Bagi kita -- umat Islam -- Al-Quran merupakan pedoman hidup. Tak hanya pedoman, Al-Quran juga merupakan salah satu penentu kita memasuki surga-Nya. Bagi orang yang membacanya saja, Allah Swt., menjanjikan sebuah kebahagiaan hakiki. Apalagi bagi orang yang mengamalkan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari; pasti akan mendapatkan kemuliaan yang mengantarkannya memasuki surga.
Anas Ibn Malik menuturkan Rasulullah Saw. bersabda, “Allah memiliki keluarga dari kalangan manusia.”
Setengah keheranan, Anas bertanya, “Siapa mereka, wahai Rasulullah?”
Rasulullah Saw., tercinta menjawab tenang, “Para pembaca dan pengamal Al-Quran, itulah keluarga Allah; mereka termasuk yang Dia istimewakan.”
Kelak, di dalam surga, para pembaca dan pengamal Al-Quran akan ditempatkan sebagai keluarga Allah, yang mendapatkan keistimewaan. Tetapi, membaca Al-Quran tak sekadar lisaniyah, di mana kita hanya membaca teks semata. Membaca Al-Quran mesti dibarengi dengan sebuah aktivitas pengkajian ilmiah dan pengamalan alamiah.
Apakah Anda ingin menjadi keluarga Allah? Manusia yang di akhirat akan berkumpul bersama Allah dan mendapatkan keistimewaan dibandingkan dengan penghuni surga lainnya? Kalau jawabannya, ya saya mau; maka bacalah dan amalkan apa yang terkandung di dalam Al-Quran. Insyaallah, Anda akan menjadi manusia yang berbahagia.
Karena itu, dengan keutamaan Al-Quran ini, sejatinya kita berlomba-lomba menghadiri majelis ilmu – yang didalamnya selalu dilantukan bacaan Al-Quran – agar kita bertambah yakin akan kebenaran Islam. Setelah kita yakin, dengan mudahnya kita akan mengamalkan apa yang terkandung dalam Al-Quran untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain.
Para sahabat Nabi saja, mereka selalu berlomba membaca, mempelajari dan mengamalkan kandungan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari mereka. Bahkan, Abdullah Ibn Umar disuruh oleh kekasih kita, Nabi Saw., untuk mengkhatam Al-Quran selama satu minggu sekali. Begitu pula para sahabat lainnya seperti Usman Ibn ‘Affan, Zaid Ibn Tsabit, Ibnu Mas’ud dan Ubay Ibn Ka’ab; menjadikan waktu wiridnya untuk mengkhatam Al-Quran.
Kitab Al-Quran juga, kata Nabi Saw., akan menjadi penolong kita di akhirat kelak. Sekalipun hanya dengan membacanya, seperti yang disabdakan beliau, “Bacalah oleh kamu Al-Quran, sesungguhnya (Al-Quran) itu datang pada Hari Kiamat menjadi syafaat bagi pembacanya.” (HR Muslim). Apalagi kalau dibarengi dengan pengkajian ilmiah dan pengamalan alamiah, niscaya apa yang ditunaikan itu akan menghantarkan kita memasuki surga-Nya.
Setiap huruf di dalam Al-Quran terkandung pahala yang berlipatganda, sehingga tak heran (hanya) dengan membacanya kita akan digolongkan sebagai keluarga Allah. Dengan menjadi keluarga Allah, maka api neraka haram menyentuh tubuh kita. Sebab, tidak mungkin seorang keluarga Allah menjadi ahli neraka.
Rasulullah Saw. bersabda, “Orang terbaik di antara kalian adalah yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Karena itulah, agar kita menjadi manusia berpribadi, baik, bermoral, dan selalu memegang teguh nilai-nilai Qurani, aktivitas membaca harus dibarengi dengan kajian dan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kita akan menjadi manusia terbaik di hadapan Allah. Pasca kita menjadi manusia terbaik di hadapan Allah, dengan begitu mudahnya kita akan memasuki surga dengan mudah.
Sebab, bacaan dan pengamalan Al-Quran ketika kita hidup di muka bumi telah menjadi bekal yang akan membukakan pintu surga. Wallahua’lam