Oleh SUKRON ABDILAH
NUBANDUNG - Situs jejaring sosial Facebook, kini menjadi ikon pergaulan generasi abad 21 di Indonesia. Komunikasi, interaksi, bergosip, dan membina cinta juga banyak dilakukan melalui situs jejaring terbesar di dunia ini.
Namun, terbongkarnya kasus pengedar obat terlarang, sindikat human traficking, prostitusi, penculikan, dan kejahatan lain pertanda sisi negatif jejaring sosial mesti kita waspadai.
Sebab, pengguna facebook di Indonesia, tentunya ada sebagian yang memanfaatkan situs ini untuk kepentingan pribadi dan kejahatan. Kasus penculikan, penipuan, prostitusi, dan kekerasan verbal ialah indikator adanya ketidakwaspadaan netizen ketika berkomunikasi dengan temannya di dunia maya.
Yang terjadi dalam kasus ini muncul semacam distorsi penafsiran atas citra psikologi sang teman. Niat jahat pelaku menjadi terhijab karena manifulasi yang dilakukannya berhasil memperdaya korban.
Akibatnya, korban tak mengetahui niat jahat yang disembunyikan karena ia mengalihkannya dalam bentuk update status yang romantis, simpatik, empatik, dan status positif lainnya.
Kebohongan Digital
Dalam bahasa lain, di dunia maya orang jahat dapat menampakkan wajah “Arjuna”, padahal pada kenyataannya memiliki wajah “raksasa”. Di dunia maya, kalau ketidakjujuran masih dijadikan landasan berinternet akan melahirkan kebohongan-kebohongan.
Seperti digambarkan dalam iklan rokok merek terkenal, bagaimana Alex mengupdate status yang berbeda dengan realitas yang dialaminya. Hanya untuk kepuasan eksistensial update status Alex menjadi unik dan menggelitik. “Alex sedang menunggu jemputan driver”, padahal sedang menunggu metromini. “Alex sedang mendengarkan musik jazz”, padahal hanya mendengarkan suara pengamen “banci kaleng”.
Dunia maya (Cyberspace), dengan kasus penculikan, peradagangan wanita, dan perbuatan kriminal lainnya, kini bagai hutan belantara yang dipenuhi binatang buas. Ketakutan kerap menghantui pengguna (user) karena sering terjadi kejahatan yang membuat resah.
Serangan program jahat (malware), fishing, pembobolan rekening (cracking), prostitusi maya, dan baru-baru ini penculikan bagai binatang buas yang siap menerkam. Dunia mayantara seolah menjadi ancaman karena banyak dimanfaatkan oleh para pencopet, germo, dan manusia tak beradab lainnya.
Manusia Berperadaban
Sebagai manusia berbudaya dan berperadaban, bijaksana rasanya kalau kita memiliki pemahaman dan pengamalan yang baik tentang internet. Inilah yang disebut dengan istilah “Media literacy”.
Sederhananya, seorang pengguna internet mesti memiliki pemahaman mulia tentang penggunaan media internet (seperti Facebook, Twitter, Instagram, Linkedin, Pinterest, dll) dalam kehidupannya. Sebab, pengguna internet kerap melakukan manifulasi diri untuk menarik simpati dan perhatian pengguna internet lainnya.
Ketika kerangka “media literacy” tak memenuhi pengguna internet, bentuk komunikasi bakal melahirkan beragam kekaburan maknawi. Praktik komunikasi dilakukan hanya untuk memuaskan hasrat, libido, dan nafsu seksual dalam berbagai bentuk kejahatan mayantara.
Di dunia maya kita mengenal istilah “Cyber crime” (kejahatan mayantara). Ini mengindikasikan, orang yang tak memiliki kemampuan memahami secara baik filosofis berinternet dengan melakukan kejahatan virtual dikategorikan sebagai penjahat dunia maya.
Kasus penculikan, peredaran barang-barang haram, pembobolan rekening, dan pemaparan virus pada situs tertentu, merupakan potret nafsu kejahatan dalam diri manusia masih tersimpan.
Waspadai Kejahatan
Waspada! Kejahatan terletak pada sejumlah peluang yang dapat dimanfaatkan si penjahat untuk melakukannya. Jangan mudah percaya atas bujuk rayu, teman yang terhubung dengan Anda di sebuah jejaring sosial. Apalagi, teman tersebut tidak kita kenal sama sekali.
Kalau ada makhluk bernama srigala berbulu domba, begitulah teman yang tidak kita kenal sebelumnya. Hati-hati juga dengan kejahatan lainnya. Ketika selesai menggunakan facebook, log out atau keluar sampai merasa pasti bahwa Anda sudah keluar.
Jangan biarkan orang lain mencuri dan mengubah password Anda karena itu akan berbahaya. Yang jelas, internet – khususnya jejaring sosial – mesti dimanfaatkan untuk sesuatu yang positif. Selamat berinternet ria!
Mudah-mudahan situs digital social network dapat dijadikan media beramal saleh, bukan beramal salah. Lebih hebat lagi dapat dijadikan kekuatan membangun iklim demokrasi di negeri Indonesia tercinta ini.