NUBANDUNG - Postingan hasil panen yang seolah-olah keberhasilan program Petani Milenial di Instagram Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menuai kontroversi. Belakangan diketahui, yang diposting Ridwan Kamil adalah hasil panen BUMD PT Agro Jabar.
Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat Entang Sastramadja mengatakan apa yang dilakukan oleh Ridwan Kamil di postingan Instagram tidak tepat.
"Ya kalau menurut saya seorang pejabat publik itu harus punya tanggungjawab moral, jadi segala sesuatu yang tidak pada tempatnya, segala sesuatu yang memang bukan pekerjaannya tidak usah diakui bahwa itu milik pekerjaannya," kata Entang via sambungan telepon, Kamis (3/6/2021).
Menurut Entang apabila panen buah melon hasil teknologi infus itu adalah hasil PT Agro Jabar, sebaiknya gubernur menjelaskannya dalam postingan.
"Memang, Agro Jabar itu BUMD, kenapa tidak dijelasin bahwa BUMD itu nanti akan bekerjasama dengan program petani milenial, dan ini adalah salah satu contoh bentuk produk BUMD Agro Jabar, jadi jangan di klaim produk petani milenial. Dalam dua bulan terakhir ini kan banyak suara miring, dari Lembang kemarin ada yang ngaku tidak ada kelanjutan setelah dicanangkan, dari Cianjur ada yang ngaku dari 80 peserta tinggal 4 dan 36 mundur, belum lagi daerah lain," paparnya.
Ia menilai, program ini tidak dirancang dengan baik dan terkesan terburu-buru. Sehingga muncul kontroversi seperti saat ini.
"Kesan keterburu-buruannya itu mengedepan, oleh karenanya kalau kita mau bikin program sebaliknya ada semacam naskah akademik dengan menggunakan pendekatan perencanaan tentunya, nah termasuk perencanaan yang masuknya teknokratis, aspiratif, bottom up dan tentu politis juga harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan," ungkapnya.
Ia melanjutkan, nantinya dokumen perencanaan konsepsi itu dituangkan dalam sebuah grand desain. Di dalamnya ada master plan, rencana besar dan akan lebih lengkap kalau diikuti road mapnya.
"Jadi ada peta jalan dari sebuah peta kebijakan itu, kelihatannya program petani milenial tahapan itu tidak dilakukan, jadi seolah-olah Gubernur punya ide supaya tidak keduluan, supaya pencitraanya bagus langsung saja dicanangkan," jelasnya.
Selain itu, untuk menjadi petani harus tahu dulu falsafahnya, bukan hanya mengedepankan seleksi.
"Padahal kan kita tahu persis, untuk menjadi petani milenial bukan hanya sekedar lulus seleksi, tapi harus dipelajari dulu dong falsafah menjadi petani itu seperti apa, kesiapan sarana untuk mengembangkan petani milenial bagaimana, kalau itu tidak terpenuhi maka namanya petani milenial kenyataannya petani kolonial," ucapnya.
Entang menegaskan HKTI tidak diajak duduk bersama dalam perencanaan program petani milenial. Ia mengaku heran dengan langkah tersebut.
"Sangat tidak ada sama sekali, jadi kesalahannya para pengambilan kebijakan seolah-olah pintar sendiri, padahal kalau kita mengikuti perkembangan tidak ada dalam era milenial pintar sendiri, jadi pintar rame-rame, apalagi Pak Emil sering mengatakan harus pentahelix, harus semua stakeholders, tapi menurut saya Kang Emil beri gambaran itu, tapi operator bawahnya, apakah dinasnya, apakah biro ekonominya yang tidak paham terhadap perkembangan yang ada, saya tidak tahu persis mengapa bisa begitu," katanya.
Ia mengingatkan kepada Ridwan Kamil, jangan sampai program ini gagal dan hanya digunakan sebagai ajang pencitraan saja.
"Jangan sampai nasib petani milenial mengalami gagal total, saya sarankan mari selamatkan sama-sama dengan merevitalisasi kebijakan dari perencanaan, masih panjang, tidak hanya pencitraan sesaat," pungkasnya.