NUBANDUNG – Kalau kamu jalan-jalan ke Ciwidey, Kabupaten Bandung, jangan pernah lupa dengan penganan khas yang rasanya manis, yaitu kalua jeruk. Manisan kulit jeruk bali tersebut memang sudah menjadi panganan khas Ciwidey.
Sejak puluhan tahun silam, kalua jeruk menjadi oleh-oleh khas Ciwidey jauh sebelum stroberi ada di kawasan tersebut.
Kamu harus tahu, keberadaan kalua jeruk khas Ciwidey tidak terlepas dari seorang warga bernama Eneh Sutinah. Dia adalah orang yang pertama kali membuat kalua jeruk di Ciwidey. Pada 1925 Eneh mendirikan warung yang menjual kalua jeruk di rumahnya.
”Yang pertama membuat kalua itu nenek saya,” tutur Elin Ratna Asmara (64), cucu dari Enih beberapa waktu lalu.
Pada mulanya, Enih hanya membuat kalua sebagai camilan. Namun banyak orang berdatangan untuk membeli kalua buatannya. Seiring berjalannya waktu, kalua buatan Eneh menjadi terkenal. Tidak jarang tokoh terkenal mampir untuk merasakan kemanisan olahan kulit jeruk bali buah tangan Eneh, meskipun tak ada toko yang sengaja dibangun untuk berjualan.
”Bung Karno juga pernah datang untuk membeli kalua dari nenek saya,” ungkapnya.
Resep kalua diwariskan secara turun-temurun kepada keluarga. Sama halnya dengan Eneh, dia juga pada awalnya hanya melayani pembelian kalua di rumah warisan Eneh. Baru pada 1989 lalu sebuah etalase dibangun Elin di depan rumahnya.
”Saat itu saya berpikir Ciwidey itu jalur wisata. Banyak orang melintas depan rumah saya sehingga saya ambil keputusan untuk kembali membuat kalua jeruk seperti yang dilakukan almarhum nenek saya. Kebetulan di sini cuma baru ada satu orang yang dagang kalua jeruk di sebelah sana. Kemudian saya buka toko untuk menjajakan kalua jeruk,” ujarnya.
Menurut Elin, resep yang diturunkan oleh neneknya hanya mempunyai satu rasa, yakni original atau rasa manis dari gula aren. Namun, seiring perkembangan waktu, Elin melakukan modifikasi dengan menambah rasa seperti mocca, durian, stroberi, melon, jeruk, dan vanila. Rata-rata para penjual manisan Kalua Jeruk di sepanjang Jalan Raya Ciwidey menjual antara Rp40 ribu hingga Rp60 ribu per kilogram.
Keputusan Elin ternyata tepat. Usaha pembuatan manisan kalua jeruknya itu berkembang pesat. Banyak orang yang menjadikan kalua jeruk sebagai oleh-oleh sepulang berwisata dari Ciwidey dan sekitarnya.
Karena semakin banyak orang yang menyukai kalua jeruk buatannya, biasanya tak kurang dari 1 kwintal per hari kulit jeruk bali yang diolah menjadi manisan khas Ciwidey itu. Langkah Elin diikuti oleh adik-adik dan saudaranya. Mereka pun membuka toko dan menjual Kalua Jeruk di sepanjang jalan itu.
Diolah dari Ayobandung.com
Kamu harus tahu, keberadaan kalua jeruk khas Ciwidey tidak terlepas dari seorang warga bernama Eneh Sutinah. Dia adalah orang yang pertama kali membuat kalua jeruk di Ciwidey. Pada 1925 Eneh mendirikan warung yang menjual kalua jeruk di rumahnya.
”Yang pertama membuat kalua itu nenek saya,” tutur Elin Ratna Asmara (64), cucu dari Enih beberapa waktu lalu.
Pada mulanya, Enih hanya membuat kalua sebagai camilan. Namun banyak orang berdatangan untuk membeli kalua buatannya. Seiring berjalannya waktu, kalua buatan Eneh menjadi terkenal. Tidak jarang tokoh terkenal mampir untuk merasakan kemanisan olahan kulit jeruk bali buah tangan Eneh, meskipun tak ada toko yang sengaja dibangun untuk berjualan.
”Bung Karno juga pernah datang untuk membeli kalua dari nenek saya,” ungkapnya.
Resep kalua diwariskan secara turun-temurun kepada keluarga. Sama halnya dengan Eneh, dia juga pada awalnya hanya melayani pembelian kalua di rumah warisan Eneh. Baru pada 1989 lalu sebuah etalase dibangun Elin di depan rumahnya.
”Saat itu saya berpikir Ciwidey itu jalur wisata. Banyak orang melintas depan rumah saya sehingga saya ambil keputusan untuk kembali membuat kalua jeruk seperti yang dilakukan almarhum nenek saya. Kebetulan di sini cuma baru ada satu orang yang dagang kalua jeruk di sebelah sana. Kemudian saya buka toko untuk menjajakan kalua jeruk,” ujarnya.
Menurut Elin, resep yang diturunkan oleh neneknya hanya mempunyai satu rasa, yakni original atau rasa manis dari gula aren. Namun, seiring perkembangan waktu, Elin melakukan modifikasi dengan menambah rasa seperti mocca, durian, stroberi, melon, jeruk, dan vanila. Rata-rata para penjual manisan Kalua Jeruk di sepanjang Jalan Raya Ciwidey menjual antara Rp40 ribu hingga Rp60 ribu per kilogram.
Keputusan Elin ternyata tepat. Usaha pembuatan manisan kalua jeruknya itu berkembang pesat. Banyak orang yang menjadikan kalua jeruk sebagai oleh-oleh sepulang berwisata dari Ciwidey dan sekitarnya.
Karena semakin banyak orang yang menyukai kalua jeruk buatannya, biasanya tak kurang dari 1 kwintal per hari kulit jeruk bali yang diolah menjadi manisan khas Ciwidey itu. Langkah Elin diikuti oleh adik-adik dan saudaranya. Mereka pun membuka toko dan menjual Kalua Jeruk di sepanjang jalan itu.
Diolah dari Ayobandung.com