Kita seringkali dibuat lelah karena padatnya aktivitas duniawi, sehingga lupa untuk mengingat Allah, tiada pernah menyapa-Nya, dan bahkan tiada pernah menyebut nama-Nya.
Kita kelelahan mengerjakan urusan duniawi sedangkan urusan akhirat dilupakan! Padahal Allah lebih dekat dari dua urat leher kita, sedekat tanpa hijab, seperhatian yang selalu melekat, dan sepeduli kumbang pada bebungaan.
Coba kita bayangkan, bagaimana rasanya berada di dekat dengan orang yang kita kenal tapi ia tidak pernah menyapanya, bahkan memalingkan mukanya dari kita. Sakit hati, tentunya; mungkin itulah yang kita rasakan kalau orang yang kita sayangi berperilaku cuek.
Lalu bagaimana dengan Allah yang begitu dekat dengan kita, namun jarang sekali kita ingat dan sapa?
Kenapa Allah Berikan Kesusahan?
Allah terkadang memberikan kesusahan, sakit dan musibah agar kita menjadi sadar bahwa hanya Dialah tempat meminta pertolongan, Dialah satu-satu-Nya tempat untuk bergantung, dan hanya Dialah tempat memohon kekuatan hati dalam menghadapinya.
Allah menghadirkan kesulitan padamu, untuk meremukkan kecintaanmu pada dunia, untuk menghancurkan jeruji besi yang menghalangimu dari akhirat, dan melebur rantai-rantai yang mengekangmu untuk mencintai dunia.
Namun, terkadang kita tiada sadar sehingga rasa bahagia dalam jiwa menjadi tiada berkat ketiadaan rezeki material, padahal kebahgiaan sejati ialah berdekatan dengan Allah. Padahal, Allah begitu bahagia ketika ada hamba-Nya yang kembali (bertaubat) pada-Nya dengan jalan selalu mengingat-Nya.
Rasulullah Saw., bersbada, “Niscayalah Allah itu lebih gembira dengan tobat hamba-Nya ketika ia bertobat kepada-Nya daripada gembiranya seseorang dari engkau semua yang berada di atas kendaraannya - yang dimaksud ialah untanya - dan berada di suatu tanah yang luas, kemudian menyingkirkan kendaraannya itu dari dirinya, sedangkan disitu ada makanan dan minumannya. Orang tadi lalu berputus-asa. Kemudian ia mendatangi sebuah pohon terus tidur berbaring di bawah naungannya, sedang hatinya sudah berputus asa sama sekali dari kendaraannya tersebut. Tiba-tiba di kala ia berkeadaan sebagaimana di atas itu, kendaraannya itu tampak berdiri di sisinya, lalu ia mengambil ikatnya. Oleh sebab sangat gembiranya dia, maka dia berkata: "Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu". Ia menjadi salah ucapannya kerana amat gembiranya."(HR. Muslim).
Menyapa-Nya Penuh Cinta
Saat kita tidak pernah menyapa Allah saat lelah menerpa hidup, tak pernah mengemukakan isi hati pada-Nya saat kecapekan bekerja, dan tak pernah mencurahkan isi hati pada-Nya saat diterpa musibah; berati kita telah melupakan-Nya. Kita akan menjadi hamba yang durhaka dan kufur.
Nah, dengan melalui jalan tobat berarti kita kembali kepada kesucian primordial; dari kemaksiatan menuju ketaatan, dari lalai menuju ingat, dan dari salah menuju kebenaran. Sebab, tobat juga berarti kita berkomitmen setia kepada Allah dalam memenuhi panggilan-Nya.
Melalui ayat-ayat Al-Quran sebetulnya Allah sedang menyapa dan menyeru kepada kita untuk lebih mendekatkan diri pada-Nya, lalu apakah pantas jika kita tidak menjawab panggilan Allah?
Karena itu, untuk memenuhi panggilan-Nya sapalah Dia saat kita sedang kelelahan mengurusi dunia, saat kita disibukkan dengan ambisi-ambisi dunia, dan saat kita sedang ditimpa beban kehidupan yang menggunung.
Selain itu, cara menjawab panggilan Allah yaitu dengan menaati perintah-Nya. Mungkin sebagian dari kita masih menganggap bahwa perintah Allah itu sesuatu yang susah dan menyusahkan, hal ini karena hati kita masih terikat oleh hawa nafsu dalam diri. Padahal Allah tidak akan memerintahkan sesuatu kecuali itu baik bagi manusia.
Allah pun menyuruh kita untuk menyapa-Nya,Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al-Mu’min: 60)
Kenapa harus Menyapa-Nya?
Mengapa saat kita lelah harus menyapa Allah? Karena, di dalam kehidupan sehari-hari ada banyak hal yang tak bisa kita komunikasikan kepada sesama makhluk, karena makhluk itu terbatas kemampuannya.
Kalau kita bercerita pada orang hati kita akan tetap khawatir, bahkan kebanyakan kecewa tersebab rahasia ataupun aib kita akan tersebar luas.
Allah ada untuk menampung curahan hati kita, Dia adalah tempat berkonsultasi, bergantung dan sebagai sahabat karib yang tak akan membikin kecewa.
Jangan pernah berputus asa jika doa atau curahan hati kita tidak segera dikabulkan, karena Allah lebih tahu kapan momen yang tepat untuk mengabulkannya.
Allah Swt., berfirman, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu, danboleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 218).
Kalau kita yakin bahwa rencana Allah pasti lebih baik, kami jamin kelelahan akibat memikirkan urusan duniawi akan berganti dengan energi semangat dalam diri.
Ibnu Qayyim Al-Jauziah berujar, “Jalan menuju Allah adalah jalan dimana Adam kelelahan, Nuh mengeluh, Ibrahim dilemparkan ke dalam api, Ismail dibentangkan untuk disembelih, Yusuf dijual dengan harga murah dan dipenjara selama beberapa tahun, Zakaria digergaji, Yahya disembelih, Ayub menderita penyakit, Dawud menangis melebihi kadar semestinya, Isa berjalan sendirian dan Muhammad Saw., mendapatkan kafaqiran dan berbagai gangguan.”