Penulis Dudung Nurullah Koswara, Praktisi Pendidikan
NUBANDUNG - Dahulu saat Saya masih ABG sangat ngeri mendengar perdebatan adanya upaya penggantian ideologi negara. Ideologi negara kita adalah Pancasila. Ideologi Pancasila dan dasar negara ini, sampai saat ini masih saja ada yang menganggap Thagut. Sesat pikir bila menganggap Pancasila bertentangan dengan kepercayaan yang dianut.
Saat mahasiswa Saya pernah “disesatkan” oleh kelompok tertentu dengan membawa kitab suci dan menjelaskan ayat-ayat bahwa Pancasila dan bahkan negara kita adalah Thagut. Sejumlah rekan mahasiswa---beberapa---berhasil disesatkan. Inilah sisi gelap pihak-pihak tertentu berupaya menthagutkan Pancasila.
Selain upaya memberangus Pancasila dari kelompok oknum agama tertentu, dalam sejarah pun tercatat para ideolog komunis berusaha melenyapkan Pancasila. Politik identitas dan politik komunisme memang bisa menjadi ancaman bagi Pancasila. Sangat bahaya bila komunisme bangkit menyasar masyarakat miskin dan politik identitas menyasar mayarakat lugu.
Pancasila itu terlahir dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Pancasila hadir melalui proses musyawarah dari berbagai golongan masyarakat. Pancasila sebagai ideologi terbuka, Pancasila bisa menyesuaikan dengan tuntutan zaman, tanpa harus mengubah nilai fundamentalnya. Universalitas nilai Pancasila abadi.
Pancasila lahir dari “nur budaya” kebatinan bangsa Indonesia. Kebudayaan bangsa Indonesia sangatah baik. Plus membawa keragaman yang kaya akan keunikan dan kearifan. Budaya Barat Eropa dan budaya Timur Arab tidak lebih baik dari budaya bangsa Indonesia. Kebudayaan bangsa Indonesia adalah budaya terbaik bagi bangsa Indonesia.
Pancasila yang lahir dari rahim kebudayaan bangsa Indonesia tentu sangat cocok bagi bangsa Indonesia. Setiap budaya ada masyarakatnya dan setiap masyarakat ada budayanya. Manusia tak bisa hidup tanpa budaya dan dituntut mengembangkan nilai-nilai budaya secara transformatif tetapi tidak meninggalakan nilai-nilai universalnya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ristek berusaha membumikan nilai-nilai Pancasila pada masyarakat kita dengan program Sekolah Penggerak. Program Sekolah Penggerak, Guru Penggerak, Komite Pembelajaran adalah upaya sistematis di dunia layanan pendidikan agar kelak lahir profil Pelajar Pancasila. Pelajar Pancasila akan membentuk Masyarakat Pancasila. Masyarakat berakhlak Pancasila.
Visi Merdeka Belajar dari Kemdikbud Ristek endingnya melahirkan profil Pelajar Pancasila. Pelajar Pancasila adalah calon warga negara masa depan yang akan menjadi Masyarakat Berakhlak Pancasila. Bukan masyarakat yang terpengaruh ideologi komunis dan politik identitas. Komunisme dan politik identitas sangat bahaya bagi keberadaan ideologi Pancasila. Radikalisme dan terorisme bisa lahir dari politik identitas dan ideologi komunisme. Keduanya sangat bahaya.
Lahirnya masyarakat berakhlak Pancasila bisa dimulai dari sekolahan. Dimulai dari generasi pelajar kita. Jangan sampai generasi pelajar kita “dimangsa” nilai-nila kebudayaan Barat liberal, nilai-nilai konunisme dan nilai-nilai politik identitas. Pelajar Pancasila hanya bisa “diproduksi” melalui proses panjang yakni proses pembelajaran di satuan pendidikan. Mengubah anak didik masih mungkin, mengubah orang dewasa yang sudah terpapar anti Pancasila sangat sulit.
Masyarakat berakhlak Pancasila akan lahir dari profil pelajar Pancasila yang berciri: 1) beriman bertakwa pada Tuhan yang maha Esa dan berakhlak mulia, 2) berkebinekaan global, 3) bergotong royong, 4) kreatif, 5) kritis, 6) mandiri. Bila---minimal---6 ciri ini terinternalisasi dalam setiap diri pribadi pelajar kita maka masyarakat berakhlak Pancasila akan terwujud. Masyarakat kita akan terhindar dari radikalisme, terorisme, komunisme, dan dogamtisme buta.
Praktisi pendidikan dan kolumnis produktif, Budi Setia Baskara dalam artikelnya yang berjudul “Refleksi Untuk Pelajar Pancasila” menuliskan bahwa “Dimensi pendidikan menjadi garda terdepan untuk melakukan upaya pemulihan jati diri bangsa, melalui edukasi penguatan nilai-nilai Pancasila”. Bahkan Budi Setia Baskara mengajak orangtua dan masyarakat terlibat membumikan nilai-nila ke-Pancasilaan, di rumah dan di kehidupan sosial.
Artikel ini sudah dimuat di beritadisdik.com. Dimuat kembali nubandung.id atas izin pihak redaksinya.