Penulis Ana Dwi Itsna Pebriana, Alumnus Pendidikan Bahasa Arab (PBA) UIN Bandung
Dari Samurah ibn Jundab r.a., bahwa Rasulullah Saw. bersabda,“Ucapan yang paling disukai Allah itu empat, engkau boleh memulainya dengan kalimat mana saja, yaitu: Subhânallâh, alhamdulillâh, lâ ilâha illâllâh, dan allâhu akbar.” (HR Muslim)
Sebagai Muslimah, kita tentunya menyadari dalam hati bahwa Allah-lah Yang Mahatunggal, Maha Mengetahui, Maha Melihat, Mahakuasa, Maha Pemurah, dan Maha Penyayang, sehingga kita senantiasa merasa diawasi dan ditatap oleh-Nya. Ini disebut dengan dzikir qalbiyyah.
M. Fauzi Rachman dalam bukunya Wanita yang Dirindukan Surga terbitan Mizania, mengatakan bahwa tingkat dzikir qalbiyyah ini akan bisa kita raih, jika kita senantiasa melakukan dzikir lisan, yaitu selalu membiasakan menyebut asma atau kalimat-kalimat-Nya, seperti tahlil, tasbih, tahmid, takbir, istighfar, dan shalawat yang mengundang cinta dan ridha-Nya.
Salah satu keistimewaan dzikir bagi wanita adalah ia dapat diamalkan kendati yang bersangkutan sedang haid. Syaikh Muhammad ibn Shalih Al-Utsaimin menjelaskan, “Tidak diharamkan bagi wanita haid untuk membaca dzikir, takbir, tasbih, tahmid, dan basmalah ketika hendak makan atau pekerjaan lainnya, membaca kitab hadis, fiqih, doa dan mengamininya, serta mendengarkan Al-Quran.” (M. Fauzi, 2018:120)
Berikut ini beberapa dzikir yang harus senantiasa menemani keseharian dan mesti dihafal.
1. Ayat Kursi
Allâhu lâ ilâha illâ huwal-hayyul-qayyûm, lâ ta’khudzuhû sinatuw wa lâ naum. Lahû ma fis-samâwâti wa mâ fil-ardh, man dzalladzî yasyfa‘u ‘indahû illâ bi idznih. Ya‘lamu mâ baina aidîhim wa mâ khalfahum wa lâ yuhîthûna bi sya’im min ‘ilmihî illâ bi mâ syâ’a. Wasi‘a kursiyyuhus-samâwâti wal-ardh, wa lâ ya’ûduhû hifzhuhumâ wa huwal-‘aliyyul-‘azhiim
Artinya: Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar.
Dzikir yang kita sebut dengan ayat kursi tersebut diambil dari Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 255. Dalam hadis dikatakan, “Barang siapa membacanya ketika petang, maka akan dilindungi (oleh Allah dari berbagai gangguan) hingga pagi. Dan barang siapa yang membacanya di waktu pagi, maka akan dilindungi hingga petang. (HR Al-Hakim 1:562 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhiib wat-Tarhiib no. 655)
2. Dzikir pagi dan petang
Allâhumma bi ka ashbahnâ wa bi ka amsainâ wa bi ka nahyâ wa bika namûtu wa ilaikan-nusyûr
Artinya: “Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi, dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu sore, dengan rahmat dan kehendak-Mu kami hidup, dan dengan rahmat dan kehendak-Mu kami mati, dan kepada-Mu kami dibangkitkan.”
Dzikir ini diperkuat dengan hadis dari Abu Hurairah r.a., bahwasannya ketika memasuki waktu pagi Rasulullah Saw. mengucapkan, Allâhumma bi ka ashbahnâ wa bi ka amsainâ wa bi ka nahyâ wa bika namûtu wa ilaikan-nusyûr. (HR Abu Daud dan At-Tirmidzi)
Dalam keterangan lain ada juga yang mengatakan ketika memasuki waktu sore, hanya tinggal diubah urutannya saja yaitu menjadi Allâhumma bi ka amsainâ wa bi ka ashbahnâ wa bi ka nahyâ wa bika namûtu wa ilaikan-nusyûr.
Terkait dzikir ini, Allah pun berfirman dalam Al-Quran, “Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang. (QS Al-Ahzâb [33]: 41-42)
3. Dzikir Mengesakan Allah
Lâ ilâha illâllâhu wahdahu lâ syarika lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa ‘ala kulli syai’in qadîr
Artinya: “Tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Dalam hadis dikatakan, “Siapa yang membaca (Lâ ilâha illâllâhu wahdahu lâ syarika lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa ‘ala kulli syai’in qadîr), sebanyak seratus kali, dia mendapatkan pahala seperti membebaskan 10 orang budak, dicatat untuknya seratus kebaikan, dan dihapuskan darinya seratus keburukan. Dia terjaga dari gangguan setan pada hari itu hingga sore hari. Tidak ada seorang pun yang datang membawa sesuatu yang lebih mulia darinya, kecuali orang yang mengerjakan lebih banyak dari apa yang dia kerjakan.” (HR Bukhari dan Muslim)
4. Selalu Memuji Allah
Kita juga dianjurkan selalu mengucapkan pujian kepada Allah, baik saat mengalami hal yang disukai maupun sebaliknya, dengan mengucapkan:
Alhamdulillâhilladzî bi ni‘matihi tatimmu al-shâlihât
“Segala puji bagi Allah yang dengan karunia-Nya segala kebaikan tercipta.”
Sebagaimana dikatakan dalam hadis, “Aku selalu bersama hamba-Ku selama dia mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak menyebut-Ku” (HR Ibn Majah. Hadis sahih menurut Ibn Hibban dari Abu Hurairah r.a.).
5. Berdzikir Memohon Ampun kepada Allah
Astaghfirullâh al-‘azhîm alladzî lâ ilâha illâ huwal hayyul qayyûmu wa atûbu ilaih
Artinya: Saya mohon ampunan kepada Allah Yang Mahaagung, yang tidak ada tuhan yang berhak disembah, melainkan Dia Yang Mahahidup lagi Yang Berdiri Sendiri. Dan saya bertobat kepada-Nya.
Anjuran dzikir ini sebagaimana dikuatkan dalam hadis,“Barang siapa membaca doa istighfar: Astaghfirullâh al-‘azhîm alladzî lâ ilâha illâ huwal hayyul qayyûmu wa atûbu ilaih, dosanya diampuni oleh Allah, sekalipun dia adalah orang yang lari dari barisan perang melawan orang kafir.” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Al-Hakim)
Itulah beberapa dzikir yang harus senantiasa menjadi teman setia bagi Muslimah. Tentunya masih banyak sekali dzikir lainnya, tidak hanya terbatas pada yang di atas saja. Semoga kita semua termasuk hamba-Nya yang selalu berdzikir, karena dzikir akan menenteramkan hati dan pikiran dari hiruk pikuk urusan keduniawian.
Wallahu a‘lam bish-shawaab.