Penulis Atep Kurnia, Penulis Sunda yang Bookaholic
Teringat Mang Samin yang menjadi "pasapon" di sekolah dasar, dulu, tiga dasawarsa yang lalu. Selain karena buku rapor saya pernah terciprat air olehnya saat mau membasahi lantai sekolah sehingga tinta didalamnya jadi "baloboran".
Mang Samin pula yang selalu membuka dan membereskan ruang guru.
Ruang guru semasa saya sekolah dasar adalah tempat yang istimewa, karena pada beberapa rak terdapat pelbagai bacaan. Buku-buku pelajaran dan bacaan hasil proyek Departemen P & K.
Ke sanalah biasanya saya bertandang untuk membaca dan meminjam buku, terutama saat senggang atau untuk dibawa pulang.
Banyak buku bacaan yang terus membekas di benak. Bisa saja saya lupa lagi judul-judulnya, tetapi garis besar isinya masih teringat dan penampilannya senantiasa terpatri dalam ingatan. Ada yang berupa kisah, pengetahuan, dan lain-lain.
Seperti dua buku yang saya pegang ini. Keduanya, terutama yang berjudul "Cook", adalah bacaan saya semasa SD. Hingga kini saya terus terkesan oleh gambar-gambar ilustrasinya.
Oleh karena itu, beberapa waktu lalu, beruntung ada yang menjualnya secara daring dan saya mendapatkannya lagi.
Inikah yang disebut oleh Faruk HT sebagai "aspek formatif" sastra (baca: bacaan)? Pada taraf tertentu, saya pikir memang betul. Bukankah seperti yang dibilang Walter J. Ong bahwa "writing" akan senantiasa "restructures the thought"?
Barangkali memang demikian, meski terkesan menekankan adanya determinisme teknologi atau media. Namun, yang jelas, buku-buku dari pengalaman masa lalu terus hidup dalam kepala saya.
Saya teringat Mang Samin yang sewaktu saya sekolah, sudah agak tua atau bisa jadi tengah baya. Ia berjasa untuk membukakan pintu, dalam arti sebenarnya, ke arah dunia buku. Bila kini ia telah tiada, semoga rahmat Tuhan selalu menyertainya. Aamiin.