di bidang hidroponik. Tidak hanya sebatas inovasi akademik, kolaborasi ini juga akan didorong ke skala bisnis hingga agrowisata.
Kolaborasi pengembangan hidroponik Faperta-FTIP diwujudkan melalui peluncuran awal “Bale Tatanen Padjadjaran” yang berlokasi di lahan Green House Hidroponik Faperta Unpad, Jatinangor, Jumat (17/9). Peluncuran awal tersebut dihadiri langsung Rektor Unpad Prof. Rina Indiastuti beserta sejumlah pimpinan di lingkungan Unpad.
Koordinator kerja sama dari Faperta Unpad Syariful Mubarok, M.Sc., PhD, menjelaskan, Bale Tatanen Padjadjaran dikembangkan sebagai pusat inovasi dan bisnis hidroponik Unpad. Pembentukan pusat ini merupakan upaya untuk menghidupkan kembali aktivitas kebun hidroponik Unpad yang sudah berdiri sejak 1994.
“Kita aktifkan kembali 5 green house. Green house 1 dan 4 kita akan fokus di tomat, cabai, dan sayuran sedangkan green house 5 kita akan fokus tanaman hias,” kata Syariful.
Selain itu, pusat ini juga akan mengembangkan kembali komoditas cabai padjadjaran yang dikembangkan oleh dosen Faperta Unpad (alm) Dr. Neni Rostini, serta melakukan pengembangan dan komersialisasi pupuk hidroponik yang sudah dikembangkan oleh Unpad.
Sementara dari FTIP akan mengembangkan Smart Greenhouse, Smart Watering Kit, pengembangan Personalized Nutrition Cold Pressured and Mix Salad, serta pengembangan kawasan agroeduwisata hidroponik.
“Nantinya lingkungan ini bisa dijadikan untuk tempat wisata ataupun pelatihan-pelatihan bagi siswa ataupun masyarakat,” ujar Syariful.
Lebih lanjut Syariful menjelaskan, pengembangan hidroponik yang dilakukan Faperta Unpad berfokus pada pengembangan tomat, cabai, sayuran daun, tanaman hias, dan buah-buahan. Berbagai kerja sama untuk komersialisasi produk telah dilakukan dengan pihak industri.
Tidak hanya kerja sama bisnis, pihaknya juga telah menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi asing dalam hal pengembangan varietas baru. Salah satunya adalah dengan University of Tsukuba, Jepang. Bentuk kerja sama yang sudah dihasilkan adalah mengembangkan jenis tomat tanpa biji serta tomat yang tahan simpan hingga 7 hari dalam suhu ruang.
“Untuk tahap hilirisasi sekarang adalah tomat tahan simpan,” imbuh Syariful.
Koordinator kerja sama FTIP Unpad Dr. Sophia Dwiratna, M.T., menjelaskan, pengembangan Smart Green house dimotori oleh Ir. Mimin Muhaemin, PhD. Melalui inovasi ini, green house diintegrasikan dengan konsep IoT terkait pengendalian iklim mikro dan penyediaan nutrisi untuk tanaman, sehingga budidaya tanaman tomat bisa lebih presisi, otomatis, dan terkendali.
“Pengembangan sistem pengendalian iklim mikro itu menggunakan rangkaian sensor yang mampu mampu mendeteksi berapa kebutuhan air dan nutrisi yang harus diberikan secara presisi,” jelasnya.
Sementara inovasi Smart Watering Kit yang dikembangkan Sophia merupakan perangkat hidroponik pintar yang menggunakan prinsip self watering system tanpa energi listrik. Penggunaan Smart Watering diyakini dapat meningkatkan efisiensi dalam penggunaan air dan nutrisi.
Dalam melakukan pengolahan dari hasil panen hidroponik, FTIP Unpad mengembangkan sistem Cold Pressure Juice and Mix Salad. Sistem ini dikembangkan berupa aplikasi yang bisa menentukan berapa kebutuhan nutrisi secara personal.
“Sehingga nanti ketika konsumen memesan jus atau salad, nanti akan disesuaikan dengan kebutuhannya,” papar Sophia.
Lanjutkan Kejayaan
Sementara itu, Dekan Faperta Unpad Dr. Meddy Rachmadi menjelaskan, Bale Tatanen Padjadjaran merupakan lanjutan dari pengembangan kebun hidroponik bernama Laboratorium Kultur Terkendali Faperta Unpad yang diinisiasi Prof. Sucherly dan (alm) Prof. Aos M.Akyas pada 1994.
Laboratorium tersebut terus berkembang dan menghasilkan sejumlah produk hortikultura berkualitas. Bahkan, pada masanya, laboratorium ini memiliki sekira 14 green house. Produk hortikultura yang dihasilkan diarahkan untuk mengisi pasar ekspor.
Selain untuk kegiatan riset, pembelajaran, dan produksi, laboratorium ini juga menjadi tempat pembinaan dan pelatihan bagi para petani. Namun, pada 2005, aktivitas laboratorium terhenti hanya sebatas pada kegiatan pembelajaran dan praktikum mahasiswa.
Rektor menjelaskan, Bale Tatanen Padjadjaran menjadi suatu wahana yang mengolaborasikan pengembangan pertanian hidroponik dengan teknologi, sehingga akan menciptakan pertanian hidroponik berteknologi, ramah lingkungan, dan menghasilkan produk yang sehat.
“Ini akan menjadi keunggulan dari Unpad,” kata Rektor.