Oleh: Rafi Tajdidul Haq, Aktivis IMM Bandung Timur
Allah SWT berfirman, "Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan akibat perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allâh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. ar-Rûm [30]:41).
Sungguh, beberapa bagian tempat di belahan bumi Indonesia, di tahun 2020 saja kita dikejutkan dengan beberapa bencana alam. Selain di perkotaan, banjir telah merusak daerah seperti di Garut dan Tasikmalaya Selatan, yang secara logika tidak mungkin terjadi banjir.
Fenomena banjir tersebut mau tak mau merupakan kondisi faktual bahwa kerusakan yang terjadi hari ini tak lepas dari kreativitas negatif umat manusia. Sehingga, alam pun bereaksi keras dan melawan balik pada mereka yang merusaknya.
Bukan hanya banjir, terakhir saya tak habis pikir ketika melihat bukit yang berada di daerah Garut digerus alat-alat berat dan menyebabkan tanahnya habis dilahap buldoser. Padahal kita tahu sendiri bahwa Allah SWT dalam surat An-Naba mengatakan bahwa gunung adalah “paseuk” bumi, sebagai basis keseimbangan rimba raya dan bumi kita.
Semakin beraninya umat manusia merusak alam, seringkali menggunakan kedok eksplorasi dan petualangan alam atau mungkin sebagai tempat pariwisata, padahal sebenarnya merusak alam dan bumi kita. Kini, umat manusia sudah termakan hawa nafsunya secara berjama’ah.
Eksploitasi alam baik di laut, gunung, lembah, bukit maupun danau jika dilakukan diluar moralitas dan akal sehat niscaya mendatangkan keburukan walaupun di awal pendiriannya sangat menakjubkan.
Untaian bencana alam yang terjadi di sekitar kita berawal dari kepongahan dan keserakahan manusia dalam mengeksploitasi alam. Entah itu kepentingan bisnis, politik atau pun kepentingan pribadi.
Sudah selayaknya semua orang menyadari bahwa eksploitasi alam secara berlebihan itu tidak baik. Segelintir orang yang berkepentingan dalam rangka eksploitasi alam semesta hendaknya peduli dan melirik masyarakat yang tanpa daya dan upaya hanya bisa jadi penonton.
Akhirnya, saya mengajak pada segenap elemen masyarakat untuk mewujudkan keindahan alam lewat amal perbuatan yang islah dan menggembirakan bagi alam. Selain itu penulis juga mengajak pada para pemangku kepentingan yang saat ini sedang merusak alam untuk segera sadar dan ingat pada mereka yang lemah dan tak berdaya yang terkena imbas perbuatan tersebut.
Sungguh, beberapa bagian tempat di belahan bumi Indonesia, di tahun 2020 saja kita dikejutkan dengan beberapa bencana alam. Selain di perkotaan, banjir telah merusak daerah seperti di Garut dan Tasikmalaya Selatan, yang secara logika tidak mungkin terjadi banjir.
Fenomena banjir tersebut mau tak mau merupakan kondisi faktual bahwa kerusakan yang terjadi hari ini tak lepas dari kreativitas negatif umat manusia. Sehingga, alam pun bereaksi keras dan melawan balik pada mereka yang merusaknya.
Bukan hanya banjir, terakhir saya tak habis pikir ketika melihat bukit yang berada di daerah Garut digerus alat-alat berat dan menyebabkan tanahnya habis dilahap buldoser. Padahal kita tahu sendiri bahwa Allah SWT dalam surat An-Naba mengatakan bahwa gunung adalah “paseuk” bumi, sebagai basis keseimbangan rimba raya dan bumi kita.
Semakin beraninya umat manusia merusak alam, seringkali menggunakan kedok eksplorasi dan petualangan alam atau mungkin sebagai tempat pariwisata, padahal sebenarnya merusak alam dan bumi kita. Kini, umat manusia sudah termakan hawa nafsunya secara berjama’ah.
Eksploitasi alam baik di laut, gunung, lembah, bukit maupun danau jika dilakukan diluar moralitas dan akal sehat niscaya mendatangkan keburukan walaupun di awal pendiriannya sangat menakjubkan.
Untaian bencana alam yang terjadi di sekitar kita berawal dari kepongahan dan keserakahan manusia dalam mengeksploitasi alam. Entah itu kepentingan bisnis, politik atau pun kepentingan pribadi.
Sudah selayaknya semua orang menyadari bahwa eksploitasi alam secara berlebihan itu tidak baik. Segelintir orang yang berkepentingan dalam rangka eksploitasi alam semesta hendaknya peduli dan melirik masyarakat yang tanpa daya dan upaya hanya bisa jadi penonton.
Akhirnya, saya mengajak pada segenap elemen masyarakat untuk mewujudkan keindahan alam lewat amal perbuatan yang islah dan menggembirakan bagi alam. Selain itu penulis juga mengajak pada para pemangku kepentingan yang saat ini sedang merusak alam untuk segera sadar dan ingat pada mereka yang lemah dan tak berdaya yang terkena imbas perbuatan tersebut.