NUBANDUNG – Panasnya cuaca Kota Bandung saat ini tidak menyurutkan keinginan atau semangat dari pengunjungnya yang ingin berlibur atau mengisi waktu luangnya untuk sekadar mengabadikan momennya di tanah Parahyangan.
Tepat seperti di depan Gedung Merdeka yang berlokasi Jalan Asia Afrika, tidak sedikit orang banyak yang mengabadikan momennya saat berkunjung ke lokasi tersebut. Baik itu tepat di samping-samping jalannnya maupun di dalam gedung bersejarah tersebut.
Selain itu, tidak sedikit juga banyak para warga lokal yang bergelut mencari nafkah di sepanjang jalan tersebut dengan memberikan jasa foto bersama mereka dengan kostum-kostum berbagai tokoh, atau dikenal dengan istilah cosplay.
Sebelum ramai seperti sekarang dan banyak didatangi oleh pengunjung lokal yang berasal dari Bandung, luar Bandung, atau bahkan mancanegara. Di balik hal itu, apa kabar dengan wajah Jalan Asia Afrika dan Gedung Merdeka satu setengah abad lalu? Ada kilas sejarah apakah sebelum seramai dan modern insfrastrukturnya seperti saat ini ?
Dahulu sebelum Jalan Asia Afrika dan Gedung Merdeka menjadi tempat mengabadikan momen yang instagramable seperti saat ini, dilansir dari data-data sejarah di dalam Museum Konfrensi Asia Afrika (Museum KAA), nama Jalan Asia Afrika dulunya memiliki nama DJL. Raja Timur dan kemudian pada 1955 diganti menjadi Asia Afrika.
Nama tersebut diambil dari proses diselenggarakannya Konfrensi Asia Afrika (KAA) pada 18 April – 24 April 1955.
Saat itu suasana jalan tersebut hanya ramai ketika menonton penyambutan berlangsungnya pertemuaan tersebut, tidak seperti sekarang banyak yang mengunjungi setiap harinya.
Selain itu, pada tahun yang sama yakni 1955 perubahan pun tidak hanya pada nama jalan, tetapi untuk nama gedung ikut diganti. Nama “Gedung Merdeka” yang saat ini terpampang di samping kanan Jalan Asia Afrika dan dijadikan Museum bersejarah KAA, sebelumnya memiliki nama Societeit Concordia sejak 1895.
Societeit Concordia merupakan saksi bisu tempat berlangsungnya pertemuan sebuah perkumpulan yang beranggotakan orang-orang Eropa, terutama Belanda yang berdomisili di Kota Bandung dan kawasan sekitar tempat tersebut.
Namun, hal tersebut memiliki perubahan nama pada 7 April 1955 tepat sebelas hari sebelum berlangsungnya KAA.
Pada 1970-an Gedung Merdeka sempat terbengkalai dan dijadikan tempat kesenian oleh penghuni-penghuni liar. Hingga akhirnya pada 24 April 1980 Presiden Soeharto meresmikan gedung tersebut sebagai Museum Konfrensi Asia Afrika dengan pengelolaan di bawah Direktorat Jendral Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI dengan Pemprov Jawa Barat.
Hingga saat ini, Museum KAA menjadi sebuah tempat peninggalan bersejarah untuk menilik Jalan Asia Afrika Kota Bandung dan ceritanya di masa lampau. Museum KAA sampai saat ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya apa pun. Untuk masuk Museum KAA hanya diperlukan identitas nama dan nomer handphone guna data kunjungan per hari.
Jadi bagi kalian yang berminat melihat sejarah dan dokumentasi Bandung satu setengah abad lalu, bisa mengunjungi tempat di atas.
Diolah dari Ayobandung