Tak terasa, waktu pun bergulir cepat. Kami bertiga telah menyelesaikan shalat subuh. Seperti biasanya, pendaran masalah yang menghantui pikiran kami akan dibahas dan ditanyakan kepada kyai Ilman Nusyifa. Tiga tahun lamanya kami berinteraksi dengan beliau membedah persoalan agama dengan sejuta wawasan Qur’ani yang tidak memihak salah satu jenis kelamin.
Aku, Askar dan Ibnu hari itu tengah mendiskusikan film berjudul, “Perempuan Berkalung Sorban”. Film layar lebar yang diangkat dari novel karya Afifah Afra itu menyisakan pertanyaan bagi kami. Betulkah sedemikian tertindasnya perempuan di bumi Nusantara ini? Bagaimana pendapat Al-Quran tentang kedudukan perempuan? Sebab, banyak yang mengatakan perempuan di dalam masyarakat Islam banyak yang ditindas? Seperti yang diceritakan film tersebut.
Perempuan, telah menjadi korban dari eksploitasi pemahaman keagamaan yang bias gender. Mengerdilkan peran perempuan dengan legitimasi dalil-dalil hadits dan Al-Quran. Kami memerlukan tafsir Quran yang memihak perempuan!
***
“Hmm…ada persoalan apa sekarang anak-anak?” tanya Kyai Ilman kepada kami.
Selain pengusaha, ia juga pandai dalam ilmu keagamaan. Itulah sebabnya kami sering memanggilnya dengan sebutan Kyai. Ceritanya biar agak lebih ngeindonesia. Lebih enak memanggilnya Kyai daripada ustadz. Meskipun seringkali dia tidak setuju dipanggil kyai oleh kami bertiga.
Askar waktu itu menjawab pertanyaan Kyai Ilman, “Hari ini kita sedang membahas perempuan yang banyak ditindas dengan legitimasi dalil naqli.”
“Iya, nih, apakah pemahaman tersebut berbahaya bagi kelangsungan peradaban Islam?” aku menambahkan pertanyaan untuk memperjelas duduk persoalan.
“Oke kalau begitu, mari kita telaah ayat Quran ini. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari jenis yang sama dan darinya Allah menciptakan pasangannya dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak. (QS Al-Nisâ’ (4) : 1).”
Islam memberikan perhatian sangat besar dan menghormati perempuan. Di dalam film The Message, saya mendapatkan dialog yang pantas untuk menggambarkan kedudukan perempuan dalam Islam. Ketika sahabat berdialog dengan raja Habasyah, mengatakan bahwa perempuan itu berbeda dengan lelaki, tetapi memiliki derajat yang sama.
Muhammad Al-Ghazali, salah seorang ulama besar Islam, Mesir, menulis, “Kalau kita mengembalikan pandangan ke masa sebelum seribu tahun, maka kita akan menemukan perempuan menikmati keistimewaannya dalam bidang materi dan sosial yang tidak dikenal oleh perempuan-perempuan di kelima benua. Keadaan mereka ketika itu lebih baik dibandingkan dengan keadaan perempuan-perempuan Barat dewasa ini, asal saja kebebasan dalam berpakaian serta pergaulan tidak dijadikan bahan perbandingan.”
Ada ketidakpahaman terhadap ajaran Islam sehingga menyebabkan kedudukan perempuan ditempatkan di bawah laki-laki. Pandangan itu dibantah AlQuran, melalui ayat pertama surah Al-Nisa’, Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari jenis yang sama dan darinya Allah menciptakan pasangannya dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak.
Ayat di atas berisi bantahan terhadap orang yang membedakan (lelaki dan perempuan) secara tegas. Ayat tersebut mengatakan perempuan dan laki-laki berasal dari jenis yang sama dan dari keduanya bakal berkembang keturunan baik laki-laki maupun perempuan. Benar bahwa ada hadis, Saling pesan-memesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Tirmidzi). Tapi bukan berarti kedudukan perempuan lebih rendah ketimbang laki-laki. Hadits ini hanya menggambarkan karakter psikologis perempuan.
Dalam Al-Quran ditegaskan, Sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak Adam. Kami angkut mereka di daratan dan di lautan (untuk memudahkan mencari kehidupan). Kami beri mereka rezeki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk-makhluk yang Kami ciptakan. (QS Al-Israa’[17]: 70). Kalimat “anak-anak Adam” mencakup laki-laki dan perempuan, lho. Dan penghormatan Tuhan diberikan kepada seluruh anak Adam, baik perempuan maupun laki-laki.
Pendapat ini dipertegas ayat, Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal, baik lelaki maupun perempuan (QS Âli Imrân [3] : 195). Maka, Al-Quran sangat mengecam orang yang bergembira dengan kelahiran anak laki-laki, tetapi bersedih ketika istrinya melahirkan anak perempuan. Informasi ini bisa dilihat dari ayat berikut, Dan apabila seorang dari mereka diberi kabar dengan kelahiran anak perempuan, hitam-merah padamlah wajahnya dan dia sangat bersedih (marak). Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak disebabkan “buruk “-nya berita yang disampaikan kepadanya itu. (Ia berpikir) apakah ia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup). Ketahuilah! Alangkah buruk apa yang mereka tetapkan itu (QS (16) : 58-59).
Al-Quran berbicara tentang perempuan dalam berbagai ayat. Pembicaraan tersebut menyangkut berbagai sisi kehidupan. Ada ayat yang berbicara tentang hak dan kewajiban, ada pula yang menguraikan keistimewaan tokoh perempuan dalam sejarah agama atau kemanusiaan.
Salah satu ayat yang seringkali dikemukakan berkaitan dengan hak kaum perempuan adalah yang tertera dalam surah Al-Taubah ayat 71, Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah awliya’ bagi sebagian yang lain. Mereha menyuruh untuk mengerjakan yang ma’ruf, mencegah yang munkar, mendirikan shalat, menunaihan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Secara umum, ayat di atas dipahami sebagai gambaran bekerja sama antara laki-laki dan perempuan di berbagai bidang kehidupan. Pesan ini disampaikan kalimat “menyuruh mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar”. Jadi, bisa disimpulkan laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama, karena tidak ditemukan satu ketentuan agama yang melarang perempuan beraktivitas di berbagai bidang kehidupan. Bahkan sebaliknya, sejarah Islam menunjukkan betapa kaum perempuan terlibat dalam berbagai bidang kemasyarakatan, tanpa kecuali.