Tiada yang lebih layak dicintai selain Allah. Segala rasa yang bersemayam di dada adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya tempat kembali segala rasa tersebut. Ya, rasa itu ialah cinta. Rasa cinta selalu menuntut perhatian. Dan perhatian Allah kepada kita bukanlah perhatian laiknya seorang polisi yang sedang membuntuti pencuri.
Tapi, seumpama seorang anak manusia yang jatuh cinta diam-diam, memberi tanda-tanda rasa sayang dengan senyap, dan menyemburatkan kasih dengan kejutan-kejutan indah seperti halnya prank channel youtube milik Baim Wong yang ngangenin. Sialnya, kita kurang peka terhadap cinta Allah.
Kita memang tak bisa memaksa hati untuk menghadirkan cinta sesukanya. Namun, selalu ada kesempatan untuk belajar mencinta. Apalagi objek yang dicinta itu ialah Zat yang tak berbatas, yakni Tuhan yang Mahakasih. Kita hanya perlu membiasakan diri mencintai-Nya.
Pepatah Jawa menerangkan, “Witing tresno jalaran soko kulino.” -- Cinta itu tumbuh karena kebiasaan jarang bertemu. Karena itus, biasakanlah diri kita untuk selalu bersama Allah meskipun hidup menjauh dari jalur-Nya. Selalu sebut nama-Nya dimana pun dan kapan pun.
Hadirkan Allah dalam setiap niat dan tujuan kita. Dalam setiap proses yang kita jalani dan setiap kesulitan yang kita hadapi. Karena hati adalah rumah bagi kekasih, sungguh betapa sunyinya rumah kekasih tanpa adanya kekasih. Maka undanglah Dia, bersihkan rumah hatimu dari debu-debu duniawi.
Dia Yang Maha Suci hanya layak bagi hati yang disucikan dan rindu untuk kembali menemui-Nya. Dia (Allah) berfirman penuh cinta, “Sungguh Allah mencintai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah [2]: 222).
Cintailah Allah sepertulusan hati, cintai sesuatu karena Allah, dan bencilah sesuatu karena-Nya juga. Jangan sembarangan mencintai. Karena barangsiapa mencintai sesuatu, dia akan menjadi tawanannya. Dan jangan pula mau ditawan selain oleh Dia Yang Maha Menawan.
Syeikh Imam Sufi terkenal, Jalaluddin Rumi pernah berujar, “Jangan sembarang wajah kau menatap, sebab Mata yang di sana itu (baca: Allah) begitu pencemburu.” Sungguh berharga sekali cinta Allah. Sebab, hanya untuk mendapatkannya seolah kita harus melewati pos-pos keamanan yang ketat. Kita seperti pencuri yang harus mencuri cinta-Nya tanpa diketahui oleh nafsu dan dunia.
Atau seperti perampok yang gagah berani menerobos jebakan dan berkelahi menumpurkan hawa nafsu yang mengerangkeng diri. Sepertinya dunia sangat cemburu jika kita mampu mendapatkan cinta Tuhan. Karena itulah, dunia akan selalu memalingkan cinta kita pada-Nya.
Kita bakalan terus menerus diperdaya oleh dunia sehingga melupakan cinta Tuhan. Kita mirip seorang anak kecil yang lupa pada ibunya ketika diberi permen. Kebanyakan dosa-dosa adalah disebabkan karena kita tidak melaksanakan kewajiban dan tidak memberikan hak pada penerimanya.
Dan hak Allah yaitu disembah dan tidak disekutukan dengan apapun, maka benarlah jika syirik merupakan suatu kezaliman yang besar, karena Allah lah yang kita dzalimi. Kita merampas hak Allah, karena mencintai-Nya menjadi milik-Nya, dan tiada suatu apapun yang berhak selain-Nya.
Syeikh Abdul Qadir Jaelani berujar, “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Dia Maha Pencemburu, dan kamu diciptakan untuk-Nya; sedangkan kamu ingin ada untuk selain-Nya?”.
Karena itulah, hati-hatilah; barangkali saja kita diam-diam sering menyelingkuhi-Nya. Kita mengatakan cinta pada-Nya, namun perbuatan sehri-hari menunjukkan sebaliknya.
Diam-diam, kita lebih suka menuruti keinginan diri sendiri daripada Dia. Diam-diam pula, kita menaruh perhatian yang lebih pada sesuatu selain diri-Nya. Bahkan, diam-diam, kita lebih mencintai dunia daripada diri-Nya yang Mahapenyayang. Jika kita ingin tahu manakah yang lebih kita cintai; Allah atau dunia, maka perhatikanlah diri kita.
Apakah kita lebih suka memberi atau menerima? Cinta pada dunia “ingin selalu memiliki” dan cinta pada Allah “ingin selalu memberi”.
Itulah kuncinya untuk melihat seberapa besar cinta kita pada Allah. Dengan melihat seberapa seringkah kita berbagi kebahagiaan dengan sesama manusia. Amaliyah hati salahsatunya ialah merasakan dan mencoba berdekat-dekatan (pedekate) pada Allah.
Apabila hati kita tak merasakan dekat dengan Allah, berarti hati kita telah ditarik oleh sesuatu yang lain. Jangan-jangan yang menarik hatimu itu secara tidak sadar telah mengakibatkanmu berani selingkuhin Tuhan.
Akhirulkalam, jadikan Allah selalu di hatimu, jangan selingkuhin Dia; insyaallah kita akan selalu menjadi orang yang berbahagia. Meskipun kita dikhianati cinta oleh orang yang sekarang menyandang gelar, “Oh Si mantan tea ningan”.